Azalea Margarita seorang artis cantik papan atas yang begitu membenci Adiknya sendiri karena sakit lumpuh, Azalea tidak pernah tersenyum sekalipun terhadap Adiknya, bahkan Azalea lebih memilih tinggal di hotel milik Ayah nya karena begitu tidak ingin melihat Adik nya yang lumpuh.
Sifat dan karakter Azalea yang begitu keras, hingga begitu sulit untuk bisa jatuh cinta terhadap laki-laki manapun, hingga akhirnya Azalea di jadikan bahan taruhan oleh Fauzan Harkas sesama artis pemeran utama, dan CEO muda yang royal gemar berpesta demi mencari ke senangan ya itu Ronald Jensen.
Apey pemuda dari desa mencoba mencari ke beruntungan mengadu nasib ke kota, dengan bekal ilmu bela diri dan ke ahlian bisa menyetir, Apey mencoba adu nasib mencari rejeki ke kota demi bisa membahagiakan ke dua orang tuanya, yang ingin mempunyai ladang atau sawah sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon saksi pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Senyuman hari itu.
Pak Wiguna Bu Maharani dan Ririn setelah menanyakan terhadap pekerja rumah sakit langsung menuju ruangan pemeriksaan Azalea yang masih belum sadarkan diri, sesampai di depan ruangan pemeriksaan terlihat Ronald sedang duduk di kursi besi panjang, Ronald melihat kedatangan kedua orang tua Azalea langsung berdiri.
''Om, tante.'' sapa Ronald.
''Bagaimana keadaan anak saya?'' tanya Pak Wiguna dengan wajah tegang.
''Kata dokter tidak ada penyakit yang berbahaya apapun, Azalea hanya butuh istirahat saja, tapi darah Azalea tidak normal, jadi Azalea jangan sampai banyak pikiran, bisa mengakibatkan kanker dan rusak di pembuluh darahnya,'' jawab Ronald apa adanya.
''Tuh Pah dengar, jika Papa tidak mengusir Azalea dari rumah, Azalea tidak akan sampai masuk kerumah sakit,'' kesal Bu Maharani langsung menyalahkan.
''Iya Mah, Papa minta maaf, Papa akui sudah salah mengusir Azalea dari rumah,'' ucap Pak Wiguna.
''Apa Azalea sekarang belum siuman?'' tanya Ririn.
''Sepertinya belum, tadi kata dokter nanti perawat yang akan memindahkan Azalea ke ruangan inap,'' jawab Ronald.
''Ayo ayo duduk, berarti kita menunggu dulu pemeriksaan dokter yang kedua kalinya,'' titah Pak Wiguna sambil duduk.
''Iya om,'' Ronald mengangguk langsung duduk.
Setelah semuanya duduk di kursi besi panjang menunggu pemeriksaaan dokter yang kedua kalinya, Ririn melihat ke arah belokan koridor belum juga melihat Apey datang.
''Nih anak kemana sih belum juga kesini!'' gumam Ririn heran berulang melihat ke arah belokan koridor.
Setelah beberapa jam menunggu dan dokter memeriksa dan mengecek kembali keadaan Azalea, akhirnya Azalea di bawa ke ruangan inap yang sudah siuman dan merasa tenang, Pak Wiguna dan semuanya mengantar Azalea ke ruangan inap yang masih belum bisa di ganggu untuk sementara waktu, hingga keadaan Azalea sudah stabil.
''Om, tante, saya mau cari Apey dulu ke depan,'' pamit Ririn setelah berada di depan ruangan inap.
''Iya Ririn, kalau Apey mau suruh ke sini saja," titah Pak Wiguna.
''Baik om!'' Ririn mengangguk lalu melangkah pergi.
Setelah Ririn pergi Pak Wiguna menoleh ke Ronald yang duduk di sebelahnya.
''Siapa yang bawa Azalea ke rumah sakit?'' tanya Pak Wiguna.
