"Ah, aku berada di mana?"
Sebuah tempat yang mengesankan! Sial, tapi ini bukan duniaku. Ini adalah dunia sihir! Tunggu, aku terjebak di dalam tubuh seorang pemuda hina yang memiliki sihir sama sekali.
Bodoh, kenapa aku ini mencintai seorang putri kekaisaran sedangkan aku bukan siapa-siapa?
Ahahaha tidak masalah, mari kita genggam dunia ini menggunakan sebuah kecerdasan yang luar biasa. Tidak apa-apa aku tidak memiliki sihir, tapi aku memiliki sebuah seni yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Ini adalah dunia yang dipenuhi oleh pedang dan juga sihir. Kau tidak punya sihir? maka kau akan dikucilkan. Tapi mari kita lihat, bagaimana pemikiran dunia modern diterapkan di dunia yang tidak pernah menyentuh sains yang menakjubkan. Juga, mari kita taklukkan dunia ini dengan sebuah kecerdasan dan perkembangan teknologi yang luar biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arachanaee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istirahat
“Mereka sedang bertarung! Ayo pergi dari sini!” Teriak Laura dengan suara yang menggema.
Memang, saat ini di depan mereka terjadi sebuah pertarungan yang maha dahsyat, mengakibatkan hutan di sekitar mereka rata dan luluh lantah dengan tanah. Cahaya benderang dari api kebakaran menjadi mimpi buruk yang begitu mengerikan, juga angin topan yang begitu kencang membuat apapun berhamburan..
Ini bukan hanya sekadar pertarungan antara beruang dan singa yang merebutkan tittle raja hutan. Tapi mereka bertarung dengan sihir yang mereka punya, yang bahkan Kazuto sendiri tak yakin bahwa kemampuannya yang sendiri cukup untuk mengalahkan yang seperti ini.
“Ini membuatku kesal. Pada akhirnya aku sudah tahu bahwa aku harus mengembangkan teknologi sampai mana. Jika hanya sekadar pedang, tidak mungkin untuk mengalahkan mereka.” Ungkapnya.
Paling tidak sekarang Zuto sudah tahu untuk berpikir kedepan dia harus berusaha untuk mencapai teknologi sampai titik mana. Meski demikian, Kazuto sangat yakin bahwa menggunakan sebuah benda yang bukan sihir pun mampu mengalahkan mereka. Walaupun, sulit bagi Laura dan Helen untuk mempercayainya.
Sementara kedua beast itu bertarung, Kazuto, Laura dan juga Helen terus berlari tanpa tahu arah. Bahkan mereka sendiri sudah tidak mengerti mana jalan pulang atau bukan, mereka terus berlari, melewati pepohonan yang rindang. Api pertarungan juga sudah mulai mengecil, jarak mereka benar jauh yang membuat Kazuto menghela napas dengan begitu lega.
Mereka terus berjalan, sekarang sudah jauh pun mereka melambatkan perjalanan mereka. Napas pun begitu berderu sehingga membuat mereka bisa mendengar napas lelah mereka satu sama lain. Yang pasti, mereka ingin sekali beristirahat.
Untungnya, saat Helen menyalakan api di tangannya untuk menerangi jalan. Mereka menemukan sebuah gua, yang memang cocok untuk bermalam. Lagipula mereka sudah jauh dari beast yang tengah bertarung, hingga rasanya akan untuk beristirahat.
“Kita akan beristirahat di gua ini.”
“Baik tuan.” Ucap Helen dan Laura dengan lelah. Juga secara bersamaan.
Saat mereka masuk, auranya sedikit lembab. Selain lembab, mereka sepertinya merasakan sebuah aura yang tidak biasa dan tidak menyenangkan. Akan tetapi, itu hanya perasaan mereka masing yang mana enggan untuk diungkapkan.
Pencahayaan api membuat dinding gua tersoroti. Bebatuan-bebatuan yang terukir secara alami tampak begitu menakjubkan. Tonjolan-tonjolan runcing di dinding dan di atap gua memberikan kesan yang sunyi dan mengagumkan. Tetesan air juga mengalir pada tonjolan runcing, mengeluarkan suara tetesan air jatuh yang begitu tenang.
Ini sudah malam. Kazuto tidak tahu pasti ini sudah jam berapa. Terpaksa dia harus berada di gua ini untuk sementara waktu dan juga beristirahat.
Saat ini mereka duduk. Helen dan Laura melihat bahwa Kazuto menurunkan tas yang berisi bijih besi. Ini membuat Helen mengerutkan dahinya.
“Apa itu tuan?”
“Ini bijih besi.”
“Tuan!” Helen berteriak. “Di saat Anda seperti ini, disaat Anda terjebak dalam magical beast seperti ini, bisa bisanya Anda membawa barang yang tidak berguna! Aku membencimu untuk yang pertama kali tuan!”
