Kirana Putri, seorang gadis cantik dan baik hati, tanpa disadari jatuh cinta pada seorang pria misterius bernama Dirga Praditama. Namun, Kirana tidak tahu bahwa Dirga sebenarnya menyimpan dendam mendalam terhadap masa lalu keluarga Kirana yang telah merenggut kebahagiaan keluarganya. Dalam perjalanan kisah cinta mereka, Kirana dan Dirga dihadapkan pada berbagai rintangan dan konflik hingga pada suatu hari Kirana pergi meninggalkan Dirga tanpa jejak.
Akankah cinta mereka mampu menyatukan keduanya, ataukah mereka harus rela berpisah demi kebahagiaan masing-masing? Hanya waktu yang akan menjawabnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meindah88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.8
" Bruk ! " Seorang gadis t3rsvngkur di tanah akibat d0r0ngam pemuda yang diidamkan selama ini.
" Apa yang kamu lakukan, Bianca ? Aku tidak suka kalau kamu berbuat sesuka hatimu." Pekik Bima tak terima kelakuan sahabatnya.
" Maafin aku, Dir, tapi aku kangen sama kamu, "ujar Bianca membuat alasan yang logis.
" Kangen sih kangen Bianca, tapi tidak pake cara mvrah4n kayak gini. " Ujarnya tidak terima.
Mata Bianca berkaca-kaca-kaca mendengar penuturan sahabatnya.
" Aku hanya m3ncivm kamu, bukan melakukan hal yang lain, dan kamu tega ngatain aku. " Bianca sedikit berteriak atas apa yang dikatakan Dirga.
"Mungkin bagimu adegan civmal4n itu hal biasa, tapi aku tidak, " ujar Dirga dengan nada datarnya.
" Jangan terlalu naif, Dirga ! Apa salahnya aku mencivm kamu ? Kita sudah lama bersama-sama, " pekik Bianca dengan mata berkaca-kaca.
Bima memandangnya dengan tatapan sinis, lalu menyesap sebatang rokok yang selalu dibawa kemana-mana.
" Terserah seperti apa tanggapan mu padaku, tapi aku ingat kan sekali lagi, jangan pernah melakukan hal menj1j1kan itu lagi padaku! " Tekan Dirga pada sahabatnya.
Bianca tak mampu menahan rasa sedihnya, terlalu pedas ucapan Dirga menurutnya.
Katakan saja jika kamu mencintai orang lain, sehingga hal sekecil itu pun kamu menolaknya," Bianca makin gencar mencari tahu isi hati sahabatnya.
" Itu urusanku, aku mencintai seseorang atau pun tidak, hal itu tidak ada hubungannya denganmu.
" Jangan pernah mencampuri urusan pribadi ku maupun hal yang lain !
Setelah mengatakan itu, Dirga langsung meninggalkan Bianca, dia tidak terima atas perlakuan sahabatnya. Bima menghapus jejak-jejak civm4n sahabatnya dengan perasaan j1j1k.
"Aaakhh," teriak Bianca meratapi kesedihannya.
" Dirga, kamu tidak boleh melakukan ini padaku! Aku mencintaimu sudah sejak lama.
" Kenapa dirimu tidak pekah ? Padahal selama ini aku selalu perhatian padamu.
Apa kurangnya aku sehingga kamu tidak pernah melirik aku sedikit saja.
teriaknya histeris.
Orang-orang yang melewati tempat itu memandangnya kasihan.
" Kasihan sekali ya gadis itu di tolak cintanya. Ujar seseorang yang melewatinya.
" Biasalah anak jaman sekarang, mereka bebas melakukan apa saja, bahkan perempuan yang menyatakan cinta pada lelaki. " Sahut temannya menambahkan.
" Dunia memang sudah terbalik.
Bianca tidak peduli dengan yang dikatakan mereka, hatinya kini sangat sakit mendapati perlakuan seperti itu dari Dirga.
