Namaku Lakas, klan vampir dari darah murni, aku adalah seorang bangsawan dari raja vampir terkuat.
Adanya pemilihan pangeran pewaris tahta kerajaan vampir, menjadikanku salah satu kandidat utama sebagai penerus klan vampir darah murni.
Namun, aku harus menemukan cinta sejatiku dibawah cahaya bulan agar aku dapat mewarisi tahta kekaisaran vampir selanjutnya sebagai syarat utama yang telah ditetapkan oleh kaisar vampir untuk menggantikannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 Pertemuan Itu
Cornelia masih berdiri tertegun ketika Lakas menatapnya diam.
Mereka saling berpandangan satu sama lain dalam keheningan malam yang semakin larut.
Cornelia tak pernah menyangka akan kembali bertemu dengan Lakas setelah sekian lama mereka tidak berjumpa, hampir sepuluh tahun lamanya.
Keharuan tidak bisa dia sembunyikan dari sorot mata Cornelia ketika dia melihat Lakas kembali hadir dihadapannya lagi.
Hal yang bisa Cornelia lakukan saat ini, hanya diam dengan tubuh gemetaran ketika melihat Lakas sedangkan kedua matanya tak terasa mengucurkan air mata.
"Cornelia...", sapa Lakas dengan suara lembutnya.
Cornelia semakin tak berdaya ketika mendengar namanya disebut kembali oleh Lakas setelah sekian lama dia menyimpan kerinduan yang dalam dihatinya.
"Apa kabar ?" sapa Lakas.
Tangisan Cornelia pecah, air matanya tak dapat dia bendung lagi saat mendengar suara Lakas menggema menyapanya.
"Kenapa menangis ?" ucap Lakas.
Senyuman menawan menghias sudut bibir Lakas ketika melihat air mata Cornelia turun berderai, membasahi pipinya yang merah merona.
"Lakas...", gumam Cornelia tersedu-sedu haru.
Tubuh Cornelia bergetar lembut ketika tangisannya pecah, kerinduan yang tersimpan lama dalam hatinya tak mampu dia tutupi lagi.
Akhirnya Cornelia tak kuasa menahan dirinya, dia berlari menghampiri Lakas.
Namun, tiba-tiba langkah kakinya terhenti sesaat saat dia mulai berada dekat ke arah Lakas yang berdiri tak jauh darinya.
Ragu-ragu Cornelia hendak menghampiri Lakas yang diam memandanginya.
Saat langkah kakinya terhenti untuk mendekat, tak terasa tangannya terulur ke depan, hendak menyentuh Lakas yang ada dihadapannya kini.
"Lakas, aku merindukanmu...", gumam Cornelia.
Saat Cornelia mengurungkan niatnya untuk menyentuh Lakas, tiba-tiba Lakas meraih tubuhnya dan memeluknya erat-erat.
"Cornelia...", ucap Lakas sembari terpejam diam.
"Lakas ! Kenapa kau lama sekali ???" pekik Cornelia sembari menangis terharu.
Cornelia tidak mampu lagi membendung air matanya yang berderai membasahi wajah cantiknya saat dia berada didalam pelukan Lakas.
Gadis cantik itu terus menangis, meluapkan kerinduan dalam hatinya setelah sekian lama dia tidak bertemu dengan Lakas, sosok yang sangat berarti dalam hidupnya.
Cornelia menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Lakas, sang vampir.
"Cornelia...", bisik Lakas.
"Aku merindukanmu, tuanku Lakas !" ucap Cornelia disela-sela isakan tangisannya yang pecah.
Lakas tersenyum saat mendengar curahan hati Cornelia yang merindukan dirinya setelah sekian lama, mereka tidak pernah bertemu lagi.
Pelukan Cornelia semakin rapat dalam dekapan Lakas.
Lakas mendengus pelan sembari mengusap lembut bibirnya yang menawan ke pipi Cornelia.
"Kau sudah tumbuh besar, Cornelia...", ucap Lakas.
