NovelToon NovelToon
Indigo X Zombie Apocalypse

Indigo X Zombie Apocalypse

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Zombie / Hari Kiamat / Hantu / Roh Supernatural / Penyelamat
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mobs Jinsei

Kisah tentang tiga anak indigo yang berjuang demi hidup mereka di dalam kiamat zombie yang tiba tiba melanda dunia. Mereka mengandalkan kemampuan indigo mereka dan para hantu yang melindungi mereka selama mereka bertahan di tempat mereka, sebuah rumah angker di tengah kota.

Tapi pada akhirnya mereka harus meninggalkan rumah angker mereka bersama para hantu yang ikut bersama mereka. Mereka berpetualang di dunia baru yang sudah berubah total dan menghadapi berbagai musuh, mulai dari arwah arwah penasaran gentayangan, zombie zombie yang siap menyantap mereka dan terakhir para penyintas jahat yang mereka temui.

Genre : horror, komedi, drama, survival, fiksi, misteri, petualangan.

Mohon tinggalkan jejak jika berkenan dan kalau suka mohon beri like, terima kasih sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 14

“Ugh,” Reno membuka matanya, “krrrr...krrrr,” terdengar suara dengkuran halus di sebelahnya, dia melihat Dewi masih tertidur menempel di pundaknya, dengan perlahan Reno mendorong tubuh Dewi dan membaringkannya di pangkuannya, kemudian dia menoleh ke belakang untuk memeriksa Felis di ranjang, tapi tiba tiba dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan matanya membulat, jantungnya berdegup kencang dan berdebar debar, alasannya karena dia melihat hantu ayah, ibu, nenek dan kakek Dewi berada tepat di antara kursi dan ranjang dalam posisi duduk yang sama ketika di ruang makan walau tanpa kursi dan memandang lurus ke depan dengan wajah tanpa ekspresi.

“Jriiiiit....jantung gue, kayak gini terus bener bener ga bagus buat jantung gue, suatu saat bisa mati gue,” ujar Reno dalam hati.

Dia kembali melihat ke lubang dan melihat di luar sudah gelap, suara tembakan juga sudah tidak terdengar lagi dan suasana di luar nampak sudah aman. Dia mulai menggoyangkan tubuh Dewi yang tidur di pangkuannya,

“Wi...Wi....bangun Wi,” ujar Reno berbisik.

“Ugh....napa Ren ?” balas Dewi.

“Udah malem, kayaknya udah aman, kita keluar yu,” ujar Reno.

“I...iya.....eh....kok...gue tidur di paha lo ?” tanya Dewi sambil melihat sekeliling.

“Abisnya lo tidur pules banget sambil duduk ngorok lagi, ya gue tidurin aja di sini,” jawab Reno.

“Hah,” Dewi langsung bangun dan menoleh, “waaaaaa....” Reno langsung menutup mulut Dewi yang kaget melihat empat hantu di belakangnya. Setelah Dewi agak tenang, Reno dengan perlahan melepaskan tangannya dari mulut Dewi,

“Ampuuuuun......ampir mati gue,” ujar Dewi.

“Sama tadi gue juga, tapi ya gue ga teriak sih,” balas Reno.

“Siapa itu ?” terdengar suara dari luar.

Reno dan Dewi langsung diam, keduanya langsung melihat ke lubang, ternyata ada seorang pria yang memakai kemeja berdasi namun membawa senapan buru berdiri di ruang kosong antar dua rumah tepat di depan lubang. “Klek,” Reno langsung menekan batanya supaya orang itu tidak menyadari ada lubang di dinding.

“Ada orang Wi, ada yang masuk ke rumah kita,” ujar Reno berbisik.

“Iya....gimana dong,” balas Dewi.

Reno menoleh ke belakang, dia melihat empat hantu yang terlihat seperti duduk tanpa kursi di belakangnya,

“Pantes mereka disini,” ujar Reno berbisik.

“Berarti rumah kita ga aman dong,”  balas Dewi.