Dirga kembali ke rumah sang Kakek Mahendra dengan perasaan kesal.
" Den Dirga sudah pulang? "sahut Bi Siti membukakan pintu.
" Hem, " sahutnya.
Dirga tidak mut menanggapi sapaan bi Siti, hanya karena kejadian tadi sore.
Depan jendela Dirga menatap langit yang dipenuhi hiasan bintang-bintang.
Angin sejuk menerpa tubuhnya seolah tidak terasa dinginnya malam itu.
Ada kerinduan yang bergejolak dalam dirinya, namun pada siapa ?
Entahlah, dirinya pun bingung dan tidak ingin memikirkan hal itu.
" Dirga," panggil sang kakek dari luar.
Tanpa embel-embel Dirga langsung membuka pintu.
" Boleh kakek masuk sebentar, ada sesuatu yang ingin kujelaskan.
Dirga menggangguk dan memberi ruang pada Mahendra masuk ke kamarnya.
" Ada apa kek ? " tanya Dirga melihat sang kakek menatapnya.
"Ehm.. kakek ingin mengatakan bahwa besok kamu segera masuk di perusahaan baru kita.
" Ujar Mehendra tegas.
" Kenapa secepat itu kek, bukankah kakek mengatakan aku masih punya waktu dua minggu lagi," ujarnya tidak setuju dengan usulan sang kakek.
" Banyak hal yang perlu kamu pelajari di perusahaan itu nak, kamu pasti tahu maksud kakek.
Dirga menghelah napas berat dan terpaksa dia menyetujui keinginan Mahendra.
" Baiklah, besok aku mulai masuk dan Bima harap kakek dapat membimbingku dengan sabar, " ujarnya.
" Tentu nak, itu pasti, " Mahendra menepuk bahu cucunya.
Mahendra merasa lega dan sangat bahagia karena sudah ada yang akan melanjutkan perusahaannya.
***
Dirga merebahkan tubuhnya dalam kamar tersebut. Seulas senyum di bibir kala mengingat gadis yang melewati mobil nya sore tadi. Lalu kembali menggenggam gelang yang sempat diselipkan di saku celana.
"Gelang ini aku yang memberikannya dan aku ambil kembali. Aku tak sudi gelang indah ini dipakai olehnya. Kamu tak pantas memakainya." Gumannya.
Beberapa menit menatap gelang tersebut akhirnya dia tertidur dengan lelapnya.
" Jangan ke sana, bah4ya!"
" Tolong Dirga, kakiku kep3les3t, "ujar gadis itu menangis.
Dirga mencoba mencari bantuan tapi tidak ada siapa-siapa di situ.
" Dirga, tolongin aku ! Aku sudah tidak kuat.
Dirga memberikan tangannya pada gadis itu dan gadis itu meraihnya.
"Dikit lagi, ayo cepetan !
Gadis itu hampir berhasil tiba-tiba Dirga melepaskan lengan gadis itu.
"Dirga, " teriaknya.
" Kinara " panggilnya tak kalah histeris.
Dirga terbangun dari mimpi burvknya dengan napas terengah-engah. Dia mengambil air di dekat nakas lalu meminum nya seperti orang sangat kehausan.
" Kenapa aku bermimpi seperti itu ?
Ada apa dengan ku ? Apa makna dari mimpi semua itu ? " ujarnya dengan menghapus keringat di dahinya.
" Aku harus tidur kembali, besok harus berangkat ke kantor pagi-pagi, "ujarnya.
Mata Dirga kini sulit dipejamkan, bolak-balik memutar badan tapi belum bisa tidur. Dia masih kepikiran dengan mimpinya barusan.
" Seperti kenyataan, " gumannya.
* * *
"Brak, brak."
Seorang gadis bernama Bianca melempar kan semua barang-barang yang ada di kamar.