''Saya om yang bawa,'' jawab ronald.
"Serius kamu yang bawa?" tanya kembali Pak Wiguna.
"Iya om pakai mobil saya," jawab Ronald mengagguk enggan menyebut Apey.
"Terima kasih sudah mau membawa Azalea kerumah sakit," sambung Pak Wiguna.
"Iya om sama sama, tapi maaf om, terpaksa saya harus mengatakan masalah saya sama Azalea," ucap Ronald.
"Silahkan katakan saja," titah Pak Wiguna.
"Sebenarnya saya sama Azalea sudah hubungan om, tapi om tenang saja, saya punya dua perusahaan, jadi saya bukan pengangguran yang tidak punya penghasilan," ungkap Ronald penuh percaya diri.
Pak Wiguna dan Bu Maharani tersentak kaget mendengarnya, Pak Wiguna langsung menatap Ronald dalam dalam.
"Kamu yakin anak saya bisa menyukai kamu? kamu yakin anak saya bisa bahagia sama kamu? atau memang kamu belum tahu sepenuhnya watak anak saya seperti apa?" tanya Pak Wiguna dengan percaya dirinya Ronald.
"Saya akan berusaha sabar om, sampai Azalea benar bisa bahagia sama saya," jawab Ronald.
"Anak saya punya segalanya, hidupnya tidak pernah kekurangan, apa kamu tahu apa yang anak saya inginkan dalam hidupnya?" tanya kembali Pak Wiguna menatap.
Ronald terdiam tidak bisa menjawab pertanyaan Pak Wiguna, karena memang Azalea tidak pernah mengungkapkan isi hatinya.
"Kamu berarti belum tahu apa apa mengenai anak saya, bagaimana kamu akan bisa membahagiakannya?" tanya kembali Pak Wiguna seakan menyudutkan.
"Maaf om, saya memang belum tahu sepenuhnya mengenai apa yang Azalea inginkan dalam hidupnya, tapi saya akan perlahan mendekatinya," jawab Ronald.
"Iya silahkan, saya tidak pernah mengatur anak saya harus dengan siapa, jika anak saya memang bisa merasakan bahagia dalam hidupnya, yang saya takutkan, jika sampai ada yang berani melakukan kekerasan terhadap anak saya jika tidak mengerti dengan watak kerasnya anak saya," tegas Pak Wiguna menatap.
"Kamu mau serius sama Azalea?" timbrung Bu Maharani.
"Iya tante, saya ingin serius," jawab Ronald mengangguk.
"Kamu tidak akan kuat menghadapi sifat Azalea, sifat Azalea selain keras juga susah di tebak," terang Bu Maharani.
"Tidak apa apa tante, saya akan dengan sabar menghadapinya, saya pasti bisa mengerti dengan sifat keras Azalea," ujar Ronald penuh percaya diri.
Di depan rumah sakit Apey sudah menceritakan semuanya terhadap Ririn, apa yang semua Ronald katakan terhadapnya, berikut Ronald sudah menjalin hubungan dengan Azalea, Ririn mendengar Azalea sudah menjalin hubungan dengan Ronald tidak tahu harus merasa lega atau tidak, dengan keadaan Azalea sekarang yang sedang jatuh sakit.
"Saya pusing Mbak, jika saja saya tidak mengikuti kemauan Laura ngajak ke kafe, mungkin semua ini tidak akan terjadi," ucap Apey dengan wajah sedihnya.
"Ini sudah terjadi Pey mau gimana lagi, kamu sudah niat menjauh dari Azalea dengan bekerja di Laura, tapi kenyataannya gimana, malah di pertemukan lagi, yang lebih parah sampai Azalea masuk rumah sakit," bujuk Ririn agar Apey tidak menyalahkan diri.
"Saya tidak tahu sebenci apa Non Azalea terhadap saya, kenapa karena hanya saya jalan sama Laura sampai marah besar seperti itu, hingga jatuh sakit keluar darah dari hidungnya," ungkap Apey.
