~Jingga melambangkan keindahan dan kesempurnaan tanpa celah ~
Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan cinta Jingga. Seorang yang rela menjadi pengantin pengganti untuk majikannya, yang menghilang saat acara sakral. Ia memasuki gerbang pernikahan tanpa membawa cinta ataupun berharap di cintai.
Jingga menerima pernikahan ini, tanpa di beri kesempatan untuk memberikan jawaban, atas penolakan atau penerimaannya.
Beberapa saat setelah pernikahan, Jingga sudah di hadapkan dengan sikap kasar dan dingin suaminya, yang secara terang-terangan menolak kehadirannya.
"Jangan harap kamu bisa bahagia, akan aku pastikan kamu menderita sepanjang mejalani pernikahan ini"~ Fajar.
Akankah Jingga nan indah, mampu menjemput dinginnya sang Fajar? layaknya ombak yang berguling, menari-nari menjemput pasir putih di tepi pantai.
Temukan jawabannya hanya di kisah Jingga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rengganis Fitriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Ketulusan
Apartement Maura.
Maura melirik jam dinding di kamarnya, waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam, sejak tadi pagi ia tidak bisa menghubungi Fajar sama sekali. Bahkan ponselnya juga tidak aktif. Ia menggerutu sepanjang hari, merutuki kebodohan dirinya sendiri yang begitu lalai tak lekas menyingkirkan Jingga dalam kehidupan Fajar, sebelum menjadi benalu permanen di sana.
“Bagaimana bisa, aku dapat tidur dengan tenang di sini, sementara saat ini kamu sedang tidur dengan wanita lain?”. Batinnya terkoyak tidak terima mendapat perlakuan seperti ini.
“Jadi apa kurangnya diriku? Jika di banding wanita pilihan orang tuamu itu?”. Ia bangkit menatap cermin besar di sisi ranjangnya, mengamati setiap lengkung tubuhnya. Rambut panjang yang bergelombang dengan sentuhan warna coklat, serta kulit putih yang bersinar bagaikan susu. Dalam balutan dress mini warna hitam, begitu kontras dengan warna kulitnya. Sangat menawan dan menggoda bagi setiap insan yang melihatnya.
“Sempurna bukan?”.
“Bahkan mengapa sampai saat ini kamu slalu menolak tubuhku? Apa kurangnya diriku di matamu? Tak cukupkah segala kesempurnaan tubuh yang aku miliki ini untuk menjadikanmu milikku seutuhnya?”, Ia kembali menatap cermin, memperhatikan setiap inci lekuk tubuhnya yang begitu indah dan menggoda bagi kaum adam. Ia berbicara sendiri seolah Fajar sedang berada di depannya.
“Akan segera ku pastikan kamu menjadi milikku seutuhnya, jika tidak bisa dengan cara baik-baik saja, jangan salahkan aku jika bertindak di luar batas yang ada. Aku tak ingin kehilanganmu dan harta orang tuamu”. Maura berjalan semakin mendekat ke cermin, dan memberikan senyum sinisnya di sana. Kemudian ia tertawa terbahak-bahak memecah kesunyian malam.
***
Kantor Dirgantara Grup
Suasana di kantor Dirgantara sedang tidak baik-baik saja, rentetan permasalahan muncul setelah pernikahan Fajar dengan Jingga. Banyak dari kolega bisnis Pak Angga yang mulai hilang, mengundurkan diri dari kerjasama yang sudah mereka sepakati bersama. Mereka memutuskan kerjasama secara sepihak, setelah mendapat kucuran dana yang tak sedikit.
Begitu juga dengan Pak Hermawan yang tiba-tiba memutus komunikasi dengan perusahaan Dirgantara. Benar memang perusahaan Dirgantara menguasai pasar, namun terlepasnya rekan kerja juga turut andil dalam kemunduran suatu perusahaan.
Malam itu Pak Angga, Fajar dan juga segenap jajaran penting dalam perusahaan mengadakan rapat dadakan untuk membahas permasalahan yang ada. Mereka menghadapkan pertemuan hingga malam, diskusi berlangsung cukup alot dan tak kunjung menemukan titik sepakat yang dapat di capai bersama.
Menjelang pukul sepuluh malam, pertemuan di hentikan dan akan di lanjutkan besok, sementara Pak Angga, Fajar dan juga Reza kembali ke ruangan Pak Angga untuk berdiskusi prihal langkah apa yang akan di ambil setelah ini. Tanpa mereka sadari waktu sudah menunjukan pukul satu dini hari.
“Sebaiknya kita pulang dulu, di rumah Mamamu juga sedang tidak enak badan”. Titah Pak angga dengan lekas menutup catatan penting di tangannya. Sementara Fajar dan Reza menyetujui perintah itu.
*****
Rumah Utama Pak Angga.