Helen benar-benar marah besar sekarang. Kemudian, dia berdiri sambil api yang dia pegang semakin membesar. Amarahnya menjadi jadi hingga ketenangan gua ini telah sirna.
“Kazuto, dengar! Aku tidak tahu kamu berasal dari mana. Tapi jangan berlagak bodoh seperti itu! Seharusnya kau tau dan mendengarkanku bahwa tempat ini bukan tempat main-main!”
Untuk pertama kalinya, Helen marah besar. Laura hanya terdiam dan memandang kosong Kazuto. Sementara Kazuto juga terdiam membisu sambil memandang Helen dengan penuh pengharapan.
Tatapan itu membuat Helen menggertakkan giginya. Kemudian dia berkata, “Maafkan aku tuan, aku tidak bermaksud. Aku hanya merasa kesal.”
“Aku juga minta maaf.” Kazuto menundukkan wajahnya. Dia menyadari bahwa dirinya memang egois. Dia terlalu berambisi untuk melakukan pekerjaan besar yang akan dia lakukan di masa depan.
Helen dan Laura membuka matanya lebar-lebar. Pupil mata mereka membesar dalam kegelapan gua yang hanya diterangi oleh setitik cahaya api kecil. Mereka berpikir bahwa pemimpin desa mereka yang pada umumnya tidak akan memiliki sifat yang rendah diri. Nyatanya tidak! Kazuto dengan senang hati meminta maaf.
Helen memalingkan wajahnya, dia menggembungkan pipinya. Sambil berkata lirih. Dan kembali duduk.
“Sekarang kita harus memikirkan bagaimana caranya keluar dari sini besok pagi. Tanpa harus takut dengan magical beast yang kuat itu.” Ucap Laura.
Mereka terdiam sejenak. Detik berikutnya, Kazuto yang duduk berhadapan dengan Helen dan juga Laura, matanya berbinar dan menunjukkan sebuah ketakutan saat dia melihat sesuatu di belakang Helen. Apalagi sorot apinya menyala yang membuat sosok itu tampak lebih jelas.
Helen dan Laura yang melihat ekspresi Kazuto, dia benar-benar kaget.
“Apa apa, tuan?”
Tapi, belum sempat Kazuto menjawab. Helen yang melihat sorot mata Kazuto, dia langsung melihat ke belakang dan melompat ke belakang pula. Laura yang menyadari hal itu, dia langsung menarik pedangnya. Karena dia merasa, bahwa ini adalah suatu hal yang cukup berbahaya.
“Jangan takut, aku tidak memiliki kekuatan apa-apa lagi untuk menyerang kalian. Yang aku sayangkan, kenapa kalian begitu berisik saat ini?”
Kazuto diam membeku, begitupun yang lainnya. Jantung mereka berdetak begitu kencang, debaran mereka terdengar nyaring, yang membuat segalanya begitu mendebarkan. Hanya saja, Kazuto masih sempat sempatnya tersenyum nyengir.
“Hoi, kau membuat kami takut. Tapi maafkan kami jika mengganggu istirahatmu. Kami benar-benar merasa kesulitan sekarang.”
Secara bersamaan, Helen menyalakan apinya jauh lebih besar di tangannya. Kondisi jauh lebih hangat. Namun, Kazuto sebenernya sudah memperingatkan Helen untuk tidak menggunakan apinya secara sembarangan karena ini berdampak pada penggunaan mana miliknya.
Saat itu juga, sorot api itu menyinari keseluruhan tubuh dari orang tersebut. Hal itu membuat Kazuto cukup kaget. Masalahnya, yang di hadapan Kazuto itu adalah seorang pria, dengan kulit yang penuh dengan luka. Itu semacam sebuah luka gatal yang menjijikkan dan begitu memenuhi wajah dan kulit pria dewasa itu. Penyakit kulit yang dialami oleh pria itu sangatlah parah, dan mungkin siapa saja yang melihatnya akan merasa jijik.
“Itu adalah reaksi yang normal. Aku sedang menunggu kematian karena tubuku diracun hingga timbul penyakit kulit seperti ini. Istirahatlah, kembalilah esok pagi. Aku tahu kalian habis menghindari magical beast. Tenang saja, aura naga ku cukup membuat magical beast tidak berani untuk masuk ke gua ini.”
Mendengar hal ini, Helen dan Laura benar-benar sangat terkejut. Dia benar-benar kaget bukan kepalang karena di hadapannya adalah seorang naga!
Ras naga yang terkena punya penyakit kulit. Ini adalah suatu hal yang mengejutkan bagi Kazuto. Seribu pertanyaan muncul di pikirannya tentang bagaimana bisa dia yang merupakan seorang ras naga bisa ada di tempat seperti ini? Padahal dia adalah binatang suci yang bahkan jauh lebih kuat dibandingkan dengan magical beast yang Kazuto temui sebelumnya.
ayo mampir juga dinovelku jika berkenan