Ririn terdiam sejenak lalu menoleh apa benar kemarahan Azalea tidak ada akibat tanpa sebab.
"Apa kira kiranya Azalea cemburu kamu kerja sama Laura?" tanya Ririn tiba tiba.
Apey langsung menoleh merasa kaget mendengar pertanyaan Ririn.
"Kenapa Mbak Ririn bertanya seperti itu?" tanya balik Apey kaget.
"Ya terus kenapa Azalea marah waktu di kafe kamu sama Laura?" tanya balik Ririn.
"Ya mungkin karena benci lihat saya," jawab Apey.
"Kalau benar benci sama kamu, kenapa mau di bawa kerumah sakit sama kamu?" tanya kembali Ririn.
Apey terdiam ingat saat memangku Azalea membawanya ke dalam mobil, dan Azalea memegang baju dirinya dengan kuat tidak mau di tinggalkannya.
"Entahlah Mbak, saya tidak tahu dengan sifat Non Azalea, yang jelas sekarang, apa saya harus meninggalkannya fokus kerja terhadap Laura, atau saya harus datang menjenguknya sesekali?" tanya Apey bingung.
"Kata dokter bilang sama Ronald, kedepannya Azalea jangan sampai banyak pikiran apa apa demi kesehatannya, jika ternyata benar Azalea tidak mau kamu dekat dengan Laura, saya rasa Azalea akan semakin banyak berpikir yang bukan bukan terhadap kamu," jawab Ririn.
"Terus saya harus bagaimana Mbak, saya benar benar bingung?" tanya kembali Apey.
"Kita tunggu dulu sampai Azalea siuman, kita harus bertanya isi hati Azalea apa sebenarnya yang di inginkannya, ini demi kesembuhan dan kesehatan Azalea," jawab Ririn.
"Mengenai Ronald bagaimana? dia pasti melarang saya dekat sama Non Azalea, apa lagi jika sampai bicara berdua?" tanya Apey.
"Nanti saya yang bicara sama Ronald, semu ini demi kesembuhan dan kesehatan Azalea," jawab Ririn.
Baru saja Apey mau bertanya kembali dering ponsel Ririn berbunyi, Ririn langsung melihat yang menelponnya, ternyata Pak Wiguna yang menelponnya.
"Iya om?" tanya Ririn.
"Cepat masuk, Azalea sudah siuman," jawab Pak Wiguna.
"Alhamdulilah, iya om saya langsung masuk sekarang," balas Ririn merasa lega.
Ririn langsung menoleh ke Apey mengajak Apey masuk ke dalam.
"Azalea sudah siuman, ayo cepat kita masuk!" ajak Ririn langsung berdiri.
"Alhamdulilah ya Allah!" Apey menarik nafas lega ikut berdiri.
Keduanya langsung masuk menuju ruangan inap VVIP kelas satu dimana Azalea harus di rawat inap terlebih dahulu.
Di dalam kamar inap Azalea tidak banyak bicara, wajahnya masih terlihat sedikit pucat dan bibirnya terlihat kering, serta selang infusan yang menancap di lengan sebelah kirinya.
Pak Wiguna Bu Halimah berdiri di sisi tempat tidur inap Azalea menatap anak perempuannya yang terbaring sakit, Ronald berdiri di sebelah Pak Wiguna ikut menatap Azalea yang terbaring sakit.
"Sayang, doker bilang kamu baik baik saja, hanya butuh istirahat saja, jangan banyak pikiran apa apa ya," bujuk Bu Maharani mengusap rambut Azalea.
"Papa juga minta maaf, Papa sudah keterlaluan sama kamu, mengenai hotel Papa akan serahkan sepenuhnya sama kamu, asal kamu cepat sembuh," bujuk Pak Wiguna menatap tidak tega.
Azalea menggelengkan kepala tubuhnya masih merasakan lemas, dan masih merasakan sedikit sakit di kepalanya.