Bulan sudah menampakan wujudnya di langit yang gelap. Menandakan kesunyian malam yang mulai menyapa. . Dua mobil terlihat memasuki halaman besar rumah utama yang begitu luas. Penjaga dengan sigap membukakan pintu dan mempersilahkan untuk masuk Raja dan pangeran istana. Tak ada obrolan yang berarti sejak keduanya turun dari mobil masing-masing. Mereka melangkah menuju kamar masing-masing tanpa saling berpamitan.
Fajar yang begitu lelah dengan segala aktivitas yang ada lekas naik menuju lantai dua, membuka pintu kamarnya tanpa sebuah salam atau ketukan. Ia lekas merebahkan tubuhnya di atas kasur nan empuk tanpa membersihkan tubuhnya terlebih dahulu. Bahkan Fajar lupa akan keberadaan Jingga yang tak ada di kamar. Ia tertidur begitu saja menutup matanya dengan damai, bersiap untuk mengarungi mimpi.
Sementara Pak Angga berjalan cukup pelan mengendap-endap kala sudah sampai di depan kamar, ia melirik pintu kamar yang terbuka. Terlihat Bu Nadin yang sedang tertidur dengan cukup pulas di sana. Pak Angga kembali melangkahkan kakinya dengan cukup pelan memasuki kamarnya. Wajahnya di buat takjub kala melihat Jingga yang ada di sana.
Ya benar saja, Jingga tertidur di sebelah sisi ranjang Bu Nadin, ia terlelap setelah memberikan pijatan di seluruh tubuh Bu Nadin. Jingga tertidur dengan duduk, dengan kepala berada di sebelah kaki Bu Nadin.
Pak Angga mengurungkan niatnya untuk mendekat, ia tersenyum dan memilih untuk meninggalkan kamarnya tanpa membangunkan Jingga maupun Bu Nadin.
“Lihat Ma, menantu yang begitu tidak kamu inginkan, ia merawatmu dengan baik sekali”. Tangan Pak Angga meraih ponsel yang ada di saku jasnya dan mengabadikan moment itu. Ia mundur dan keluar dari kamar, ia memilih untuk tidur di kamar tamu yang berada di lantai satu.
Menjelang pukul tiga dini hari, Bu Nadin menggeliat ia merasa tidur cukup lama, hingga ia merasa begitu haus. Tubuhnya sangat segar tak seperti biasa, sendi dan tulang-tulangnya terasa dapat di gerakan dengan mudah. Matanya menatap pada wanita yang tertidur di sebelah kakinya.
“Ah rupanya kamu tertidur juga di sini”. Bu Nadin tidak jadi bangun, ia takut jika menggeser tubuhnya akan membuat gerakan yang dapat membuat menantunya terbangun. Diam-diam Bu Nadin menatap lekat wajah Jingga, mengamati setiap inci garis wajah menantunya.
“Kamu cukup cantik alami, akan lebih cantik lagi jika dengan sedikit sentuhan”. Sudut bibirnya tersenyum, entah sejak kapan rasa benci Bu Nadin pada Jingga berangsur menghilang. Ia memutuskan untuk kembali menutup mata, bahkan Bu Nadin sampai lupa jika Pak Angga tidak ada di sampingnya.
***
Pagi yang hangat kala sang mentari mulai menyapa dengan senyuman yang mengagungkan. Kuraih kehangatan sang mentari dalam naungan jiwa kasih, yang di rangkul oleh hawa dingin di pagi hari. Jingga mulai menggerak-gerakkan matanya, alarm di bawah alam sadarnya bekerja sempurna, ia akan terbangun sebelum subuh.
“Astaghfirullah aku ketiduran di sini”. Ia membekap mulutnya meredam suaranya yang sempat terkejut. Kepanikan muncul seketika, ia takut jika Bu Nadin akan terbangun dan marah padanya.
Ia lekas berdiri, merapikan jilbabnya yang bergeser ke kanan dan ke kiri. Kini Jingga mulai beranjak dari tempatnya, membenarkan selimut yang sempat melengkung tertindih tangannya. Ia mulai berjalan hendak keluar dari kamar Bu Nadin.
“Nasi liwet, sambal petai, ayam goreng dan juga cumi asam manis. Aku mau sarap itu nanti”. Sebuah kalimat yang terlontar keluar dari mulut Bu Nadin, dengan sedikit mengangkat bibirnya membentuk lengkung tipis.
“Baik Nyonya”, Jawab Jingga dengan pelan dan santun, ia sungguh bahagia sekali kala mertuanya meminta sebuah hidangan masakan. Jingga sama sekali tak keberatan dengan hal itu. Bahkan jika Bu Nadin meminta lebih banyak pun ia akan menuruti selama dapat membuatnya senang.
Jingga kembali melangkahkan kakinya menuju kamar, tanpa permisi ia langsung masuk dan menyalakan lampu kamar itu.
“Siapa yang berani menggangu tidurku?”, sebuah teriakan yang mampu membuat tubuh Jingga terlonjak kaget.
.
.
.
.
.
Hay teman-teman mohon dukungannya ya, jangan lupa like, komen dan subscribe 😊