NovelToon NovelToon
POSESIF SUGAR DADDY

POSESIF SUGAR DADDY

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Romansa
Popularitas:22k
Nilai: 5
Nama Author: Mima Rahyudi

Jangan lupa mampir di Fb otor (Mima Rahyudi)
**
**
**
“Dad! Aku ingin kita akhiri hubungan kita!” seru Renaya tiba-tiba.
“Kenapa, baby?” tanya Mario.
“Aku nggak nyaman sama semua sikap Daddy,” jawab Renaya
“Kita tidak akan pernah berpisah, baby. Karena aku tidak akan melepaskan kamu.”
Hidup Renaya seketika berubah sejak menjalin hubungan dengan Mario, pria matang berusia 35 tahun, sementara usia Renaya sendiri baru 20 tahun. Renaya begitu terkekang sejak menjadi kekasih Mario, meski mungkin selama menjadi kekasihnya, Mario selalu memenuhi keinginan gadis cantik itu, namun rupanya Mario terlalu posesif selama ini. Renaya dilarang ini dan itu, bahkan jika ada teman pria Renaya yang dekat dengan sang kekasih akan langsung di habisi, dan yang paling membuat Renaya jengkel adalah Mario melarang Renaya untuk bertemu keluarganya sendiri. Sanggupkan Renaya menjalani hidup bersama Mario? Kenapa Mario begitu posesif pada Renaya? Ada rahasia apa di balik sikap posesif Mario?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mima Rahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Setelah seharian penuh merawat Renaya, Mario merasa lega melihat kondisinya yang mulai membaik. Pagi yang penuh dengan kekhawatiran kini berakhir dengan sedikit kedamaian. Renaya, yang awalnya merasa lemas dan mual, kini tampak sedikit lebih bertenaga.

Sore itu, Mario memutuskan untuk mengajak Renaya makan sore bersama. Dengan penuh perhatian, ia mempersiapkan hidangan yang sangat ringan dan mudah dicerna, mempertimbangkan kondisi Renaya yang masih rentan terhadap masalah asam lambungnya. Dapur apartemen itu terasa hangat dengan aroma masakan yang lembut—semangkuk bubur ayam dia siapkan untuk sang kekasih.

Renaya duduk di meja makan, memperhatikan Mario yang sibuk mengatur piring. Sejak kecil, dia terbiasa disuguhi makanan dari pelayan atau di restoran mewah, tapi hari ini, dia merasa lebih nyaman dengan kehangatan yang hanya bisa diberikan oleh seseorang yang peduli padanya. Dia tersenyum pelan.

"Ini dia, Baby. Sudah kuhati-hatiin supaya nggak bikin perutmu terganggu," ujar Mario, sambil menyendokkan bubur ke dalam mangkuk Renaya. Dia duduk di sebelahnya, memastikan Renaya bisa makan dengan nyaman. "Makanlah pelan-pelan, kalau nggak enak bilang saja."

Renaya menatap Mario, merasa sedikit terharu. "Kenapa kamu baik banget sih, Daddy?" tanyanya, suaranya masih terdengar lemah, namun penuh rasa terima kasih. "Aku nggak terbiasa dibuatin makanan seperti ini..."

Mario tersenyum hangat, matanya lembut menatapnya. "Karena kamu penting buat aku, Baby. Aku nggak akan biarin kamu sakit atau merasa nggak nyaman. Jadi, kamu harus makan, biar cepat pulih dan kita bisa jalan-jalan lagi."

Renaya tersenyum tipis, meskipun di hatinya ada sedikit rasa cemas. "Terima kasih, Daddy," ucapnya pelan. Dia mulai makan, perlahan-lahan, merasa bahwa kali ini, makanan itu terasa lebih enak daripada sebelumnya. Mungkin karena dimasak dengan penuh perhatian, dan lebih dari itu, karena diberikan oleh seseorang yang benar-benar peduli padanya.

Mario duduk di depannya, mengamati setiap suapan yang Renaya ambil, memastikan dia makan cukup. Meski kadang-kadang Renaya sedikit terhambat karena masalah perutnya, Mario tetap sabar, menunggu sampai akhirnya Renaya selesai makan. "Jangan buru-buru, nikmati saja. Hari ini kamu boleh istirahat. Kalau kamu merasa capek, bilang saja," katanya, suara penuh kelembutan.

