Aku hidup kembali dengan kemampuan tangan Dewa. Kemampuan yang bisa mewujudkan segala hal yang ada di dalam kepalaku.
Bukan hanya itu, banyak hal yang terjadi kepadaku di dunia lain yang penuh dengan fantasi itu.
Hingga akhirnya aku memiliki banyak wanita, dan menjadi Raja Harem yang membuat semua pria di dunia ini merasa iri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karma-Kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penagih Hutang
“Apa yang terjadi? Siapa pemuda gemuk itu?” Tanyaku kepada pria paruh baya.
“Dia penagih hutang,” jawabnya dengan suara pelan.
“Penagih hutang? Kok bisa ada penagih hutan di kota ini?” Tanyaku lagi, cukup tertarik juga akan kejadian semacam ini.
“Awalnya kami hanya pinjam beberapa koin emas saja kepada Tuan Gilbert, tapi hutang kami semakin bertambah setiap kali kami telat membayarnya. Terkadang beberapa wanita harus menjual tubuh mereka bila sudah tak sanggup membayar lagi,” jelas pria paruh baya.
Aku pun langsung berpikir usai mendengarnya, tak menyangka sistem rentenir semacam ini sudah ada di dunia yang budayanya masih pada abad pertengahan.
“Apa Tuan Gilbert ini berasal dari keluarga kaya? Seberapa tinggi kedudukan keluarganya di kota River?” Tanyaku kepada Gabriel yang masih berdiri di sebelahku.
"Mereka orang terkaya di kota River, tapi mereka tidak punya kedudukan apapun alias keluarga kaya biasa. Sejujurnya aku kurang menyukai mereka karena sifatnya terlalu sombong," jelas Gabriel.
"Terus, kenapa kamu tidak mengusir mereka kalau sudah tahu sifatnya seperti itu?"
"Keluargaku tak bisa mengusir keluarga Gilbert karena mereka selalu membayar upeti dalam jumlah besar kepada Baginda Ratu, makanya mereka bisa berbisnis dengan nyaman di setiap kota kerjaan Narandra. Kebetulan Kevin yang menjadi perwakilan bisnis keluarga Gilbert di kota River."
"Oh, begitu. Aku paham situasinya sekarang," ujarku sembari menatap kembali pemuda bernama lengkap Kevin Von Gilbert itu.
"Cepatlah bayar hutang kalian selagi aku masih berbaik hati, jangan sampai aku murka sehingga mencelakai kalian," ancam Kevin kepada semua warga.
“Maaf Tuan, tolong beri kami waktu untuk mengumpulkan uangnya, kami sedang terkena musibah sekarang,” ucap seorang warga memberanikan diri.
“Alasan aku tak ingin mendengar alasan apapun,” tukas Kevin lalu mulai menyerang para warga dengan menyuruh semua pengawalnya.
Dap!
Dap!
Dap!
Para pengawal Kevil berjalan ke depan warga dengan langkah arogan, mereka menggoyang-goyang pedang untuk memberikan ancaman.
Semua warga otomatis ketar-ketir saat dihadapkan dengan situasi semacam ini, perlahan beringsut mundur karena takut.
“Hiaaaa!” Seorang ksatria pengawal menebaskan perangnya ke arah seorang nenek-nenek. Ia mungkin ingin memberi contoh kepada warga lain.
Trang!
Aku tentu saja tak bisa membiarkan hal semcam itu terjadi, aku segera maju dan langsung memblokir serangan ksatria pengawal itu.
“Siapa kau? Kenapa kau berani mengganggu urusanku?!” Tanyanya.
“Aku pemilik kota Lunar, namaku Brian Von Argus,” ucapku mengenalkan identitasku.
“Aku tak akan membiarkan kalian melukai semu warga di sini, mereka sedang masa karantina gara-gara penyakit mematikan,” jelasku tegas.
“Ini ….” Ksatria pengawal itu mundur perlahan usai mengetahui identitasku, tampaknya tak berani menyinggung seorang bangsawan sepertiku.
“Oh, jadi kau keturunan iblis api itu? Kau sungguh berani sekali ternyata,” ucap Kevin seraya berjalan ke depanku.
“Lama sekali tak kudengar seseorang memanggilku dengan nama itu. Mungkinkah kau kau masih komplotan Darrius?” Tanyaku menebak-nebak.
“Hahaha, kau ini sungguh lucu sekali, Brian. Aku bukan hanya komplotan Tuan Muda Darrius, tapi aku juga bawahan yang paling setia,” aku Kevin.
“Hmm, kupikir kau hanya seekor anjing, bukan bawahan,” sindirku.
“Apa kau bilang?” Kevin tampak tak senang ketika aku panggil anjing.
