Alice Catlyn, seorang gadis culun yang selalu menjadi sasaran ejekan perundungan di sekolah, menemukan pelipur lara dalam sosok seseorang yang selalu hadir untuknya. ketulusan dan kepedulian orang itu membuat Alice diam-diam jatuh cinta. Namun perasaannya tetap tersimpan rapat, tak pernah di ungkapkan.
beberapa tahun kemudian, Alice berubah menjadi pribadi yang ceria dan penuh semangat. Di tengah kehidupannya yang baru, ia bertemu dengan seorang pria berhati dingin dan penuh misteri. tatapan tajam dan wajah datar pria itu tak mampu menyembunyikan cinta mendalam yang ia rasakan untuk Alice
Kemanakah hati Alice akan berlabuh? kepada seseorang yang dicintainya atau seseorang yang mencintainya?
Ikuti perjalanan cinta Alice yang penuh dengan Lika liku, dalam"Cinta Terakhir Alice". sebuah kisah yang menyentuh hati tentang pilihan dan takdir cinta.
Note: kisah ini terbagi menjadi 2 season, season pertama di masa sekolah SMA dan season kedua di masa dewasa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nda apri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melupakan apa yang terjadi
Tiga hari kemudian,
Alice kembali ke sekolah setelah mengambil cuti untuk menenangkan diri. Ia memang sengaja mengurung dirinya sendiri untuk menghilangkan rasa trauma yang sempat menghantuinya akibat kejadian kemarin.
Sementara itu, papahnya, Erlangga, masih belum mengetahui bahwa putrinya mengalami peristiwa yang sangat menyedihkan. Pria paruh baya itu sedang sibuk mengurus beberapa pekerjaan di luar kota, tenggelam dalam kesibukannya.
Alice pun tidak berniat untuk mengadu kepada papahnya tentang apa yang telah terjadi. Ia memilih untuk menyimpan semuanya sendiri, mengisolasi rasa sakitnya dalam hening.
Hari-hari di sekolah berjalan seperti biasanya, penampilan Alice juga kembali seperti biasanya dengan rambut kepang dan kacamata bulat di wajahnya.
Saat memasuki pintu kelas, Alice secara tak sengaja berpapasan dengan Rey. Rasa takut masih mengendap dalam dirinya, namun ia berusaha untuk melupakan apa yang terjadi seolah tidak terjadi apa-apa.
Rey juga hanya terdiam, wajahnya datar dan terlihat sangat berbeda dari biasanya, seolah menyimpan beban yang tak terucapkan.
Alice melanjutkan langkahnya menuju bangku miliknya. Di sana, Danzel sudah menantinya dengan wajah berbinar. Senyumnya yang cerah seakan menjadi sinar harapan di tengah kegelapan yang menyelimutinya.
"sudah lebih baik Alice?" tanya Danzel
Alice mengangguk tersenyum sembari duduk di kursinya.
"Baguslah."ucap Danzel yang ikut senang mendengarnya
"oh ya ini buku catatanku, kamu bisa menyalinnya. aku sengaja mencatat materi selama tiga hari agar kamu tidak tertinggal pelajaran." Danzel menyerahkan bukunya kepada Alice
Alice menerimanya."Terimakasih Danzel, aku juga sangat berterimakasih atas pertolonganmu kemarin."
"Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kamu tidak menyelamatkan ku."sambung nya
"Sama-sama Alice. aku adalah sahabat mu, setiap sahabat pasti akan selalu melindungi sahabatnya.Semoga persahabatan kita akan abadi selamanya."ujar Danzel menepuk pundak Alice pelan
Alice mengangguk dan tersenyum getir. "dua hal yang saat ini belum serasi, mataku yang memandangmu sebagai cintaku, sedangkan matamu yang memandangku sebagai sahabat, hanya seorang sahabat."ucapnya dalam hati
**
Hari demi hari berlalu,
di setiap harinya Alice merasakan perubahan yang tidak seperti biasanya. terutama perubahan sikap Rey yang menjadi pendiam. Alice juga sering melihat Rey selalu sendirian tanpa Mike, Megan ataupun Stella. bahkan teman lainnya juga menjauh dan tidak ingin berteman dengan Rey.
Rey juga sering menjadi target perundungan oleh teman-teman sekelas, bahkan teman satu sekolah.
Fakta yang sedang terjadi, beberapa siswa yang membully Rey adalah mereka yang dulu pernah mengalami hal serupa dari Rey sendiri. kini mereka memanfaatkan kesempatan untuk membalas perbuatan buruk yang pernah Rey lakukan.
**
bel pulang telah berbunyi, seluruh siswa-siswi mulai berhamburan keluar dari kelas.
Di tengah hiruk pikuk itu, Alice berjalan menyusuri koridor dengan langkah pelan. Dari kejauhan, pandangannya tertuju pada keributan di ujung koridor.
Rey tampak gelisah dan frustrasi, Beberapa siswa terlihat sedang mengerjai Rey, merebut kunci motor miliknya dan mengoperkannya dari satu siswa ke siswa lain, seolah bermain lempar tangkap.
Wajah Rey yang sudah kusut semakin menunjukkan kekesalan. Ia mondar-mandir dengan cepat, berusaha merebut kuncinya kembali.