“Lo sekarang temenin Felis di ranjang dan kalau dia bangun jangan kasih dia bersuara, gue awasin kondisi di luar dari sini, cepet,” balas Reno.

“Iya, gue ke ranjang temenin Felis,” balas Dewi.

Dewi langsung berdiri dan bergegas ke ranjang, dia mengawasi Felis yang masih tertidur di ranjang, “klek,” Reno kembali menekan batu batanya, lubang terbuka sedikit dan Reno mengintip di luar, dia melihat ada tiga orang pria dan seorang wanita sedang berdiri di ruang kosong lengkap dengan senapan buru mereka. Dua orang pria di antara mereka memakai seragam tentara dan seorang pria juga seorang wanita sepertinya warga sipil yang mereka selamatkan dan membantu mereka.

“Ckrek,” pintu dapur rumahnya di buka, Reno kaget melihat Faizal keluar dari dalam, dua pria yang memakai seragam langsung memberi hormat. Faizal berdiri di depan pria berkemeja yang membawa senapan buru itu,

“Anda yakin mendengar teriakan di sini ?” tanya Faizal.

“Yakin pak, teriakan seorang wanita,” jawab pria itu.

Terlihat Faizal berpikir, kemudian dia melihat sekeliling, Reno langsung menunduk dan melepas batanya supaya lubang terlihat hanya sebagai garis di dinding dari luar. Faizal kembali menoleh ke arah empat orang di depannya,

“Kalian tolong ajak mereka ke pos baru kita di penjara, saya tunggu di sini sampai besok pagi bersama dua personel di dalam, lekas, kita tidak tahu berapa lama garis depan bisa menahan para zombie yang terlepas dari pasar batu akik,” ujar Faizal.

“Siap ndan, tapi kenapa komandan menunggu di sini ?” tanya seorang prajurit.

“Ada tiga anak yang tidak mau di evakuasi di sini, situasi sudah tidak terkendali, saya harus memastikan mereka selamat dan kalau bertemu mereka saya akan memaksa mereka untuk evakuasi walau dengan cara yang kasar, sekarang lekas berangkat,” ujar Faizal.

“Baik, ndan, hati hati,” balas prajurit itu.

Ke empat orang itu langsung berlari menuju ke arah rumah om Didi, sementara Faizal berjalan masuk ke dalam dapur rumah. Reno menutup kembali batanya, setelah mendengar ucapan Faizal barusan, pikirannya menjadi sedikit kacau. Dia berdiri dan berjalan ke arah Dewi melewati empat hantu yang sekarang berdiri di tengah saling berhadapan.

“Wi, yang di dalam rumah kita pak Faizal yang tadi pagi, dia bilang situasi sudah tidak terkendali dan dia berniat memaksa kita untuk evakuasi, gimana nih ?” tanya Reno.

“Aduh, gimana ya ? mereka marah ga nih ?” tanya Dewi sambil melirik ke empat hantu yang berdiri mematung saling berhadapan.

“Ga tau deh, kalau mereka mencari di dalam rumah kita, bukan ga mungkin ruangan ini ketahuan dan kita di paksa keluar, kita harus ambil keputusan sekarang,” jawab Reno.

“Gue dan Felis ikut lo aja,” balas Dewi.

Tiba tiba Reno menyadari ada sesuatu yang berbeda di dada Dewi, dia langsung memegang kedua pundak Dewi,

“Wi, liontin lo mana ?” tanya Reno.

“Oh...aduuuh, tadi waktu mandi gue lepas, gue taruh di kamar mandi,” ujar Dewi.

“Kenapa lo teledor banget sih, gue keluar deh, tolong jagain pintu,” ujar Reno berdiri.

“Udah Ren, ga usah, kakek juga ada di sini kan....udah, ntar aja,” balas Dewi sambil memegang tangan Reno.

“Gini Wi, kalau memang pak Faizal memaksa kita untuk evakuasi, paling ga lo ama Felis aja yang pergi, mereka marah karena gue kan, gue ga apa apa di sini, lo ama Felis harus selamet,” ujar Reno.

