NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah

Terpaksa Menikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:23.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ririn Yulandari

Kara sangat terkejut saat Ibunya tiba-tiba saja memintanya pulang dan berkata bahwa ada laki-laki yang telah melamarnya. Terhitung dari sekarang pernikahannya 2 minggu lagi.

Karna marah dan kecewa, Kara memutuskan untuk tidak pulang, walaupun di hari pernikahannya berlangsung. Tapi, ada atau tidaknya Kara, pernikahan tetap berlanjut dan ia tetap sah menjadi istri dari seorang CEO bernama Sagara Dewanagari. Akan kah pernikahan mereka bahagia atau tidak? Apakah Kara bisa menjalaninya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ririn Yulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rumah Kita

Pagi pun menghampiri, walaupun Mas Saga menyuruhku untuk diam saja tapi aku merasa tak enak jika hanya menunggu untuk di panggil makan saja. Pagi-pagi sekali aku pun memutuskan untuk ke dapur mengambil kesempatan karna Mas Saga masih tidur. Tapi saat sampai di dapur, Mama menyuruhku untuk kembali ke kamar saja. Menyiapkan keperluan Mas Saga, jika laki-laki itu bangun.

Dan disinilah aku sekarang, menunggu Mas Saga bangun sambil mengelus rambutnya pelan.

"Jam berapa, sayang?" tanya Mas Saga menarikku tidur di sampingnya.

"Jam, enam Mas. Ayo bangun, aku udah mandi, jangan suruh tidur lagi," ujarku ingin kembali duduk tetapi di tahan Mas Saga yang menarikku ke dalam pelukannya.

"Masih mau di peluk," sahutnya mendadak manja.

Tanganku kembali terulur untuk mengelus rambutnya yang sedang menyembunyikan wajahnya di ceruk leherku. "Tadi malam udah di peluk sampai pagi."

"Masih belum puas, masih pengen di peluk. Jangan tinggalin Mas kalau belum bangun ya? Mas mau, hal pertama yang Mas liat pas buka mata itu kamu," ujar Mas Saga yang kini tengah menatapku, apa dia tau aku baru saja dari dapur?

"Iya, Mas besok ga gitu lagi. Tapi ayo bantu sekarang, udah pagi ini," ujarku menyuruhnya untuk segera bangun.

"Mas mau ajakin kamu keluar, mau ga?"

"Kemana, Mas?" tanyaku bingung.

Dia bukannya menjawab malah menarik keningku untuk ia kecup, baru lah setelah itu ia bangun dari tidurnya. "Ada, nanti kamu liat sendiri. Kamu siap-siap yaa, abis sarapan kita berangkat."

"Apa ga kepagian, Mas?" tanya ku memperhatikan Mas Saga yang melangkah masuk ke kamar mandi.

"Ngga sayang, kita di luar juga bakalan lama. Jadi, gapapa kalau berangkatnya pagi-pagi, biar ga kepanasan juga," kata Mas Saga menghilang dari balik pintu kamar mandi. Tak lama ku dengar suara gemercik air, pertanda ia sedang mandi, aku pun segera membuka lemari dan mulai mengambil baju untuk ia pakai.

Setelah itu barulah aku juga bersiap-siap, kebetulan aku sudah selesai mandi tadi dan sisanya aku hanya harus berganti pakaian kemudian memakai make-up tipis-tipis.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Setelah sarapan tadi selesai, aku dan Mas Saga berpamitan pada Papa dan Mama untuk keluar sebentar. Mereka bertanya akan kemana, tapi aku tak menjawab karna tidak tau, Mas Saga pun hanya bilang mau ke suatu tempat tanpa memperjelasnya.

"Jauh tempatnya, Mas?" tanyaku menatap Mas Saga yang sedang menyetir, aku sedikit kesal karna jalanan sedang macet-macetnya kami sudah berkendara kurang lebih 20 menit tak sampai-sampai.

"Sedikit lagi sayang, sabar yaa," ujar Mas Saga mengelus rambutku saat mobil berhenti di lampu merah.

Aku mengangguk walaupun mukaku tetap cemberut. Hingga kami lepas dari kemacetan, aku mengerutkan kening saat Mas Saga membawa mobil memasuki kawasan perumahan elit, yang sangat-sangat elit.

"Kita mau kerumah siapa, temannya Mas?"

"Bukan teman, Mas, tapi rumah kita," sahutnya membuat aku melongo. Apa barusan katanya, rumah kami? Kapan belinya, perasaan kami belum menabung untuk membeli rumah ataupun membahas soal rumah dan sebagainya. Tapi, aku seketika tersadar, suamiku ini bukan orang biasa tapi konglomerat.

