Perkumpulan lima sahabat yang awalnya mereka hanya seorang mahasiswa biasa dari kelas karyawan yang pada akhirnya terlibat dalam aksi bawah tanah, membentuk jaringan mahasiswa yang revolusioner, hingga aksi besar-besaran, dengan tujuan meruntuhkan rezim curang tersebut. Yang membuat mereka berlima menghadapi beragam kejadian berbahaya yang disebabkan oleh teror rezim curang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoreyum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Munculnya Ancaman Misterius
Keberhasilan kelompok Mayuji dalam mengungkap kelemahan pemerintah di pengadilan dan mempermalukan mereka di hadapan publik tidak hanya mengundang simpati dari masyarakat, tetapi juga menimbulkan amarah dari pihak berkuasa. Di balik kemenangan yang mereka raih, ancaman baru mulai muncul dari tempat yang tak terduga. Pemerintah, yang merasa terpojok, mulai beralih ke taktik yang lebih gelap dan lebih pribadi.
Sosok Misterius dalam Bayang-Bayang
Di balik layar, pemerintah mulai bekerja sama dengan individu-individu yang memiliki koneksi di dunia bawah tanah—orang-orang yang mampu melakukan pekerjaan kotor tanpa meninggalkan jejak. Salah satu dari mereka adalah seorang pria yang dikenal dengan nama Bayu, tetapi tidak banyak yang tahu siapa dia sebenarnya. Bayu bukan sekadar pejabat pemerintah biasa; dia adalah seorang operator bayangan, orang yang selama bertahun-tahun bekerja di balik berbagai operasi pemerintah yang melibatkan pengendalian massa dan manipulasi.
Pria ini hampir tidak pernah muncul di hadapan publik, tetapi kekuasaannya di belakang layar sangat besar. Ia mengendalikan jaringan intelijen yang bergerak secara rahasia, dan dia memiliki tugas yang sangat spesifik: menghentikan gerakan mahasiswa yang dipimpin oleh Haki dan teman-temannya, dengan cara apa pun. Bayu beroperasi di luar batas-batas hukum, menggunakan cara-cara kotor yang tidak bisa ditelusuri kembali ke pemerintah.
Pada awalnya, kehadiran Bayu nyaris tidak terasa. Ia bergerak dengan sangat hati-hati, mempelajari kelompok mahasiswa itu dari jauh. Ia tahu bahwa mereka cerdas dan terorganisir, dan ia tidak bisa menyerang mereka secara langsung. Sebaliknya, ia memutuskan untuk melumpuhkan mereka secara perlahan, melalui ancaman-ancaman tersembunyi, sabotase, dan pemerasan psikologis.
Tanda-Tanda Pertama dari Ancaman
Tanda-tanda pertama dari kehadiran Bayu mulai terlihat ketika Haki, Luvi, Dito, Yudi, dan Mayuji merasa bahwa ada sesuatu yang salah. Aksi-aksi yang mereka lakukan di lapangan dan di dunia digital mulai menghadapi gangguan yang lebih intens dari biasanya. Dito, yang biasanya sangat ahli dalam mengamankan jaringan komunikasi mereka, mulai menemukan aktivitas aneh di server-server yang ia kelola.
“Gue ngerasa ada yang nggak beres,” kata Dito suatu malam, sambil menatap layar laptopnya dengan dahi berkerut. “Ada beberapa percobaan masuk yang nggak biasa. Biasanya, kita cuma hadapi upaya dari pemerintah yang standar—nggak terlalu canggih. Tapi sekarang, ada seseorang yang nyoba nge-hack server kita dengan cara yang jauh lebih kompleks.”
Luvi, yang duduk di sebelah Dito, tampak cemas. “Lo yakin ini dari pemerintah?”
Dito menggelengkan kepala. “Bukan dari saluran resmi mereka. Ini lebih tersembunyi. Gue nggak yakin siapa, tapi yang pasti, mereka nggak main-main.”
Sementara itu, di lapangan, Yudi dan Haki mulai merasa bahwa aksi-aksi protes kecil mereka selalu diawasi dengan lebih ketat. Setiap kali mereka mengadakan pertemuan rahasia, selalu ada tanda-tanda bahwa seseorang mengetahui gerakan mereka sebelumnya.
“Sesuatu aneh,” kata Yudi saat mereka bertemu di sebuah kafe yang sepi. “Gue udah coba ngubah tempat dan waktu aksi kita beberapa kali, tapi setiap kali, ada yang kelihatan tahu duluan.”
Haki mencoba tetap tenang, tetapi ia juga merasakan hal yang sama. “Mungkin mereka udah pasang orang di sekitar kita. Kita harus lebih hati-hati.”