“Kau hanya seekor anjing di mataku. Tak hanya kau, tapi semua bawahan Darrius hanyalah sekelompok anjing tak berguna,” sindirku lagi.
“Sialan! Kau sungguh lancang sekali Brian!” Geram Kevin sangat marah.
“Cepat serang kerunan iblis itu, kasih dia paham!” Lanjutnya memerintah kepada semu pengawalnya.
Dap!
Dap!
Dap!
Mereka langsung mengepungku dari segala sisi, pertarungan pun tak bisa kuhindari lagi kalau sudah begini.
“Apa kalian yakin ingin melawanku? Aku bisa membunuh kalian loh,” tanyaku mengancam mereka dengan santai.
“Membunuh? Hahaha? Memangnya kau berani membunuh orang? Kau tuh hanya pecundang yang sangat naif, Brian. Jangankan membunuh orang, aku ragu kau bisa ….”
Seeet!
Aku menyela ucapan Kevin dengan menebas salah satu kepala bawahannya, kubiarkan orang itu mati di tempat dengan darah menyembur kemana-mana.
Pemandangan mengerikan pun seketika terlihat di mata semua orang. Mereka menutup mulut bersamaan karena terkejut akan seranganku barusan.
“Aku bisa membunuh siapa saja di sini, lagian aku sudah punya izin dari temanku. Bukankah benar begitu, Gabriel?” Ujarku sembari mengedipkan mata kepada Gabriel.
“I-Iya, Brian boleh membunuh siapa saja yang berani menyakiti wargaku,” sahut Gabriel.
Untung saja gadis itu cepat tanggap akan permintaanku, sehingga aku tidak perlu kerepotan untuk menghadapi orang-orang Kevin.
“Gabriel! Apa kau ingin ikut campur dalam urusan keluarga Gilbert? Tidakkah kau tahu konsekuensinya?” Tanya Kevin kepada Gabriel.
“Aku tidak peduli, aku hanya ingin melindungi wargaku,” balas Gabriel.
“Kau ….” Kevin mandek, tahu kalau urusannya akan semakin ribet bila sudah pemilik kota sudah turun tangan.
“Sekarang kau mau apa lagi? Apa kau ingin aku membunuh semua pengawalmu?” Tanyaku penuh ancaman.
“Aku hanya ingin mereka membayar hutang,” jawab Kevin.
“Mereka pasti akan membayar hutang, tapi tidak sekarang. Kasih mereka waktu untuk mengumpulkannya lebih dulu,” ujarku.
“Tidak! Aku ingin mereka membayar sekarang,” tukas Kevin.
“Oh? berarti kau ingin aku tebas sekarang juga ya?” Ancamku, lalu bergerak ke depan Kevin.
“Kau jangan gila, Brian. Aku hanya berbisnis di sini, dan mereka sudah menunggak hutang selama beberapa hari,” jelas Kevin.
“Mereka sedang sakit, juga tak ada uang di tangan mereka sekarang. Tidakkah kau peduli akan hal itu?” Tanyaku, kini sudah kutempelkan bilah perang di leher Kevin.
“A-Aku ….” Kevin beringsut mundur, wajahnya pias seketika.
“Pergilah! Kau boleh datang lagi ke kota Lunar seminggu lagi. Aku akan membayar hutang semua orang di sini untukmu nanti,” titahku penuh ancaman.
“Apa? Tidak bisa begitu aturannya, Brian. Kau tidak boleh membayar ….”
“Pergi atau aku akan menebas lehermu,” ancamanku menyela ucapan Kevin.
Glup!
Kevin menelan savilanya, lalu menatapku dengan tubuh gemetar.
“Kau yakin ingin membayar hutang mereka?” Tanya Kevin memastikan.
“Ya, aku akan membayar semuanya,” jawabku yakin.
“Baiklah, total hutang mereka 500 koin emas, dan akan menjadi 600 koin emas bila kau akan membayarnya seminggu lagi. Kau tak masalah dengan jumlah itu, kan?” Tanya Kevin lagi.
Aku langsung berpikir sejenak, kenaikan jumlah ini teralu mencekik bagi siapa pun, pantas saja para warga tak mampu membayar hutang karena permainan Kevin terlalu tinggi.
“Tak masalah, aku bisa membayar 600 koin emas nanti,” ucapku meski tak yakin, lagian aku tak punya emas sebanyak itu.
“Oke-oke, aku akan mendatangimu ke kota Lunar seminggu lagi. Kuharap kau sudah menyiapkan uangnya,” ujar Kevin seraya berlalu bersama pasukannya.
Aku hanya geleng-geleng saat melihat kepergian si gendut bajingan itu, sungguh tak menduga sistem rentenir di dunia ini terlalu sadis. Terlebih sistem itu menjerat orang-orang yang terlalu polos sehingga mereka menderita sampai mati.