"Ayo turun sayang, udah sampai," ajak Mas Saga membuka kan aku pintu, begitu lah saking asiknya melamun aku sampai tidak sadar mobil sudah berhenti dan Mas Saga sudah keluar terlebih dahulu membukakan aku pintu.

Aku menerima uluran tangan Mas Saga, menatap takjub rumah-rumah mewah di sekelilingku.

"Yang mana rumahnya teman, Mas?" tanya ku sekali lagi karna menganggap ucapannya tadi hanya candaan.

"Rumah kita sayang, bukan rumah teman. Ayo masuk." Mas Saga langsung menarikmu masuk ke dalam rumah dimana mobil kami berhenti.

"Ini beneran rumah punya Mas? Kapan belinya?" tanyaku menatap sudut-sudut rumah ini yang belum lengkap isinya. Rumah bernuansa klasik berlantai 3.

"Rumah kita sayang, bukan cuma rumah Mas," ujar Mas Saga sekali lagi membawa aku melihat ruangan-ruangan di rumah ini dan sebelum itu Mas Saga tak lupa menyalakan lampu. "Mas sengaja belum isi, biar kamu bebas mau gimana tata ruangan di setiap rumah ini."

"Di lantai satu ini ada dua kamar, mungkin bisa kita jadikan kamar tamu sayang," ujar Mas Saga menunjukkan kedua kamar yang ia sebut barusan.

"Ini ada dapur buat kita masak, ada juga ini wcnya, terus di belakang ada kolam renang dan gazebo buat kita nyantai," jelas Mas Saga kembali.

"Kapan Mas beli rumah ini?" tanyaku menatap sekitar.

"Abis lamar kamu, Mas langsung nyari rumah yang bagus untuk keluarga kecil kita," sahutnya membawa aku masuk ke lift.

"Liftnya biar kamu ga kecapean jalan," ujar Mas Saga mengelus rambutku, dan kami pun sampai di lantai 2.

Dengan semangat di mulai menjelaskan semua ruangan-ruangan yang ada di lantai ini, ada kamar 2, terdapat kamar utama yang nanti akan kami pakai berdua, ada dapur bersih, ruang keluarga juga tempat kerja Mas Saga. Setelah itu Mas Saga ke lantai 3.

"Nah, di lantai tiga ini ada dua kamar, mas rencana sih buat kamar anak kita," ujar Mas Saga tersenyum menatapku.

"Mas udah mau punya anak?" tanya ku balik menatapnya.

"Kalau di tanya Mas mau atau ngga, yaa siapa yang nolak, tapi Mas ga bakal maksa kamu kok, nanti aja kalau kamu udah siap jadi Ibu terus udah terima Mas," ujar Mas Saga tersenyum sambil mengelus kedua tanganku yang ia genggam.

Aku menunduk merasa bersalah. "Maaf yaa, Mas, semua terlalu cepat bagi aku."

"Hei, jangan nunduk, gapapa. Mas ngerti sayang, kita bisa nikmatin masa-masa berdua dulu ya? Kita kan ga pacaran jadi kita nikmatin pacaran setelah nikah. Mas mau nanti kita punya anak kalau kamu udah benar-benar bisa terima Mas," ujar Mas menangkup wajahku mengarahkan aku untuk balik menatapnya.

Aku tertegun mendengar penjelasannya barusan, apa lagi melihat wajahnya yang tetap tersenyum menatapku. Aku segera merengkuh tubuh tegap itu, yang langsung di balas Mas Saga.

"Makasih yaa Mas udah ngasi aku waktu, aku janji bakal terima Mas, sekarang aja aku udah ngerasa nyaman padahal kita baru nikah beberapa hari," ucapku.

Mas Saga mengurai pelukannya dan menatapku seperti tak percaya. "Serius??"

Aku mengulas senyum lalu mengangguk. "Iya, Mas, aku udah mulai ngerasa nyaman, aku ga pernah risih dekat sama Mas."

Mas Saga terlihat begitu bahagia dan kembali menarikku ke dalam pelukannya, ku rasakan ia mengecup keningku lama. "Makasih sayang, Mas bakal berusaha buat bikin kamu makin nyaman dan bakal nunggu sampai kamu cinta ke Mas."

Ternyata pernikahan yang awalnya tak ku ingin ini membuat aku begitu cepat merasa bahagia, ternyata menikah tidak semengerikan itu jika dengan orang yang tepat. Dan kini aku berterimakasih kepada orang tua ku karna mempertemukan kami untuk menjadi sepasang suami istri. Semoga kedepannya kami semakin mencintai dan Mas Saga tak pernah berubah.

1
Keyla Fatimah Az-zahra
sangat bagus saya suka
Lutfi_NL
good👍👍
Lutfi_NL
good
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!