Renaya menatap Mario, rasa terima kasihnya semakin dalam. Terkadang dia merasa tak yakin tentang hubungan mereka, tapi saat-saat seperti ini, saat Mario menunjukkan perhatian tanpa pamrih, membuat dia merasa lebih nyaman. “Aku... aku nggak tahu harus bilang apa, Daddy. Semua yang kamu lakukan hari ini, aku merasa sangat dihargai,” ujarnya dengan mata yang mulai berbinar.

Mario hanya tersenyum, menepuk lembut tangan Renaya. "Itulah yang seharusnya dilakukan orang yang peduli padamu. Jangan ragu untuk membiarkan aku melakukan lebih banyak untukmu, Baby. Kamu berhak mendapatkan yang terbaik."

Renaya mengangguk, merasa sedikit lebih tenang. Meskipun ada banyak hal yang masih mengganjal di hatinya, dia tahu setidaknya Mario bersedia mendengarkan dan peduli. Itu sudah lebih dari cukup untuk saat ini. "Aku akan mencoba lebih baik, Daddy."

Setelah makan, Mario membiarkan Renaya bersantai di ruang tamu, menyiapkan minuman hangat untuknya, sementara dia sendiri merapikan dapur. Hari ini, Renaya merasa dimanjakan dan sangat dihargai. Meski hubungan mereka belum sepenuhnya jelas, Mario sudah menunjukkan banyak hal melalui tindakannya, yang membuatnya merasa aman, meskipun terkadang ia merasa bingung dengan perasaannya sendiri.

Mario duduk di sebelah Renaya, matanya penuh dengan ketegasan yang tak biasa, meskipun suaranya tetap lembut seperti biasa. Ia menatapnya dalam-dalam, seolah mencoba mencari cara untuk menyampaikan sesuatu yang tidak mudah diungkapkan. Setelah beberapa detik hening, dia akhirnya membuka mulut, suaranya rendah namun penuh penekanan.

“Renaya, mulai besok, Daddy ingin kamu jangan temui papimu lagi,” kata Mario dengan nada yang serius. “Ini penting, sayang. Tolong jangan membantah Daddy terus, ya?”

Renaya yang duduk di sampingnya hanya bisa menatap Mario dengan mata yang sedikit bingung. Hatinya bergejolak, pertanyaan demi pertanyaan muncul di kepalanya. Kenapa tiba-tiba Mario melarangnya untuk bertemu dengan ayahnya? Selama ini, hubungan dengan Arnold tidak pernah tampak seperti masalah besar. Bahkan, dia selalu merasa bahwa ayahnya adalah satu-satunya keluarga yang ada untuknya.

“Kenapa, Daddy?” tanya Renaya pelan, suaranya sedikit ragu. “Ada apa dengan Papi? Kenapa tiba-tiba tidak boleh bertemu lagi?”

Mario menunduk sejenak, menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan kerumitan yang dirasakannya sendiri. Ia tahu, keputusan ini akan membuat Renaya bingung, bahkan mungkin terluka. Tapi ini adalah langkah yang harus diambil, demi keselamatan Renaya dan demi hal-hal yang belum bisa dia jelaskan.

“Belum saatnya kamu tahu alasannya, sayang,” jawab Mario, kali ini suaranya lebih lembut meski masih terdengar tegas. “Tapi untuk kali ini, Daddy mohon kamu menurut. Percayalah padaku, ini yang terbaik.”

Renaya mengerutkan keningnya, kebingungannya semakin mendalam. Tidak mudah baginya untuk menerima hal ini begitu saja, apalagi ketika menyangkut ayah kandungnya yang selama ini menjadi satu-satunya sosok figur keluarga yang ia miliki. Namun, melihat tatapan serius di mata Mario, dan mendengar betapa teguhnya permintaan itu, ia bisa merasakan ada sesuatu yang jauh lebih besar sedang dipertaruhkan.

“Daddy…” Renaya mencoba berkata, namun kata-kata itu terhenti di tenggorokannya. Hatinya tidak siap untuk menghadapi kenyataan bahwa orang yang dia percayai saat ini mungkin lebih tahu sesuatu yang belum bisa dia pahami.

Mario meraih tangan Renaya, menggenggamnya dengan lembut namun penuh keyakinan. “Aku tidak ingin ada yang membahayakanmu, Renaya. Aku hanya ingin melindungimu, lebih dari apapun. Aku tahu ini tidak mudah, tapi aku mohon, tolong percayalah padaku.”

Renaya menatap tangan Mario yang menggenggamnya erat. Ada kehangatan yang menyelimuti, tetapi juga perasaan tak terungkapkan yang menggantung di udara. “Aku... aku akan coba, Daddy. Aku hanya... aku hanya bingung.”

