Pedang Pusaka menceritakan tentang seorang manusia pelarian yang di anggap manusia dewa berasal dari Tiongkok yang tiba di Nusantara untuk mencari kedamaian dan kehidupan yang baru bagi keturunannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cut Tisa Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hampir Menjadi Korban
"Ternyata kau memiliki tubuh ajaib. Apakah kau murid iblis beracun?" Tanya setan emas kepada Twaba yang beberapa tahun ini sudah melatih ilmu pencabut arwah di bimbing langsung oleh setan emas yang merupakan seorang datuk dunia persilatan yang telah lama menghilang.
"Aku tidak kenal siapa pemilik kitab itu guru. sebelumnya aku mempunyai seorang guru yang puntung kedua kakinya. Namun memiliki ilmu silat yang luar biasa. Kami berdua belajar bertahun tahun dibawah bimbingannya hingga dia memberikan informasi tentang kitab itu. Akhirnya aku terombang ambing dalam badai besar setelah mendapatkan kitab itu hingga guru menyelamatkan ku".
"Muridku, kini nama mu Ongba. Kau telah memiliki ilmu beladiri terhebat sepanjang masa. Mulai sekarang kau boleh meninggalkan pulau ini. Tapi ingat, aku mempunyai tugas untuk mu agar kau menghabisi dan menyiksa musuh besarku yang membuat aku seperti ini".
"Siapakah musuh guru?" Tanya Balangak atau Twaba atau yang mulai kini akan kita sebut Ongba kepada setan emas.
"Mereka adalah sepasang manusia dewa yang di kenal dengan nama dan Losian dan Xiansu".
"Ah,, guruku sebelumnya juga memusuhi kedua orang itu. Memang ada masalah apa guru dengan mereka?"
"Cerita nya panjang Ongba. Marilah kita duduk dekat perapian akan aku ceritakan semuanya". Sahut setan emas.
Mulai lah dia bercerita kepada murid nya. Dulu, ketika dia masih muda dan masih menjadi seorang murid utama partai persilatan besar, dia mendapat tugas dari perguruannya untuk mencari kitab pusaka dewa sakti yang hingga kini belum pernah dilihatnya.
Namun suatu hari, didepan ratusan pendekar, dia dikalahkan dan dipermalukan oleh sepasang dewa kembar itu.
Hingga kini dia terpaksa menyembunyikan diri dan merasa putus asa atas dendam kesumat yang di deritanya.
"Memang manusia kembar keparat itu sangat sombong dan angkuh. Banyak sekali golongan sesat dan orang orang seperti kami yang menaruh dendam kepada mereka. Makanya, kau harus dapat membalas dendam ku ini Ongba. Jangan sampai semua keahlian yang ku turunkan padamu sia sia". Dengan wajah dan mata berapi api setan emas berkata sambil menggertakkan giginya.
Keesokan harinya, Twaba yang kini kembali berganti nama menjadi Ongba berlabuh dengan kapal yang sudah diperbaiki kerusakannya membawa sebuah tombak pendek dari baja pilihan pemberian guru barunya setan emas.
***~###~***
"Ku pikir kalian adalah orang orang biasa, ternyata kalian ahli silat yang menyamar. Hahahaa, selamat datang. Marilah duduk. Maaf penyambutan ku sebelumnya kurang berkenan". Kepala Sim yang berdiri bersama puluhan ahli silat berwajah kaku mempersilakan Siaw Jin dan Naya duduk di kursi yang mengitari meja bulat lonjong yang sangat besar dan panjang itu.
"Ketua, bagaimana rencana kita nanti malam?" tanya pemimpin pendeta kepada kepala Sim.
"Oya, malam ini tepat pukul delapan, aku mengundang kalian semua dimeja ini untuk makan bersama. Ku harapkan jangan ada yang tidak datang". Seru kepala Sim dengan keramahan yang tampak dibuat buat.
Saat Siaw Jin dan Naya di ajak bersulang dengan arak yang terhidang disana, pemuda itu menerima dan langsung menenggak arak di poci kecil itu hingga ludes.
Tatkala Naya ingin mengangkat cawan araknya, Siaw Jin menghentikan sambil berkata,
"Maaf tuan, adikku tidak biasa minum arak. Biarlah aku yang mewakilinya".