Ririn dan Apey masuk ke dalam ruangan, Azalea langsung menatap Riein dan Apey, tiba tiba mata Azalea berkaca kaca melihatnya.
Pak Wiguna mengerti dengan tatapan Azalea terhadap Ririn dan Apey, lalu menoleh ke Bu Maharani dan ke Ronald, dengan isyarat mengajak keluar.
"Mama keluar dulu ya!" ujar Bu Maharani mengusap rambut Azalea lalu melangkah menuju pintu.
Pak Wiguna senyum mengusap rambut Azalea lalu melangkah menyusul Bu maharani, Ronald melangkah mendekat senyum lega dengan Azalea sudah sadar siuman.
"Aku nunggu di luar ya, kamu jangan banyak pikiran!" bujuk Ronald senyum lalu melangkah menuju pintu.
Setelah Ronald keluar kamar inap, Ririn melangkah mendekat, Apey tetap diam tidak berani mendekat, takut Azalea bereaksi yang tidak tidak.
"Gue minta maaf, gue tidak menyangka sama sekali lo akan seperti ini," ucap Ririn menatap.
Azalea mengangkat kedua tangannya memegang tangan Ririn, dengan matanya berkaca kaca.
"Gue takut sakit," ucap Azalea dengan suara lemah.
"Lo hanya butuh istirahat dan menenangkan pikiran, jangan banyak pikiran apa apa," bujuk Ririn memegang kedua tangan Azalea.
"Gue tidak mau Apey kerja di Laura, hati gue sakit lihatnya," ungkap Azalea tiba tiba dengan suara lemahnya.
Ririn cukup merasa kaget mendengarnya, tebakannya ternyata benar, tidak mungkin tidak ada akibat jika tidak ada sebabnya.
"Lea, Apey hanya ingin bekerja dengan tenang, karena Apey harus mendapat uang buat orang tuanya di kampung, kecuali jika hati lo merasa cemburu," tegas Ririn sedikit memancing.
Azalea terdiam kini hatinya merasakan iya dan benar, entah kenapa timbul dan tumbuh rasa cemburu, tidak mau melihat Apey jika dekat dengan Laura.
"Lo bicarakan saja berdua dengan Apey, gue nunggu di luar!" Ririn perlahan melepaskan tangannya menoleh ke Apey lalu melangkah pergi menuju pintu.
Apey tetap diam berdiri bagaikan terasa mimpi, mendengar Azalea tidak menginginkan dirinya dekat dengan Laura.
Azalea sama diam tidak berkata menatap Apey yang sama terdiam tidak bicara, mata keduanya saling pandang, tiba tiba bagaikan ada aliran energi yang mengalir ke dalam hatinya masing masing.
Apey memberanikan diri perlahan mendekat, tidak mungkin jika tidak mengatakan sesuatu dengan keadaan Azalea yang terbaring sakit, Apey tidak tahu harus bicara apa karena merasa takut jika sampai salah berbicara.
"Saya minta maaf," hanya kata itu yang bisa Apey ucapkan.
"Jangan kerja sama Laura," pinta Azalea.
"Saya butuh kerja," ungkap Apey.
Azalea meringis memegang kepalanya, kemarahannya sulit terkontrol jika teringat Laura musuh bebuyutannya, Apsy terperanjat kaget dengan cepat memijit kening Azalea.
Dua mata kembali saling pandang Azalea terus menatap wajah Apey, kini dalam hatinya timbul debaran yang berbeda, begitupun Apey dengan perasaan heran menatap wajah Azalea yang kini tidak galak lagi.
"Kembali kerumah," pinta Azalea terus menatap.
"Satu syarat," pinta balik Apey.
"Apa?" tanya Azalea.
"Jangan benci lagi Randika," ungkap Apey.
Tiba tiba Azalea memaksakan senyum membuat Apey merasa kaget, baru pertama kalinya melihat Azalea senyum meskipun di paksakan.