“Ga mau, lo ga ikut, gue dan Felis tetap di sini sama lo, lo pikir gue mau gitu di evakuasi ama orang yang gue ga kenal dan di sono ketemu banyak orang yang gue ga kenal sama sekali, enggak Ren, lo tau kan, gue di sekolah aja ga punya temen, Felis juga gitu, makanya gue dan Felis ga bisa kalo ga ada lo,” ujar Dewi dengan wajah hampir menangis.

“Tapi kalau begini, pak Faizal cepat atau lambat pasti menemukan kamar ini,” ujar Reno.

“Kita bilang aja ama dia, kita ga mau di evakuasi....titik,” ujar Dewi.

Tiba tiba Dewi menoleh dan wajahnya terlihat ketakutan, karena melihat Dewi, Reno juga menoleh melihat ke arah yang di lihat Dewi. Ternyata empat hantu di belakang mereka sudah berbaris berderet persis di belakang mereka dengan wajah tersenyum. Reno terduduk di tepi ranjang dan Dewi memeluknya, tiba tiba tangan hantu ayah Reno menunjuk ke arah kantung di celana Reno,

“Hah....kenapa kaki ku pa ?” tanya Reno.

Hantu ayah Reno menggelengkan kepalanya, tangannya terus menunjuk ke arah celana Reno, Dewi melirik celana Reno dan melihat jari ayah Reno,

“Oi Ren, maksud dia mungkin kantong celana lo, ada apa di kantong celana lo ?” tanya Dewi.

Untuk memastikannya, Dewi menoleh melihat hantu ayah Reno yang mengangguk, Reno langsung merogoh kantung celananya, “kling,” dia memegang sesuatu di kantungnya dan menariknya keluar,

“Eh...cincin yang tadi ?” tanya Reno yang memegang empat cincin di telapaknya.

Tiba tiba hantu ibu Reno berdiri tepat di depan Dewi sampai membuat Dewi sedikit melompat kaget, kemudian hantu itu membungkuk dan tangannya menunjuk cincin berlian berwarna merah dan melihat Dewi sambil tersenyum. Dewi menelan salivanya dan mengangguk, tangannya yang gemetar mengambil cincin berlian berwarna merah di tangan Reno. Dia kembali menoleh melihat hantu ibu Reno yang sedang memperagakan memakai cincinnya menggunakan kedua tangannya.

Dewi memakai cincinnya dan hantu ibu Reno langsung menghilang, tentu saja Reno dan Dewi langsung menjadi kaget, keduanya melihat cincin berlian merah yang di pakai Dewi.

“Maksudnya mama masuk ke sini gitu ?” tanya Reno.

Terlihat hantu nenek Reno mengangguk perlahan dengan wajah tersenyum melihatnya, kemudian hantu ayah Reno menunjuk cincin berwarna biru dan meminta Reno memakainya, Reno langsung melakukannya dan hantu sang ayah menghilang,

“Trus nenek ?” tanya Reno.

Hantu nenek Reno menunjuk ke arah tengah, dia menunjuk Felis yang sedang tidur di antara Reno dan Dewi, setelah itu nenek menujuk cincin berlian kuning di tangan Reno. Tanpa menunda lagi, Reno mengangkat tangan kiri Felis dan memakaikan cincinnya ke jari Felis yang kecil hingga cincin itu nampak sangat kebesaran, tapi ketika Reno menoleh, hantu nenek sudah menghilang dan yang tersisa hanyalah hantu kakek Dewi yang berdiri di depan ketiganya dengan kedua tangan di belakang. Melihat kakeknya berdiri di depannya, Dewi langsung bediri,

“Nanti aku ambil liontin ku ya kek, maaf aku teledor,” ujar Dewi.

Tapi hantu kakek yang seakan akan mengerti ucapan Dewi menggelengkan kepalanya, sebelah tangannya keluar dan menunjuk cincin berlian putih yang di pegang Reno. Melihat kakek menunjuk cincin itu, Reno langsung memberikan cincinnya kepada Dewi yang langsung mengambilnya dan memakainya, tapi hantu kakek tetap berdiri dan kedua tangannya kembali ke belakang.

