Hellena adalah gadis cantik yang hidup dalam belenggu masalalu, Ia berusaha bangkit dan melupakan kekasih yang sangat ia cintai itu. Kemudian Hellena bertemu dengan Daniel yang diam diam menyukainya dan berusaha membuat Hellena jatuh cinta padanya dan mencintainya bukan sebagai bayangan dari masalalu melainkan sebagai sepasang kekasih yang pantas untuk mencintai dan dicintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ivanyou, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kencan?
Setelah melewati hari-hari yang panjang dan melelahkan akhirnya Hellena bisa menikmati akhir pekan dengan tenang, jika akhir pekan lalu dia menghabiskan waktunya diluar namun kali ini dia hanya akan berdiam diri di rumah menonton drama dengan cemilan yang sudah ia siapkan. Cemilan sekantong besar yang diberikan Daniel beberapa hari lalu sangat berguna untuk akhir pekannya.
"Aku harus nonton drama apa dulu ya? Saking banyaknya pilihan jadi bingung gini." Hellena berbaring sambil menggulir layar tabletnya memilih acak drama yang akan ditontonnya.
"Oke, aku nonton ini aja." Menunjuk pada drama yang mengisahkan pertemanan lawan jenis dari kecil hingga dewasa yang ternyata karakter laki-laki menyimpan perasaaanya terhadap teman perempuannya. Hellena sangat menyukai drama roman seperti ini walau kehidupan romansanya tidak semenarik apa yang dia tonton.
Hellena menonton tiga episode sekaligus, membuat matanya sedikit perih karena terlalu lama menatap layar tablet. Dia berencana untuk menyegarkan tubuhnya dulu, sebenarnya gadis itu belum mati sejak bangun beberapa jam yang lalu. Ia bergegas masuk ke dalam mandi membawa handuk putih ditangannya.
Dunia terasa milik sendiri, Hellena mandi sambil bernyanyi asal tidak tahu lirik lagu apa yang sedang dia kumandangkan, dia hanya berteriak dengan nada. Untung saja gadis itu tidak memiliki impian sebagai seorang idola karena dia hanya cocok menjadi penggemar saja dilihat dari kualitas suaranya.
"Hidup hanya makan, tidur, mandi tapi kenapa sesulit ini?"
"Jawabannya cuman satu, pikiran yang membuat sulit bukan hidup." Lanjutnya berbicara didepan cermin merasa bangga dengan kalimat spontan yang dia ucapkan itu. Hellena keluar menggunakan handuk putih pendek diatas lututnya dengan rambut terbungkus handuk hitam kecil.
Hellena mengambil ponsel diatas bantal memeriksa apakah ada pesan yang ia terima atau tidak, ya tentu saja ada dengan jumlah terbanyak dari Daniel. Dia memeriksa apa isi pesan itu satu persatu.
Kamu sibuk ga nanti malam?
"Sibuk."
Sibuk ngapain?
"Nonton drama sampai subuh."
Hellena hendak meletakkan ponselnya lagi lalu berencana untuk berganti pakaian santai tapi Daniel sudah mengiriminya pesan lagi.
Nanti malam jalan yuk
"Jalan kemana? Males ah lagian akhir pekan lalu juga udah jalan, aku mau dirumah aja."
Jalan bareng lagi, kita cari seblak
Seblak? Jenis godaan apalagi ini, perempuan mana yang tidak suka makanan pedas. Hellena memang sudah mengincar makanan itu tapi belum punya waktu untuk memakannya. Apakah ini sudah waktunya? Bagaimana rencananya untuk rebahan saja sambil menonton drama? Oke beri Hellena sedikit waktu untuk berpikir.
"Ya udah, Abang jemput ya."
Siap, tuan putri
Tuan putri? Daniel selalu kejutan yang kadang-kadang membuat Hellena tidak habis pikir. Lelaki sedingin Daniel bisa semanis ini.
Hellena membuka lemari lalu memilih pakaian apa yang cocok dia gunakan malam ini. Tidak mungkin membeli seblak tapi menggunakan pakaian pesta? Sangat berlebihan dan akan menjadi pusat perhatian banyak orang. Hellena mengambil kaos oversize dengan celana pendek denim selutut. Walaupun berpakaian santai tapi wajahnya tetap harus di rias agar tetap terlihat segar.
"Kamu mau kemana?" Tanya Hellena melihat Jonathan yang sudah tampil tapi dengan wangi yang semerbak.