Dengan cepat Siaw Jin mengambil arak di tangan Naya dan meminum nya lagi.
"Kanda, aku bukan lagi anak kecil yang harus kau atur atur. Terserah apa yang aku lakukan".
Emosi Naya yang ditahan tahan akhir nya meledak. Dengan cepat sambil meminta maaf kepada mereka, Siaw Jin menarik Naya ke arah kamar yang mereka tempati.
Sesampainya disana, Naya kembali berkata,
"Kenapa kau boleh ini boleh itu sedangkan aku semua kau larang ha? Jadi orang jangan tidak adil begitu. Mentang mentang kau ku panggil kanda terus kau merasa menjadi ayah ku?" Luapan kemarahan Naya disebabkan beberapa pendekar wanita yang mendekati Siaw Jin tadi membuat nya cemburu dan emosian tak menentu.
"Naya, minuman itu beracun, ada obat tidur yang sangat kuat di campurkan kesitu. Makanya aku menghalangi mu".
"Sudah lah, mulai sekarang jangan campuri lagi urusan ku. Aku mau minum, mau makan, mau kemana pun dengan siapa pun jangan pedulikan aku". Dengan wajah merah Naya melampiaskan emosinya kepada Siaw Jin lalu segera masuk menutup pintu kamar dengan keras.
Siaw Jin mengangkat bahunya lalu kembali ke tempat mereka minum di meja besar itu.
"Tuan muda, silakan istirahat dulu. Nanti kita berkumpul makan malam bersama". Seru kepala Sim kepada Siaw Jin yang baru tiba disitu.
Dua orang wanita cantik di samping kanan Siaw Jin segera mendekatinya dan berkata,
"Jika kakanda belum mau istirahat, mari layani kami dulu beberapa jurus. Kami ingin mendapatkan pelajaran darimu. Hihihik". Dengan genitnya wanita wanita itu berkata.
Siaw Jin tak sadar bahwa rayuan dua wanita itu disaksikan oleh Naya yang kembali keluar setelah emosinya reda.
Namun melihat hal itu, ditambah seorang wanita duduk dipangkuan Siaw Jin kembali membuat amarah nya memuncak.
Siaw Jin dengan perasaan kikuk segera menolak halus ajakan para gadis itu. Dengan berpura pura pening hampir pingsan, pemuda itu memegang kepalanya sambil pamit ke kamar di ikuti Naya dibelakangnya.
"Enak ya dapat merasakan hangatnya pantat wanita cantik sialan itu!" Seru Naya kepada Siaw Jin sesampainya mereka dikamar.
"Kau ini kenapa Naya? Dari tadi marah melulu. Jangan ribut. Aku sedang berpura pura terpengaruh obat bius mereka tadi". Jawab Siaw Jin dengan suara pelan berbisik.
Saking marah nya, Naya segera keluar meninggalkan Siaw Jin seorang diri.
Rupanya Naya ke tempat kepala Sim sedang mengobrol dengan para ahli silat yang sebagian besar masih berkumpul disana.
"Tuan, aku ingin bergabung, bolehkah?" Tanya Naya dengan suara datar sambil melirik kearah dua wanita genit tadi.
"Silakan. Jika kau tak mau minum arak bersama kami, aku akan menyuruh pelayan membawakan mu teh nona".
"Tak perlu. Kakak ku terlalu berlebihan tadi. Aku sudah biasa juga minum arak. Mari bersulang". Naya yang masih menyimpan kekesalan dan emosi pada Siaw Jin segera menenggak arak nya tadi hingga lima cawan.
Semua orang yang ada di situ segera tertawa dan Naya yang mengira mereka bersenang senang, ikut tertawa sambil kepalanya perlahan pusing hingga rasa kantuk berat menyerangnya dan Naya pun pingsan di tempat duduk nya itu.
"Ketua, dia sudah tertidur. Harus kami bawa kemana?" tanya pendeta kepala.
"Bawa ke kamarku. Kakaknya juga pasti sudah pingsan. Hahaha". Seru kepala Sim sambil bangkit menuju ke kamarnya.
Dua orang pendeta segera mengankat Naya dan berjalan dibelakang kepala Sim. Tiba di dalam kamar, Naya di baringkan di tempat tidur yang sudah di persiapkan dengan bunga dan wewangian.