Cornelia hanya menangis tanpa menjawab ucapan Lakas, namun, dia semakin mengeratkan pelukannya pada vampir tampan itu.
"Kenapa kau pergi begitu lama ?" ucap Cornelia.
"Maafkan aku, terlalu lama pergi darimu, Cornelia...", bisik lembut Lakas.
"Apa kau marah padaku ?" tanya Cornelia.
"Tidak...", sahut Lakas.
Lakas melepaskan pelukannya lalu menatap ke arah Cornelia dengan senyuman lembutnya.
"Apa kau kesal aku pergi terlalu lama ?" tanya Lakas.
"Iya..., sepuluh tahun lamanya kau pergi dalam peti matimu, dan aku tidak ingin melihatmu didalam peti mati itu lagi, tuanku Lakas", sahut Cornelia.
Lakas menyeringai tipis, senyumnya terus menghiasi sudut bibirnya yang menawan hati.
"Apakah kau mengkhawatirkanku ?" tanya Lakas sembari memandangi Cornelia yang telah tumbuh besar.
"Ya, aku sangat mencemaskanmu", sahut Cornelia.
Lakas terdiam sesaat ketika melihat Cornelia sedangkan gadis cantik itu masih saja menangis terisak-isak.
"Kau tahu kalau hari ini adalah hari ulang tahunku", ucap Cornelia.
"Iya, aku tahu itu...", sahut Lakas.
"Apa kau tidak rindu kepadaku ?" tanya Cornelia.
"Rindu..., aku sangat merindukan bertemu denganmu lagi, bahkan dalam keheninganku didalam peti matiku, aku selalu mengingatmu, Cornelia...", sahut Lakas.
Keduanya saling berpandangan lama, rasa rindu dalam hati Cornelia tidak mampu dia tutupi lagi dari Lakas, terlihat gadis itu berjalan kembali ke arah Lakas lalu memeluknya lagi.
"Tuanku Lakas...", bisik Cornelia.
Lakas tertegun diam, tetapi gairah dalam jiwanya berguncang keras seolah-olah ingin memberontak ketika Cornelia memeluk dirinya lagi.
Namun, Lakas berusaha kuat untuk menahan gairah dalam dirinya terhadap Cornelia setelah sekian lama dia menjalani masa pelatihan dalam peti matinya yang tersegel oleh mantra.
Lakas mengarahkan telapak tangannya ke depan, berusaha merengkuh tubuh Cornelia tapi ditahannya hasrat yang bergejolak keluar dari dirinya.
"Cornelia...", gumamnya tertahan.
Lakas mendengus pelan seraya melengos ke arah lainnya.
Hasratnya hampir tak terkendali saat berada dekat dihadapan Cornelia.
Mendadak saja tubuhnya menjadi gemetaran, dan berubah panas yang membakar kuat dari dalam jiwa Lakas saat Cornelia memeluk dirinya.
Bruk... ! Tak tersadar Lakas jatuh bersimpuh dihadapan Cornelia.
Pandangannya tertunduk dalam sedangkan deru nafasnya memburu cepat, suaranya menggeram pelan.
Lakas tak kuasa menahan rasa sakit yang teramat perih dalam hatinya sembari menggenggam kuat dadanya yang bergetar keras, dia berusaha tetap sadar.
"Lakas..., ada apa denganmu ?" ucap Cornelia yang berubah cemas ketika melihat Lakas jatuh bersimpuh didekat kakinya.
Cornelia menatap Lakas secara dekat, diperhatikan wajah sang pangeran vampir itu lekat-lekat.
"Kau baik-baik saja...", ucap Cornelia yang semakin cemas.
Cornelia memandangi Lakas dengan penuh perhatian, dibelainya wajah tampan milik Lakas.
"Katakan padaku, mana yang kau rasa sakit ?" ucap Cornelia.
Lakas hanya terdiam ketika Cornelia menanyai dirinya sedangkan wajahnya berubah merona merah, terbakar panas oleh gairah dalam jiwanya yang meletup-letup, saat dirinya menahan kerinduan terhadap aroma tubuh Cornelia yang terus-menerus menggodanya.