Dia sangat prustasi dengan penolakan Bima padanya. Niat hati ingin memberinya kejutan pada sahabatnya itu namun ditolak mentah-mentah.
Bianca menelpon pria yang dicintainya itu tapi sampai sekarang tidak diangkat-angkat.
" Dirga, " teriaknya mengacak-acak rambutnya.
Dia ingin ke rumah Dirga malam ini juga tapi bagaimana jika Mahendra mengusirnya.
" Aku harus pandai mengambil hati kakek Dirga, dengan begitu aku mudah dekat dengannya. Jika malam ini aku ke rumahnya, mungkin Tuan Mahendra mengirah aku perempuan mur4han. Aku akan mencari tahu tempat perusahaan Dirga. Aku tidak boleh gegabah. " Ujarnya.
Dia pun menyusun rencana selanjutnya apa seharusnya dilakukan.
" Kinan," panggil Nisa.
" Ya mbak, ada apa ?" tanyanya heran pada Nisa yang lari terbirit-birit.
" Kamu mau ke mana ?
Nisa yang melihat Kinan ingin masuk di ruangannya mengahadangnya seketika.
" Ya, mbak, ada apa memanggilku ?
" Gini lho Kinan, untuk saat ini kita di larang masuk ke ruangan, "ujarnya dan Suci mengerutkan kening bingung.
" Hari ini kita kedatangan CEO baru dan semua karyawan harus ke lantai bawah turut menyambutnya, " terang Nisa.
Kinan mengangguk kecil menanggapi yang dikatakan temannya.
" Apa kamu tahu, Kinan ? CEO kita itu ternyata tampan sekali. Dia perawakan wajah seperti orang Pakistan.
" Ah, masa sih, " Kinan tidak percaya yang dikatakan temannya.
" Dirga kan memilih wajah seperti orang Pakistan sama seperti paman Abiyan, tapi mana mungkin dia orangnya. " Guman Kinan dalam hati.
" Dan semoga saja bukan dia, matilah aku kalau dia yang menjabat sebagai CEO di perusahaan ini.
Bisa-bisa aku di pecat tanpa tahu kesalahan ku apa. Sama seperti di restoran waktu itu, bisa-bisanya dia meneriakiku di restoran tanpa tahu sebabnya dulu. Dia tidak berpikir perasaan orang lain.
Seolah dia sengaja mempermalukan aku di depan orang banyak.
" Hey, melamun ? "Nisa mengagetkan Kinara.
" Ehm..aku cuma ngantuk, " ujarnya mengelak.
"Mari sambut kedatangan bos baru kita, semoga saja orangnya ramah ya.
Semua karyawan di perusahaan itu dengan ramai menunggu kedatangan CEO baru mereka.
Ada rasa deg degan dalam hati Kinan menyambut kedatangan bos baru nya. Setelah mendengar penuturan dari temannya Nisa, rasa khawatirnya semakin bergemuruh
dalam dada.
" Kamu baik-baik saja kan, Kinan? " Tanya Nisa.
Nisa melihat wajah Kinan tidak seperti biasanya, sepertinya ada sesuatu yang dikhawatirkannya.
Kinara mengulas senyum tipis menyembunyikan rasa takutnya itu.
" Aku tidak apa-apa, mungkin semalam aku kurang tidur, jadi kepala aku sedikit pusing. " Bohongnya.
Nisa mengangguk paham tapi dia bisa melihat ada sesuatu yang lain dipikirkan temannya itu.
" Jangan membohongi ku Kinan, Fazha telah mempercayakan padaku menjagamu, jika terjadi sesuatu padamu Fazha akan memarahiku.
" Beneran kok mbak, Kinan tidak apa-apa.
"Tak Tak Tak Tak."
Suara langkah sepatu yang sedang memasuki perusahaan tersebut. Semua mata tertuju padanya. " Cakep," kata yang terucap dari lisan kaum hawa yang memandangnya.