Tahta Tertinggi

Fala terbangun dan melihat jam di ponselnya. "Sudah sore ternyata, eh ini gue dikamar? siapa yang mindahin gue," ucap Fala melihat sekeliling kamarnya.

Fala membeku saat melihat tas pemberian dari Regar saat ia ulang tahun. itu tas yang sangat ia suka karna itu dari Regar tapi sekarang Fala sudah tak suka melihat tas itu.

Fala keluar dari kamar dengan wajah yang di tekuk. Jimy, Vino dan Jeon yang kebetulan sedang berada di ruang tengah di buat bingung dengan Fala yang datang dan menelungkupkan badannya di sofa

Fala menangis dalam diam, namun tubuhnya tak bisa berbohong tubuhnya bergetar. Jeon yang melihat itu menyimpan ponselnya dan berbisik pada Jimy dan Vino.

Mereka masih terdiam membiarkan Fala menangis sepuasnya dulu sampai Yogi datang dan duduk di samping Fala.

"Mereka ganggu lo lagi?" tanya Yogi.

"Apa-apaan! kita cuma main game yah bang, si bocil datang tiba-tiba udah gitu modelannya," ucap Vino yang tak terima.

"Bener tuh, gue juga dari tadi main hp," ucap Jeon.

"Soreeeeee semuanya," teriak Jean yang baru datang dan berjalan kearah mereka.

"Wiiih lagi ngumpul, ada pembagian sembako?" tanya Jean.

"Udah bang jangan mulai," ucap Jimy.

"Oi cil, ngapain lo," ucap Jean.

Fala hanya diam itu membuat semua orang semakin bingung. Jeon menarik pelan rambut Fala berharap Fala marah karna ia sangat tak suka jika rambutnya di sentuh. namun Fala masih tetap diam.

"Fala duduk yang benar!" ucap Yogi penuh penekanan.

Mendengar itu membuat bulu kuduk Fala berdiri, mau tak mau Fala menurut dan duduk dengan kepala tertunduk.

"Ada apa?" tanya Yogi dingin.

"Gue gak mau masuk dikamar, terlalu banyak barang dari Regar disana gue gak sanggup," ucap Fala lirih.

"Pakai kamar gue," ucap Yogi.

Setelah mengucapkan itu Yogi meninggalkan ruang tengah dan menuju kamar Fala. Yogi menggelengkan kepalanya saat melihat lemari yang Fala khususkan untuk barang dari Regar.

"Gimana mau move on kalau gini," ucap Yogi mengeluarkan ponselnya.

Yogi menelpon seseorang dan memintanya untuk merenovasi kamar Fala secara keseluruhan dan meminta semua isi kamar Fala di ganti dengan yang baru termasuk baju-baju Fala.

Tak berselang lama beberapa truk parkir didepan rumah Fala itu membuat mereka yang berada di ruang tengah terdiam melihat banyak orang yang memasukkan barang-barang baru.

"Ada kamar kosong?" tanya Jean.

"Kamar cuma ada 8 satu gudang gue," ucap Fala.

"Terus siapa yang beli itu semua?" tanya Vino.

Mereka melihat Yogi sedang berbicara dengan seorang yang berjas hitam yang sedari tadi mengarahkan orang-orang itu.

"Selamat lo berhasil nguras harta bang Yogi," ucap Jeon bertepuk tangan.

Fala melotot saat melihat semua barang di kamarnya di keluarkan. "Woy itu barang-barang gue mau diapain!" teriak Fala.

"Maaf mbak dilarang menyentuh apapun sampai semuanya selesai," ucap seorang yang berjas hitam itu.

"Itu barang gue! kenapa gue gak boleh sentuh!" teriak Fala mulai tantrum.

"Semua gue ganti," ucap Yogi santai.

"Gak bisa gitu dong bang!"

"Kalau lo gak mau gue buang semua barang ini jangan sampai gue liat lo nangis karna cowok s*alan itu lagi!" ucap Yogi dingin.

"Gak harus dibuang dong baaaaang," rengek Fala.

"Ambil yang penting, jangan sesekali nyentuh barang pemberian Regar!" peringat Yogi.

Fala hanya mengangguk dan memilih barang yang berkesan dan memiliki banyak kenangan bersamanya.

Fala juga memisahkan semua barang pemberian Regar atas perintah Jean. meskipun Yogi terus menatap tajam kearah Fala.

Setelah selesai memilih barang berharganya Fala hanya bisa menatap nanar saat fotonya bersama Regar di bakar didepan matanya.

Mungkin ini terkesan jahat untuk Fala. tapi semua ini Yogi lakukan agar Fala bisa melupakan Regar.

Mereka yang menyaksikan itu hanya bisa menepuk-nepuk pundak Fala agar tetap tegar.

2 jam telah berlalu akhirnya kamar Fala sudah selsai. mereka masuk dan melihat kamar baru Fala.

Fala berbinar takjub melihat kamarnya berubah 180°. Fala seperti memasuki kamar orang lain.

"Ini terhitung utang?" tanya Fala yang melihat sekeliling.

"Kalau lo tau diri sih harusnya bayar yah. gak banyak kalau perkirakan gue ini ratusan aja," ucap Jeon.

"Kalau gitu gak usah bayar sewa kost, anggap aja itu cicilan gue," ucap Fala

"Serah."

Yogi keluar dari sana membiarkan mereka melihat-lihat kamar Fala lebih lama.

Yogi menghampiri Ben, si pria berjas hitam itu adalah aspri Yogi.

"Bagaimana pak? apa dia menyukainya?" tanya Ben sopan.

"Hmmm, kerja bagus." Yogi menepuk pundak Ben.

Mendengar pujian dari atasannya itu seperti menang undian. selama bekerja pada Yogi, Ben tak pernah mendapat pujian ataupun apresiasi atas kerja kerasnya.

Wajar saja jika Ben sangat senang mendengar pujian Yogi kali ini.

"Bagaimana dengan ini semua pak?" tanya Ben.

"Bawa ke panti purnama," ucap Yogi.

"Kalau begitu saya pamit pak," ucap Ben sedikit membungkuk.

Yogi tetap disana melihat Ben sampai Ben pergi. namun saat akan masuk kedalam rumah Yogi mengerutkan keningnya saat mendengar suara yang tak asing baginya.

"Permisi mas."

Yogi berbalik dan mengeraskan rahangnya saat tau orang itu adalah Regar. kebetulan sekali dia datang hari ini, sepertinya ia ingin menggali kurubannya sendiri.

"Ya?" Yogi memasang wajah dinginnya.

"Benar ini rumah Fala?" tanya Regar sedikit ragu.

"Ada perlu apa?" tanya Yogi dengan nada tak bersahabat.

"Hahaha gila sih. siapa yang..." Fala membeku melihat Regar di depan Rumahnya.

Regar tersenyum manis saat melihat Fala. "Hai Fal," sapa Regar.

Dengan sigap Jimy dan Vino berdiri didepan Fala untuk menutupi pandangan Fala dan Regar.

"Mau apa lagi lo?" tanya Vino.

"Gue mau ketemu Fala," ucap Regar.

"GAK!" tegas Yogi.

"Biarin dia masuk bang," ucap Fala lalu masuk kembali.

"Sudah bosan hidup rupanya," ucap Yogi tersenyum miring.

Regar dipersilahkan masuk, mereka duduk di ruang tamu. ada Fala, Jean, Yogi, Jimy, Vino dan juga Jeon.