Namun, itu bukan hanya tentang pengawasan. Semakin sering mereka bergerak, semakin banyak hal aneh terjadi. Beberapa anggota baru yang mereka rekrut tiba-tiba menghilang tanpa jejak, seolah-olah ada sesuatu yang menakutkan mereka sehingga mereka tidak berani lagi terlibat. Mayuji juga mulai menerima pesan-pesan anonim yang mengancam keselamatan dirinya dan teman-temannya.
“Gue dapet email yang aneh,” kata Mayuji kepada teman-temannya suatu malam. “Ada orang yang ngancam kalau kita terus ngelawan, kita bakal ‘dibungkam’. Nggak ada nama, nggak ada detail. Cuma peringatan samar.”
Haki, yang sudah terbiasa dengan ancaman, tetap tenang. “Mereka coba nakut-nakutin kita. Ini pasti cara pemerintah buat bikin kita mundur.”
Namun, ancaman itu terasa berbeda kali ini. Mereka tidak datang secara langsung dari pihak aparat atau saluran resmi, melainkan dari sumber yang lebih tersembunyi. Dan ancaman itu tidak hanya mengincar mereka secara kolektif, tetapi juga mulai terasa lebih pribadi.
Pertemuan dengan Bayu
Di saat mereka mulai merasakan tekanan yang semakin besar, Bayu mulai melancarkan langkah pertamanya secara langsung. Ia tahu bahwa mereka terlalu kuat jika diserang sebagai kelompok, jadi dia memutuskan untuk memecah mereka dari dalam, dengan menargetkan individu-individu kunci.
Suatu malam, saat Haki sedang berjalan pulang sendirian dari sebuah pertemuan dengan mahasiswa lain, dia didekati oleh seorang pria yang tidak dikenal. Pria itu tampak biasa saja, dengan penampilan yang tidak mencolok, tetapi ada sesuatu yang aneh dalam caranya mendekat. Haki merasakan firasat buruk.
“Lo Haki, kan?” tanya pria itu, sambil menatap Haki dengan tatapan dingin.
Haki berhenti, waspada. “Iya. Lo siapa?”
Pria itu tersenyum tipis, tetapi senyum itu tidak sampai ke matanya. “Nama gue nggak penting. Tapi gue kerja buat seseorang yang punya kepentingan sama lo dan temen-temen lo.”
Haki merasa dadanya berdegup lebih cepat. “Apa maksud lo?”
“Sederhana,” kata pria itu dengan nada yang tenang tapi penuh ancaman. “Lo dan temen-temen lo bikin masalah yang terlalu besar. Orang-orang di atas mulai muak. Mereka ngasih lo pilihan: lo berhenti sekarang, atau mereka yang akan buat lo berhenti.”
Haki mencoba menahan emosinya, meskipun rasa takut mulai merayap ke dalam dirinya. “Kita nggak akan berhenti. Kita punya hak buat ngelawan ketidakadilan.”
Pria itu mendekat, suaranya menjadi lebih rendah namun lebih menekan. “Lo bisa teriak soal keadilan sebanyak yang lo mau, tapi ini bukan soal hak lo lagi. Ini soal siapa yang lebih kuat. Dan kalau lo nggak ngerti peringatan ini, gue jamin, lo bakal ngerti nanti.”
Setelah mengatakan itu, pria itu berbalik dan pergi, meninggalkan Haki yang masih terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Ia tahu bahwa ancaman ini bukan main-main. Ini bukan lagi sekadar peringatan dari aparat yang bisa ditebak—ini adalah peringatan dari seseorang yang berada di balik layar, seseorang yang lebih berbahaya.
Malam itu, Haki berkumpul dengan teman-temannya, menceritakan apa yang terjadi. Semua merasa cemas, terutama setelah mendengar bahwa ancaman ini terasa lebih nyata daripada yang sebelumnya mereka hadapi.
“Jadi sekarang apa rencananya?” tanya Yudi dengan nada serius.
Haki, yang biasanya penuh semangat, kini berbicara dengan lebih hati-hati. “Kita nggak bisa mundur sekarang, tapi kita juga nggak bisa sembarangan. Gue rasa kita harus cari tahu siapa orang ini, dan siapa di balik dia. Kalau kita nggak tau siapa yang kita hadapi, kita bakal kesulitan.”
Mayuji mengangguk, setuju. “Kita harus tetap waspada, tapi jangan panik. Mereka coba pecah kita, bikin kita ketakutan. Kalau kita tetap solid, mereka nggak akan punya celah.”
Meskipun mereka berusaha tetap tenang, satu hal jelas bagi mereka semua—keberhasilan mereka mempermalukan pemerintah kini telah memunculkan ancaman baru yang lebih berbahaya. Bayu, sosok misterius yang bekerja dari balik layar, mulai bergerak, dan dia tidak akan berhenti sampai perlawanan ini hancur.