Allesia Cestaro adalah gadis seorang siswi kutu buku sekolah yang mengalami sebuah tragedi di malam perpisahan sekolah. Ia sengaja di beri racun gairah oleh teman-temannya untuk sekedar menjadikan momen perpisahan yang unik.
Tidak di duga ia akan di selamatkan oleh pria nomor 1 di sekolah dengan kekayaan keluarga mencapai triliunan, ia adalah Zigga Wirelless Allison.
Zigga membawa Allesia menjauh dari anak-anak nakal menggunakan mobilnya ke sebuah pinggiran sungai besar yang berada di sudut kota.
"Kamu tidak pernah minum, kenapa minum?" tanya Zigga.
"Calista bilang kalo ingin mendapatkan kamu aku harus bisa minum!" jawabnya malu-malu.
"Tolong aku?" lanjutannya dengan lirih gelisah.
"Dasar wanita bodoh!" Zigga melepaskan kemeja putihnya. "Alle, ingat satu hal, aku akan menolong mu tetapi aku tidak akan bertanggung jawab apapun yang terjadi ke depan!?" tegas Zigga.
Bagaimana nasib Alle selanjutnya, tragedi kenikmatan akankah membawa malapetaka atau keindahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamaperi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencoba untuk kabur.
Sekertaris Xenia terlihat sangat emosional ketika menatap wajah para gadis yang polos itu. Bagaimana pun dia pernah terjun dalam tindikan kriminal di masa lalunya. Ia akan menebus semua kejahatannya di masa lalu untuk berbuat baik lebih banyak di masa mendatang.
"Ketua, kami akan lanjutkan diskusi ini namun dengan syarat anda harus melepaskan gadis-gadis yang tidak bersalah ini!" ucap Sekertaris Xenia.
Meskipun Zigga tidak memberi perintah namun apapun keputusan Sekertaris Xenia akan selalu mendapatkan persetujuan dari Zigga.
Ketua Dunes tersenyum halus namun penuh kelicikan di dalam hatinya.
"Nona, apa jaminan kalian akan tetap melanjutkan diskusi ini jika aku tidak mempunyai sandera?" ucap Ketua Dunes tidak ingin terlihat bodoh.
"Saya adalah jaminan untuk kalian, saya akan tinggal di sini sampai tuan kami bersedia untuk menebus saya." ucap Sekertaris Xenia sangat meyakinkan.
Ketua Dunes sedikit ragu-ragu, dia menoleh ke arah Zigga yang hanya diam dan tidak menampilkan ekspresi yang mendominasi sehingga membuat Ketua Dunes tidak dapat memperkirakan apa sebenarnya rencana mereka. Namun, demi keuntungan yang besar ia tidak bisa untuk tidak mengikuti perkataan sekertaris Xenia.
"Baiklah, baik. Saya akan melepaskan gadis-gadis sialan ini. Pergi kalian!" sentaknya.
"Tunggu!" Sekertaris Xenia menghentikan langkah kaki para gadis yang akan pergi lewat pintu belakang. Sekertaris Xenia sangat paham apa yang akan terjadi di belakang jika mereka lepas dari pengawasnya.
"Kalian akan diantar pakai mobil kami. Orang-orang kami menunggu kalian di depan," lanjutnya sembari membawa para gadis-gadis itu untuk mengikuti dirinya keluar.
Sesampainya di halaman sekertaris Xenia langsung menyuruh mereka untuk masuk ke dalam mobil milik bodyguard mereka.
"Kalian kembalilah dan jangan pernah datang ke sini lagi," ucap Sekertaris Xenia memperingati para gadis itu.
"Kakak, terima kasih banyak, kami tidak akan pernah melupakan kebaikanmu. Suatu saat kami akan membalasnya. Jangan lupakan kami ya kakak!?" para gadis itu merasa sangat senang sekali.
Sekertaris Xenia hanya diam, dia menahan rasa emosionalnya di dalam hatinya. Karena terbiasa dengan kebengisan membuat Sekertaris Xenia lupa bagaimana tersenyum dengan tulus.
Di sisi lain ...
Tubuh dengan mata yang terpejam menggeliat mencari kenyamanan.
"Huuuaammmm.... Tubuhku, kenapa rasanya sakit semua?" Allessia bangun dari memijat pundaknya yang serasa pegal sekali.
"Jam berapa ini, apakah aku bangun kesiangan? Aku merasa kaya habis tidur selama semingguan," gumamnya mencari handphone. Sampai sini Ale belum sadar jika dia sedang tidak di dalam kamarnya.
Matanya mendelik ketika ia mendapati jam di ponselnya menunjukan pukul 2 siang. Mulutnya ternganga sampai bantal pun bisa masuk ke dalamnya.
"HUAAAAAA! AKU KESIANGAN! MATILAH AKU!" teriak Allessia langsung terjingkat dari kasur dan berlari ke kamar mandi. Namun, sejenak kakinya berhenti ketika dia menyadari jika dia sedang berada di tempat yang asing.
"Hah! Di mana ini!? Ini sepertinya bukan kamarku?" Alle melihat sekelilingnya. Allessia meneguk ludahnya dengan sangat susah sekarang, dia benar-benar tidak dapat mengenali tempat kini ia berada.
Ketika sedang dalam kebingungan tiba-tiba saja seorang pelayan datang membawakan makan siang untuk Allessia.
"Nona, makan siang anda sudah siap," ucap pelayan mempersiapkan tempat makan untuk Allessia.
_Apa? Kenapa mereka bersikap seolah-olah aku adalah tuan putri, di mana aku sebenarnya, kenapa aku tidak dapat mengingat apa yang terjadi semalam?_
"Emm .. boleh aku bertanya, sebenarnya saya ini ada di mana, ya?" tanya Allessia ragu-ragu.