"Pergi bentar, Kakak sendiri mau kemana?"
"Jalan."
"Jalan sama Bang Daniel?"
Hellena mengangguk pelan mengiyakan apa yang adiknya tanyakan. Tidak mungkin juga dia menjawab pergi bersama Yosea sedangkan gadis itu juga sedang sibuk dengan dunianya.
"Zefanya?" Pertanyaan Hellena sanggup membuat Jonathan merona, gigi lelaki 18 tahun itu bisa benar-benar kering karena salah tingkah. Jonathan sekarang sedang berada di era butterfly.
Daniel datang tepat saat keduanya keluar dari pintu utama. Daniel yang menggunakan kaos hitam, jaket denim serta celana jeans hitam membuatnya terlihat sangat keren malam ini. Daniel memang selalu keren setiap harinya.
"Zefanya udah tungguin tuh, Jo. Kalian hati-hati ya, awas aja lu." Canda Daniel pada Jonathan yang mengacungkan jempol siap untuk menjemput Zefanya.
Motor hitam milik Daniel membawa mereka pergi ke taman kota, kebetulan disana ada festival musik yang lengkap juga dengan wisata kuliner. Hellena tidak tahu jikalau ada festival musik malam ini dengan lautan manusia yang seramai ini. Daniel melepaskan helm di kepala Hellena lalu merapikan rambut Hellena yang berantakan.
"Mau cari seblaknya dulu?"
"Tujuan kita dari awal emang seblak kan?"
"Iya, cari seblak sekalian..."
"Sekalian apa?" Potong Hellena sambil memicingkan matanya penuh curiga. Daniel menggeleng cepat lalu membawanya pergi mencari dimana letak seblak itu berada.
Taman kota yang begitu ramai hingga membuat semua orang harus berdesakan. Daniel yang awalnya berjalan di belakang Hellena berpindah posisi di depan agar lebih mudah menjaga gadis itu, posisi berjalan dengan berdesakan seperti ini cukup rawan untuk perempuan. Daniel menggenggam tangan Hellena, bukan tanpa alasan tapi hanya sekedar untuk membuat mereka berdua tidak terpisah satu sama lain. Hellena tidak masalah walau sedikit kaget saat tangannya dijangkau Daniel.
Mata mereka mencari dari ujung ke ujung dimana letak orang yang menjual seblak hingga pada akhirnya mereka menemukannya ditengah kerumunan. Daniel membawa Hellena menuju meja yang baru kosong agar tidak ditempati oleh lain lebih dulu. Hellena menatap bingung menu yang ada ditangannya, bingung seblak mana yang harus dia makan.
"Oke, mau pesan yang ini levelnya mau level yang sepuluh ya, Kak." Ucap Hellena pada karyawati didekat mereka.
"Seblak yang ini, level 3 aja."
"Kalau untuk minumnya?"
"Es teh jumbo tapi dua ya, Kak." Jawab Hellena
"Itu aja, Kak?" Tanya pelayan perempuan itu untuk memastikan. Hellena menggeleng cepat membuat Daniel bingung.
"Minuman Abang belum dipesan." Sambung Hellena.
"Bukannya dua es teh tadi untuk kita berdua sekalian?"
"Enak aja, dua es teh tadi buat aku kalo cuman satu mana cukup." Sangkal Hellena membela diri sambil melipat kedua tangannya didepan dada.
Daniel baru teringat sebuah fakta menarik yang hampir terlupakan, Hellena selalu memesan dua minuman disetiap kesempatan termasuk saat mereka di cafe dan jajanan pinggir jalan pekan lalu. Lelaki itu mengangguk pelan setelah memikirkan hal itu, sungguh gadis yang unik.
"Samain aja tapi cuman satu." Ucap Daniel menekankan kata terakhir yang ia ucapkan membuat Hellena sedikit tersinggung.
Sambil menunggu makanan yang mereka pesan datang, mereka berdua sama-sama memainkan ponselnya agar tidak bosan. Daniel yang tidak mau kehilangan kesempatan mengambil beberapa gambar Hellena melalui ponselnya. Hellena terlihat lucu, tubuhnya yang mucul terlihat semakin lucu menggunakan kaos yang besar ditambah rambutnya yang diikat asal.