Mario mengangguk, mengerti betul perasaan yang sedang dialami Renaya. Dia tahu, ini bukan keputusan yang mudah. Tapi dia yakin, ini adalah langkah yang harus diambil untuk kebaikan mereka berdua. “Aku tahu, sayang. Aku akan ada di sini, selalu ada untukmu.”

Renaya menghela napas, sedikit meringankan beban di dadanya. Meskipun belum sepenuhnya memahami alasan di balik keputusan Mario, ada satu hal yang ia tahu pasti—Mario akan selalu ada untuknya, dan itu cukup memberi ketenangan dalam dirinya. “Terima kasih, Daddy. Aku akan mencoba.”

**

**

**

Suasana ruang khusus tamu untuk tahanan terasa dingin dan suram. Cahaya lampu yang remang-remang hanya memperburuk kesan sepi yang menghantui ruangan tersebut. Di satu sudut ruangan yang tidak terlalu luas, Mario dan Devon duduk menunggu. Wajah Mario tampak tenang, meski ada ketegangan yang tersembunyi di balik matanya.

Tidak lama setelah mereka duduk dalam hening, pintu ruang tahanan terbuka dengan bunyi berderit yang menusuk, dan seorang penjaga penjara melangkah masuk, diikuti oleh seorang pria yang tampak cukup terkejut. Wajah pria itu, yang mengenakan pakaian tahanan khas, sedikit mengkerut melihat siapa yang menunggu di dalam ruangan.

“Mario Martino Jatana?” pria itu berkata dengan nada tidak percaya, matanya menyiratkan rasa heran yang dalam. “Kenapa kamu di sini?”

Daniel, nama pria itu, memandang Mario dengan kekagetan yang jelas terlihat di wajahnya. Tidak ada senyum, tidak ada kehangatan dalam tatapannya—hanya kebingungannya yang mendalam. Dia tentu tidak pernah membayangkan bahwa pria berkuasa dan kaya raya seperti Mario akan datang menemuinya di penjara.

Mario tidak terganggu dengan rasa terkejut yang ditunjukkan Daniel. Dia tetap duduk dengan santai, matanya tetap fokus, meskipun ada ketegasan yang tidak bisa disembunyikan. Dia memandang Daniel dengan serius.

“Aku datang untuk bicara,” jawab Mario, suaranya rendah dan tenang. "Ada hal penting yang perlu kita bahas, Daniel."

Hanya berbeda dua tahun saja usia mereka, Mario 35 tahun dan Daniel 37 tahun, membuat Mario merasa tidak perlu sungkan untuk memanggil nama Daniel langsung.

“Kamu ingin tahu tentang apa?” tanya Daniel

“Tentang Renaya Aquilla Gabriella,” jawab Mario, “Putri kandungmu.”

“Kamu mengenal putriku?” tanya Daniel tidak percaya.

1
Azwani Ramli96
akhirnya tamat,,salam kenal dari Johor Malaysia kak,,hari hari saya ikutin membaca karya kakak,, karyanya bagus.. semangat terus ya kak..
yuhuuu
semangat berkarya kak 🫶
Dinar
Terimakasih untuk karya terbaiknya kak ❣️
iza
next thorrrrr
iza
menarikk
Titik Sumarni
iy jangan lam2
Titik Sumarni
kapan sambungany lagi seru
Mima Rahyudi: sabar kak. hari ini up 1 bab. maaf dr kmrn otornya masuk angin jd libur nulis
total 1 replies
Titik Sumarni
lama
iza
up thor
Aidah Djafar
Edwin ada hubungan keluarga kah dngn Mario 🤔
Aidah Djafar
wow Mario ngatur 🤔 mulai posesif 🤦
Aidah Djafar
Renaya daddymu perhatian lho 🤔
Aidah Djafar
Bella terselubung 🤦😏
Aidah Djafar
Renaya vs sugar Deddy nya 🤗 dadd Mario 🤗
Aidah Djafar
mampir Thor🙏
Jingga Violletha
ah semakin menegangkan
Jingga Violletha
huh kok tegang sih part ini 🥲🥲🥲
Jingga Violletha
ck jaga diri ya nay ada yang ngintai ternyata🥲🥲🥲
Jingga Violletha
mario kok gitu sih 🥲🥲🥲
Jingga Violletha
sempurna aduh jadi iri sama renaya 😆😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!