"Tuan Zigga membawa anda, ini adalah apartemen milik Tuan Zigga, saya di sini untuk melakukan tugas saya untuk melayani anda," jawab pelayan tersebut menjelaskan.
DHUAAAR!
Otak Alessia tiba-tiba serasa ingin meledak. Bagaimana... Bagaimana bisa Zigga membawanya. Alessia terkulai lemas di kasur, dia bingung dan tidak tahu harus bagaimana, setelah sekian lama, bagaimana bisa Zigga menculiknya.
"Ini!" Alessia terkejut ketika menyadari jika bajunya telah di ganti. "ini, siapa yang mengganti pakaianku!?" tanya Alle syok.
Pelayan tersenyum. "nona, anda tenang saja, kami yang sudah membantu anda untuk mengganti pakaian. Nona, sebaiknya anda segera menghabiskan makanan ini, kami di tugaskan untuk memastikan anda makan dengan lahap," ucap pelayan dengan perhatian.
Alle mengelus dada dengan lega. "Oh, huft... syukurlah." Alle menghela nafas dan terdiam, dia pun kembali mengingat jika ia sudah ada janji dengan putranya akan pulang lebih awal, tapi ternyata ia malah terjebak oleh cinta lamanya.
"Aku tidak bisa makan, aku harus segera pulang, anakku menungguku di rumah, sampaikan pada Zigga untuk tidak lagi mengganggu ku, aku sudah memiliki keluarga dan seorang putra, sampaikan ini padanya dengan jelas, oke!" ucap Alle tergesa-gesa untuk keluar dari apartemen tersebut.
Pelayan itu sangat ketakutan ketika Allessia pergi begitu saja. Dia tidak tahu bagaimana nasibnya karena tidak bisa melakukan tugasnya dengan benar.
Sesampainya di apartemen miliknya, Alessia langsung mencari keberadaan putranya. Namun ia tidak dapat menemukan Algasia di manapun.
"Ah, aku lupa, ini adalah jam sekolah, lebih baik aku beres-beres sekarang juga, dan kami bisa langsung pergi setelah Alga pulang sekolah. Aku harus cepat!" Alle benar-benar tidak ingin berurusan dengan Zigga lagi, dia bertekad ingin pergi untuk menghindari Zigga. Alle tidak ingin Zigga membunuh anak yang sudah ia lahirkan dan ia besarkan.
Kata-kata Zigga selalu teriang-iang di kepalanya. "jika kamu hamil kamu bisa menggugurkannya."
"Tidak! Zigga tidak menginginkan bayi ku, aku akan mengembalikan cek ini, aku tidak ingin dia mengungkit uang ini untuk membunuh anakku. Aku membesarkan anakku dengan uangku sendiri. Zigga, kamu tidak bisa menahan ku." Alle menatap cek yang pernah Zigga berikan padanya. Alle merasa bersyukur karena selama ini menyimpan cek itu dan tidak menggunakannya sehingga dia tidak berhutang apapun pada Zigga.
Alle dengan gila memasukan apapun yang penting-penting saja ke dalam koper. Meskipun ia sendiri tidak tahu harus pergi kemana.
......
Sebuah sekolahan dasar, anak-anak terlihat berlarian di lapangan. Khusus kelas Alga kini sedang melakukan pelajaran olah raga.
Ketika anak-anak sedang berlari memutari lapangan tiba-tiba saja seorang anak gendut dengan sengaja menabrakkan diri ke Alga sehingga membuat Alga tersungkur ke bawah.
"Akh.. sssst!" Alga meringis kesakitan, dorongan anak gendut itu cukup keras membuatnya tersungkur sangat keras juga. Darah mengalir dari lutut Alga menandakan luka yang di alami cukup dalam.
"Alga!?" seorang guru pria berlari untuk menolong muridnya yang terjatuh. Bapak guru dengan cepat membopong Alga untuk di bawa ke UKS(unit kesehatan sekolah)
"Alga, apa masih sakit?" tanya pak guru.
"Masih, pak, namanya juga lukanya barusan, tapi sudah gak papa," jawab Alga sedikit agak malas menjawab pak guru, sebab anak yang barusan mendorongnya adalah anaknya pak guru ini.
"Maafkan Boboy ya Alga, dia tidak sengaja," ucap pak guru mewakili anaknya.
Alga memutarkan bola matanya dengan malas. Dia sudah menduga jika pak guru akan mewakilkan anaknya, bukan mengajarkan langsung ke anaknya bagaimana cara meminta maaf jika berbuat salah.
"Hmmm." sahut Alga membuang muka. "Jika sudah di perban biarkan aku turun, ini sudah jam pulang sekolah, mommy ku pasti sudah menunggu ku," ucap Alga.
"Iya, sebentar lagi perbannya selesai. Emm, sebagai permintaan maaf, bapak akan mengantar kamu ke mommy mu, bapak tidak ingin ada kesalahpahaman," ucap pak guru bersikap seolah-olah sangat bertanggung jawab.
"Tidak perlu, ini luka kecil, tidak perlu seheboh itu nanti mommy ku akan khawatir kalo bapak bicara secara formal kepada mommy." jelas Alga tidak ingin masalah ini lebih panjang. Semakin detail penjelasannya maka akan semakin panjang pertanyaan mommynya yang akan dia jawab.
"Baiklah kalo begitu, sekali lagi bapak minta maaf ya?" ucap pak guru sebelum akhirnya Alga keluar dari ruang UKS.
Setelah Alga pergi seseorang berpakaian formal layaknya bodyguard keluar dari tirai.
Pak guru memberikan darah yang ia dapat dari luka Alga kepada bodyguard suruhan Zigga.