"Non barusan senyum?" tanya Apey kaget.
"Iya," Azalea mengangguk.
"Alhamdulilah, jadi mau memenuhi syarat saya?" tanya kembali Apey senyum sumringah.
Azalea mengangguk tanpa di sadari keberadaan Apey di dekatnya, membuat dirinya merasakan nyaman tenang dan tumbuh rasa semangat dalam dirinya.
Azalea melihat bekas darah di baju Apey, perlahan memberanikan dirinya, mengangkat tangannya menyentuh jemari Apey, membuat Apey tersentak kaget seketika jantungnya berdebar hebat.
Namun saat kedua tangan hendak saling memegang erat, terdengar pintu di ketuk dari luar, terlihat dokter dan perawat masuk membuat keduanya mengurungkan keinginan saling memegang erat tangan.
"Permisi, kami harus mengecek dulu perkembangan kondisi pasien setelah di jenguk, silahkan Abangnya tunggu dulu di luar," pinta dokter.
"Baik, permisi!" Apey menoleh ke Azalea sambil menahan senyum lalu melangkah menuju pintu.
Tiba tiba Azalea pun jadi di buat menahan senyum, yang tidak jadi saling pegang tangan karena kedatangan dokter dan perawat masuk ke dalam.
Apey keluar kamar inap berusaha menenangkan dirinya, Pak Wiguna dan Bu Maharani cukup menatap heran, Apey bisa cukup lama berada di dalam berdua dengan Azalea.
Namun beda dengan tatapan Ronald yang begitu tidak sukanya, jika saja tidak ada orang tua Azalea, mungkin Ronald sudah melakukan hal yang tidak tidak terhadap Apey.
"Sini Apey," titah Pak Wiguna agar Apey duduk di sebelahnya.
"Iya Pak Boss," Apey langsung mendekat dan duduk.
"Kamu tahu Azalea sudah menjalin hubungan sama Ronald?" tanya Pak Wiguna.
""Iya Pak Boss saya tahu," Apey mengangguk.
"Saya sebagai orang tua Azalea, tidak berpihak terhadap siapapun, yang penting hidup Azalea bisa bahagia, kamu mengerti apa yang saya maksud?" tanya kembali Pak Wiguna.
"Iya Pak Boss, kesehatan dan kebahagiaan Non Azalea lebih utama," jawab Apey kembali mengangguk.
"Iya benar sekali, saya sangat menyesal sudah mengusir Azalea dari rumah, saya benar benar takut tidak mau terjadi apa apa terhadap Azalea," ungkap Pak Wiguna menatap Apey lalu menoleh ke Ronald.
Bu Maharani diam diam memperhatikan Apey dan Ronald, meskipun posisi Apey hanya sebagai supir, namun Apey memiliki ketampanan dan karismatik tersendiri, dan baru kali ini tidak mendengar teriakan Azalea saat berdua dengan Apey di dalam kamar inap.
Ke hadiran Apey dan Ronald dalam hidup Azalea, begitu di harapkan oleh Bu Maharani agar bisa merubah sifat dan watak Azalea yang keras mudah marah, terutama Azalea yang begitu membenci Adiknya sendiri akibat terhasut oleh orang yang berniat menjatuhkan Azalea.
Sementara Ronald yang sudah habis habisan mengeluarkan biaya besar demi bisa menaklukan Azalea, tidak mungkin akan melepaskan Azalea dengan begitu saja, apa lagi Ronald mempunyai alasan yang kuat sudah menjalin hubungan dengan Azalea.
Tentu itu akan menjadi senjata utama bagi Ronald untuk terus maju mempertahankannya, karena Ronald berpikir tidak mungkin dirinya kalah oleh Apey yang hanya seorang pekerja supir di matanya, jika persaingan di mulai tentu Ronald akan mencari cara dan siasat untuk menjatuhkan Apey.
semoga aja hbs ini gak terjadi kesalahpahaman