Tanpa Lakas sadari, dia menggeram pelan saat mencium aroma tubuh Cornelia, dengan cepat, dia mengalihkan pandangannya dari gadis cantik itu.
"Lakas...", panggil Cornelia cemas.
Cornelia memaksa Lakas untuk menatapnya kembali ketika laki-laki itu menghindari tatapannya.
"Kenapa denganmu ? Apa kau sakit ?" tanya gadis cantik itu dengan penuh cemas.
Cornelia berusaha mengalihkan pandangan Lakas kepadanya lagi tapi sang pangeran mati-matian menjauhi dirinya karena dia tidak ingin menyakiti Cornelia.
Hasrat terlarang dalam dirinya akan darah milik Cornelia berusaha ditahan oleh Lakas.
Lakas kembali menjauhkan Cornelia dari dirinya lalu bergerak mundur, menghidari sentuhan tubuh Cornelia terhadap dirinya.
Namun, Cornelia terus mengejarnya dan mendekati dirinya bahkan berusaha untuk meraih tubuh sang vampir ke dalam pelukannya sambil berbisik lembut ditelinga Lakas.
"Apa kau menginginkan darahku ?" ucap Cornelia.
Lakas terhenyak kaget, pandangannya langsung teralihkan ke arah Cornelia yang ada di dekatnya.
Tatapan Lakas berubah tajam saat mendengar ucapan Cornelia yang menyebutkan bahwa dirinya menginginkan darah milik gadis itu setelah lama dia tidak meminumnya lagi.
Lakas semakin kuat menahan hasrat terlarangnya akan keinginannya terhadap darah milik Cornelia.
Pangeran vampir itu menjauhkan dirinya dengan bergerak pergi dari sisi Cornelia.
"Jangan pergi !" teriak Cornelia saat Lakas menjauh darinya.
Tampak Lakas melayang terbang tak jauh dari hadapan Cornelia.
"Jika kau ingin meminum darahku, katakanlah padaku bahwa kau menginginkannya, aku tidak mempermasalahkannya kalau kau ingin menghisap semua darahku", ucap Cornelia.
Lakas semakin tertegun diam sedangkan sorot matanya berubah sendu.
"Grrrmmm...", erangnya tertahan kuat sedangkan tatapannya berubah nanar.
Lakas tak kuasa menahan kesedihan dalam hatinya terhadap Cornelia karena dia tidak dapat menyentuh gadis itu bahkan berada dekat dalam waktu lama, dia tidak mampu melakukannya.
Dalam kesedihan hatinya yang teramat perih, Lakas bergerak hendak pergi dari dalam toko kue ini.
Suara Cornelia terdengar kembali, memanggil Lakas.
"Lakas tunggu !!!" teriak Cornelia yang menghentikan gerakan tubuh sang vampir untuk pergi.
Cornelia berkata kembali kepada Lakas.
"Lihat aku kemari !!! Lihat aku Lakas !!!" teriak Cornelia.
Lakas terhenyak kuat lalu menoleh ke arah Cornelia yang berdiri sedang menatapnya.
Betapa terkejutnya Lakas saat melihat Cornelia menanggalkan satu demi persatu pakaian yang dia kenakan dari tubuhnya.
"Cornelia...", gumam Lakas tertegun diam.
"Hisaplah darahku ! Jangan ragu-ragu ! Milikilah aku seutuhnya untukmu !" ucap Cornelia yang menawarkan dirinya kepada Lakas.
Meski Cornelia mengatakannya semuanya dengan tegar namun, suaranya terdengar bergetar, terlihat jika dia menahan kesedihan dalam hatinya.
"Lakukanlah sesuka hatimu tapi tolong padamu, kumohon jangan pernah pergi lagi dariku karena aku tidak bisa melakukannya tanpamu, Lakas...", ucap Cornelia yang berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah bercucuran, membasahi wajah cantiknya.