“Loh....kan udah ku pake kek ?” tanya Dewi.

Kakek menggelengkan kepalanya, namun dia tidak memberi petunjuk melalui gerakan lagi dan hanya berdiri menatap ketiganya dengan senyum lebar di wajahnya. Dewi menoleh melihat Reno yang juga sedang menoleh melihat dirinya, Dewi melepas cincinnya dan mengembalikannya pada Reno kemudian Reno mencoba memakainya, tapi hantu kakek tetap berdiri di depan mereka dan kali ini dia menggelengkan kepalanya. Reno melepas cincinnya dan berpikir, dia menoleh melihat Felis yang sedang tidur di tengah, dia menoleh melihat Dewi yang juga melihat Felis dan mengangguk, akhirnya Reno mengangkat tangan kanan Felis dan memakaikan cincinnya, keduanya menoleh dan melihat hantu kakek sudah menghilang.

Keduanya langsung terduduk lemas dan berbaring di sebelah Felis sambil menghembuskan nafas mereka karena lega,

“Mereka...hilang Wi, mereka masuk cincin kan Wi ?” tanya Reno.

“Iya mereka hilang, gue ga tau mereka masuk ke batu berlian di cincin atau tidak soalnya beda sama yang di tunjukkan kakek, sori Ren, gue juga ga ngerti, mereka seakan akan mengatakan kalau kita bertiga harus terus bersama dan saling menjaga satu sama lain, di mana pun kita berada,” ujar Dewi.

Mendengar jawaban Dewi, Reno terdiam, dia sebenarnya mengerti dan sebenarnya dia hanya ingin memastikan kalau dia salah, tapi mau tidak mau dia harus menerima kalau ayah, ibu dan nenek nya sudah menghilang dan dia tidak bisa merasakan kehadiran mereka, dia tersenyum dan melihat wajah Dewi di sebelah nya,

“Iya memang beda dan gue juga merasa seperti yang lo bilang, waktu kakek lo memperlihatkan ke kita, dia terlihat seperti terserap masuk ke dalam batu yang ada di liontin dan keluar lagi berarti dia tidak hilang, jujur sekarang gue sedikit sedih, papa, mama, nenek seakan pamit sama kita, mereka selalu nemenin gue di rumah, walau kadang gue merasa risih kalau ada mereka dan suka bercanda supaya mereka ke isekai aja haha, tapi....belum ada semenit gue udah kangen mereka haha,” ujar Reno menitikkan air mata.

Dewi menoleh melihat Reno yang sedang memandang diinya dengan mata berair, tangannya terangkat dan mengusap wajah Reno tanpa berkata apa apa. Reno menaikkan tangannya memegang tangan Dewi di pipinya, air matanya mulai deras keluar dan dia mulai terisak. Dewi yang melihatnya juga menitikkan air mata, dia berbalik memeluk Felis dan Reno yang juga berbalik memeluk Felis dan dirinya.

1
Yulitasari Daniel
tetap sehat Thor agar bisa up terus
Fitri
jangan jangan pak yohan yang jahat
anggita
like👍☝iklan. moga novelnya lancar.
Mobs Jinsei: makasih kak dukungan nya /Pray/
total 1 replies
anggita
reno, dewi, podo" sama" 🤫
anggita
👋😡 pembukaan cerita marah nampar orang.
heyza. 617
bikin cerita kok setengah setengah buruan update
Mobs Jinsei: update tiap malam kak
total 1 replies
Aryanti endah
Luar biasa
Mobs Jinsei: makasih dukungan nya kak /Pray/
total 1 replies
FJ
padahal aku dah berpikir, emang bisa dibuka?
Mobs Jinsei: Tembus kak
total 1 replies
adib
wah genre baru... makasih thoe
Mobs Jinsei: sama sama kak, semoga suka
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!