Seblak dengan warna merah menggoda membuat Hellena antusias untuk segera menyantap menu yang sudah lama ingin dia makan sedangkan seblak pucat yang ada di satu nampan membuat pemandanganya menjadi sedikit rusak. Apakah hampir semua lelaki tidak suka memakan seblak yang pedas? Karena Hellena selalu melihat konten dimana kebanyakan lelaki tidak mau memakan makanan yang terlalu pedas.
"Proposal Abang gimana kabarnya? Udah diterima sama dosen?"
"Masih revisi."
"Abang rencana penelitiannya tentang apa?"
"Sesuai kajian yang Abang minati, rencananya mau ambil penelitian tentang identifikasi kedalaman air tanah."
Hellena mengangguk mengerti sambil memperhatikan Daniel yang kepedasan, es teh yang dia pesan sudah tandas. "Kalau ga tahan pedas kepada pesan yang pakai cabe? Original aja kan bisa." Lanjutnya lalu menyodorkan es teh miliknya yang belum dia minum kepada Daniel.
"Abang kira pedasnya masih wajar, ternyata lumayan."
"Lumayan darimana? Bibir sampai merah gitu." Sindir Hellena.
Setelah kenyang makan seblak, mereka pergi untuk menikmati festival musik yang tidak terlalu jauh dari pusat kuliner. Mereka sangat menikmati setiap lagu yang dinyanyikan dengan begitu merdu.
"Hellena, anggap kalau kita lagi kencan sekarang." Ucap Daniel pelan tapi masih terdengar jelas oleh Hellena.
"Aku boleh jujur?"
"Boleh, dari awal memang seharusnya saling terbuka supaya Abang juga mudah buat semakin paham sama kamu."
Hellena cukup terharu dengan kalimat yang disampaikan Daniel sekarang ditambah lagu yang sesuai dengan suasana mereka sekarang.
"Hellena masih perlu waktu untuk bisa nerima perasaan Abang sama Hellena. Abang baik banget sampai ga pernah berpaling walau Hellena suka cuekin Abang hampir tiap hari, mungkin Abang juga pernah berpikit buat nyerah gitu aja tapi sampai sekarang masih bertahan buat dekatin Hellena. Abang liat gelang yang Hellena pakai?" Jelas Hellena lalu menunjukkan gelang yang ada ditangan kirinya.
"Iya, kenapa? Jelasin sama Abang biar ngerti."
"Gelang ini dari lelaki yang Hellena cintai sampai sekarang tapi dia udah ga ada karena kecelakaan tahun lalu." Jelas Hellena pelan, air mata yang tidak tertahankan membuat dirinya terlihat begitu menyedihkan sekarang.
"Hellena ga mau nerima Abang tapi hati Hellena masih buat orang lain. Hellena juga tau dia udah ga ada tapi kenangannya masih ada sampai sekarang terlebih kalian punya banyak kemiripan untuk memperlakukan aku dengan baik, kalian dua orang yang berbeda tapi bayangan dia ada di diri Abang."
Daniel memberanikan diri untuk memeluk Hellena agar membuat gadis itu sedikit tenang dan juga tidak menjadi pusat perhatian karena menangis di tempat umur seperti ini.
"Semuanya ada di tangan Abang, kalo mau pergi juga gapapa. Hellena sekarang ga pantes buat dapat perhatian siapapun termasuk Abang."
"Ga boleh ngomong gitu dan makasih kamu udah berani jujur sama Abang perihal hal ini. Jangan dibahas lagi, ga baik juga buat kamu." Ucap Daniel berusaha menenangkan Hellena yang terus menangis.
Daniel juga ikut merasakan sakit saat mendengar apa yang Hellena katakan padanya. Gadis yang selalu bersamanya tiap hari merasakan trauma karena harus melihat bayangan masalalu ada pada dirinya. Daniel sedang tidak menirukan siapapun, dia bertindak alami sebagaimana mestinya dia memperlakukan perempuan yang dia sukai. Untuk beberapa waktu kedepan, dia tidak akan mau membahas ini lagi.
Hellena memang masih memerlukan waktu untuk berdamai dengan semuanya. Masalalu yang ingin sekali Daniel diketahui ternyata cukup membuatnya sedih karena apa yang terjadi pada Hellena bukanlah sesuatu yang mudah karena harus kehilangan orang yang dicintai. Perasaan yang masih berkembang kepada orang yang sudah tidak bernyawa, fakta yang mampu membuat Daniel membisu karena dia harus menenangkan Hellena sedangkan dirinya juga butuh hal yang sama.