Para pendeta dan yang lainnya keluar meninggalkan Naya dan kepala Sim berdua saja dikamar itu.
Di lain kamar, Siaw Jin merasa penasaran karena hingga malam hampir tiba, Naya belum juga kembali ke kamar.
Jika dia keluar pun sandiwaranya akan terbongkar. Siaw Jin merasa serba salah. Namun dengan meyakinkan hatinya, Siaw Jin pun merebahkan diri di pembaringan hingga hidungnya mencium bau menyengat.
Siaw Jin segera bangkit dan mengendus kesana sini mencium bau anyir darah. Siapa yang menyembelih hewan sore sore begini hatinya berkata.
Karena penasaran, Siaw Jin segera merangkak ke atas wuwungan dan menyelinap hingga dia kini berada di atas genteng.
Sambil menyelinap kesana kemari, dia mengintip melalui genteng keadaan di dalam gedung itu.
Begitu sampai ke atap sebelah kiri bagian ujung, Siaw Jin kaget ketika melihat banyak sekali darah di ruangan itu.
Ruangan yang terlihat seperti tempat jagal hewan itu mengeluarkan bau amis darah yang sangat menyengat.
Dengan sangat hati hati, Siaw Jin turun perlahan. Berkat ilmu meringankan tubuh yang di dapatnya dari kitab dan di matang kan oleh Losian, meski banyak ahli silat di tempat itu, namun satupun tidak tau bahwa sedari tadi ada yang mengendap dan merangkak melalui wuwungan genteng.
Beberapa peti terlihat masih mengeluarkan darah segar dari sudut sudutnya. Saat Siaw Jin akan membuka salah satu peti kemas terdekat, tiba tiba pintu terbuka dan seorang pelayan melihat Siaw Jin dengan rasa kaget.
Secepat kilat Siaw Jin melayang melumpuhkan pelayan itu. Namun suara berdebuk jatuhnya tubuh pelayan ke lantai membuat beberapa penjaga berlarian ke arah situ.
Siaw Jin yang mendengar derap langkah kaki menuju ke arah nya segera kembali menaiki genteng dan kembali ke kamarnya.
Baru saja dia akan turun ke dalam kamar, suara kepala Sim memanggil pelayan menarik perhatiannya.
Dengan cepat Siaw Jin mendekati arah suara itu. Ketika sepotong genteng kecil digesernya, alangkah kagetnya dia menyaksikan Naya dalam posisi telentang dalam keadaan tanpa pakaian.
Tubuhnya yang putih mulus hanya ditutupi oleh dalaman yang sangat minim sehingga keindahan tubuhnya terpampang dengan begitu jelas.
"Cepat ambilkan obat ku di kamar utama". Seru kepala Sim kepada pelayan yang berdiri di luar kamar.
Karna lelaki itu menghadap keluar pintu kamar, maka kesempatan itu dipakai Siaw Jin untuk meloncat turun seketika.
Sedikit suara menarik perhatian kepala Sim, namun Siaw Jin telah berada tepat dibawah tempat tidur dimana Naya terbaring lelap menunggu kepala Sim meminum obatnya.
Setelah beberapa saat menunggu, teriakan pengawal dan penjaga yang menemukan pelayan tergeletak di kamar produksi segera menarik perhatian kepala Sim.
Kesempatan itu di pakai oleh Siaw Jin untuk menotok beberapa bagian tubuh Naya dari samping tempat tidur.
Naya yang memiliki tubuh terlatih itu masih saja terlelap. Pintu dibuka dan kepala Sim kembali masuk ke kamar itu setelah menerima obat kuat nya.
Setelah meminumnya, kepala Sim menuju ke pembaringan sambil membuka pakaian nya dia menaiki ranjang.
Belum sempat Siaw Jin bertindak dan kepala Sim yang telah terbuka seluruh pakaian nya tinggal mengeksekusi tubuh indah Naya yang seolah menyerahkan diri dalam tidurnya, Sebuah jeritan dan tendangan ke arah dada membuat kepala Sim terjengkang.
Siaw Jin yang masih bersembunyi dibawah ranjang pun kaget mendengar suara itu. Yang tampak hanya tubuh kepala Sim yang terjatuh dalam keadaan telanjang bulat.
BERSAMBUNG. . .