Saat Rey akhirnya berhasil mendekati siswa yang memegang kuncinya, dan tepat saat ia hendak merebutnya, tiba-tiba sebuah bogeman kuat menghantam ujung bibirnya. Dentuman keras itu membuat Rey terhuyung ke belakang, bibirnya sedikit terluka, dan darah mengalir perlahan.
sedangkan siswa yang memegang kuncinya tadi melemparkan kunci itu kepada seseorang.Orang itu menangkapnya dengan satu tangan, dan tatapan sinisnya segera mengarah ke Rey.
"kau mau ini?"ucap seseorang itu yang tak lain adalah Danzel
Rey memandangi Danzel dengan pandangan bimbang. Danzel menatapnya dengan senyum menyeringai
"Kemarilah dan ambil sendiri dari tanganku."
Rey mendekat dan berharap Danzel benar-benar akan menyerahkan kuncinya. Namun, saat Rey hendak meraih kunci itu, Danzel dengan cepat menjauhkan tangannya, membuat Rey tampak bodoh di hadapan kerumunan. Tawa meledak dari siswa-siswa di sekitar mereka.
"Bagaimana Rey? Apakah kau sudah menikmati hukumanmu ?"tanya Danzel
"Bagaimana juga rasanya di tindas seperti ini? di permainkan oleh orang-orang yang sebelumnya kau anggap lemah?"ejek Danzel
Rey hanya terdiam menatap jauh ke dalam mata Danzel
"Sebenarnya ini adalah karma yang seharusnya berlaku untukmu, Aku hanyalah jalan untuk mereka yang ingin membalas perlakuanmu yang suka membully itu!"
"Jadi rasakanlah dan renungi semua kesalahanmu, terutama kesalahanmu terhadap Alice!"seru Danzel, dalam sedetik tatapannya berubah menggelap.
Rey terdiam, napasnya terengah-engah, rasa malu dan kemarahan ditahannya. Tangannya mengepal kuat, tapi ia tahu melawan hanya akan memperburuk keadaan. Danzel melihat kepedihan di mata Rey dan tertawa puas, menikmati momen di mana Rey kini menjadi objek hinaan yang tak bisa melawan.
Tanpa mempedulikan kunci motornya lagi, Rey bergegas pergi meninggalkan mereka semua.
Alice yang masih berdiri disana, tidak menyangka. jadi penyebab Rey di jauhi oleh semua orang adalah karena Danzel. Alice paham kenapa Danzel melakukan itu semua, Rey memang sudah sepantasnya di hentikan. akan tetapi, rasa kasihan dan iba selalu membebani pikiran Alice.
**
Rey berdiri diam, bersandar pada motornya yang berada di parkiran. Pandangannya lurus menatap jauh ke depan, seolah mencoba mengabaikan semua yang baru saja terjadi.
Saat Rey mengangkat tangannya untuk menyeka darah yang mengalir di sudut bibirnya, tiba-tiba sebuah sapu tangan terulur ke arahnya.
Karena pikirannya masih kacau, tanpa berpikir panjang, Rey menerimanya. Ia hampir menggunakannya untuk membersihkan darah di bibirnya, tapi tiba-tiba kesadarannya kembali. Siapa yang peduli padanya hingga memberikan sapu tangan?
Dengan rasa penasaran, Rey menoleh ke samping. Di sana, berdiri Alice, dengan senyum tipis yang penuh kekhawatiran, menatapnya ragu-ragu. Matanya yang lembut memancarkan rasa iba, tapi juga ketakutan.
"Ada apa kau kesini?"ucap Rey dingin
"kau pasti ingin mengejekku kan? kau juga pasti merasa puas saat aku di berlakukan seperti ini!"suaranya semakin meninggi
"Jika ingin menertawai ku tertawa saja, atau kau bisa menghina ku bahkan memaki ku. kau juga bisa melukaiku, balas lah semua perbuat jahat yang sudah pernah aku lakukan kepada mu."
Alice menggeleng pelan, "Tidak, Rey," jawabnya dengan suara lembut, "aku tidak ingin melakukan itu. Aku hanya merasa kasihan padamu. Aku—"
"Hhh, kasihan katamu?" Rey memotongnya dengan cepat. "Jangan sok peduli padaku. Aku yakin, di dalam hatimu yang paling dalam, kau merasa senang kan!"
Alice menatap Rey dengan tatapan sedih, melihat betapa terluka nya Rey. meskipun banyak kejahatan yang sudah Rey lakukan, Alice tetap ingin peduli kepadanya. tak ada dendam ataupun kekesalan meskipun rasa trauma akibat kejadian kemarin masih sedikit membekas di hatinya.
"Baiklah tidak apa-apa, jika kamu tidak mempercayaiku. Aku kesini hanya ingin mengembalikan ini kepada mu." Alice meraih tangan Rey dan menaruh kunci motor di telapak tangannya
Alice tersenyum kemudian bergegas pergi, meninggalkan Rey yang menatap kepergian Alice dengan perasaan yang sulit di artikan.
Sebelumnya, Alice telah meminta kunci tersebut kepada Danzel.
cara nya hanya wajib follow akun saya sebagai pemilik Gc Bcm. Maka saya akan undang Kakak untuk bergabung bersama kami. Terima kasih