Karena takut dikeluarkan dari sekolah dan dicabut beasiswanya, Dara terpaksa menyembunyikan kehamilan dan melahirkan bayinya di sekolah.
Dara tidak sendirian tapi dibantu oleh ayah sang bayi dan anggota geng motornya. Bisakah mereka menyembunyikan dan membesarkan bayi itu sampai mereka semua lulus sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membagi Tugas
Adam menggelengkan kepalanya, dia tetap tidak bisa meluluhkan sifat keras hati adiknya itu. Jadi, lebih baik mengalah saja.
Lelaki itu memilih melihat Dara dan Bibu, keduanya tertidur dan Adam memperhatikan mereka.
Gadis desa dan bayi yang malang, rasanya Adam ingin menculik mereka dan membawanya ke luar negeri. Namun, hubungannya dengan Galang pasti akan semakin memburuk.
Adam hanya ingin mempunyai hubungan yang baik dengan Galang sebagai saudara.
"Jangan ganggu mereka dan pergilah dari sini!" usir Galang.
"Biarkan aku yang menguburnya, anakmu tetap bagian dari keluarga Bamantara jadi ari-arinya harus dikubur di kediaman keluarga kita," ucap Adam yang tidak mau pergi.
"Kau mau membuat Bibu ketahuan?" tolak Galang.
"Jadi namanya Bibu?" Adam terkekeh geli. "Dasar anak remaja!"
"Itu panggilan ketika masih dalam perut, sekarang aku masih memikirkan namanya," ucap Galang yang tidak mau ditertawakan.
"Pakai nama Axelle, artinya pembawa kedamaian," Adam memberi saran.
"Tidak mau, aku akan memanggilnya Gema," balas Galang menolak.
"Kalau begitu, namanya Gema Axelle Bamantara," ucap Adam yang menggabungkan nama untuk keponakannya.
Pada saat itu, Bibu menguap seperti setuju dengan nama yang disematkan untuknya.
"Anakmu butuh imunisasi, butuh akta lahir dan masih banyak lagi, apa kau memikirkan sejauh itu?" tanya Adam.
"Aku sudah memikirkan semuanya jadi jangan ikut campur," balas Galang.
"Tapi, aku tetap ingin ikut campur. Aku melakukannya demi keponakanku," Adam jadi ikut-ikut keras kepala.
Sepertinya dia harus mengikuti tingkah remaja itu supaya bisa masuk ke dalam pikiran Galang.
"Temani Dara dan Gema, aku akan mengubur ari-arinya setelah itu kembali membawa keperluan yang kalian butuhkan," ucap Adam seraya mengambil ari-ari bayi yang dimasukkan ke dalam plastik.
Adam tidak mengerti bagaimana tapi menurut yang dia baca ari-ari itu harus dibersihkan dulu.
Maka dari itu, Adam harus melakukannya sekarang karena di rumah keluarganya pasti orang tuanya belum pulang.
...***...
Dara bangun dari tidurnya dan langsung terkejut karena tidak mendapati bayinya.
"Bibu..." panggil Dara.
Gadis itu berusaha mendudukkan diri dan berjalan perlahan untuk mencari Galang.
"Gal," panggilnya lagi.
Ternyata bayinya tengah menjadi rebutan Fiona dan teman-teman Galang di basecamp. Mereka berebut untuk menggendong bayi, mereka seperti mendapat mainan baru.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya Dara ketika melihat bayinya dioper ke sana kemari.
"Aku tidak mau ada asap rokok di sini!"
Fiona mengambil Gema lalu mendekatkan bayi itu pada Dara. "Mereka tidak akan berani merokok!"
"Bibu sekarang namanya Gema," lanjutnya.
"Gema?" gumam Dara. Dia duduk lalu menggendong bayinya. "Di mana Galang?"
"Galang sedang mencari makan, kita akan syukuran kecil-kecilan," jelas Fiona.
Benar saja Galang kembali dengan membawa banyak makanan, mereka mengadakan syukuran atas kelahiran bayi Galang dan Dara.
"Kau harus mengembalikan tenagamu, kalau tidak mau menyusui Gema, kita bisa memakai susu formula," ucap Galang memberikan makanan berprotein tinggi untuk Dara. Perhatian pemuda itu jadi bertambah kali lipat.
"Aku ingin memberi Gema asi ekslusif," balas Dara.
"Itu tidak akan mudah," Galang memberi peringatan dari awal.
"Kalau susu formula justru tidak baik untuk jangka panjang," ucap Dara.
Galang menghela nafasnya kasar, dia memandangi teman-temannya di sana. "Aku tahu kalau sudah berbuat kesalahan dan mengakibatkan bayi tak berdosa hadir jadi aku minta kalian jangan sampai mengikuti jejak kami!"
"Ini sangat tidak benar dan aku sungguh menyesal tapi bukankah aku tetap harus bertanggung jawab?"
"Kau pikir kami akan membiarkan kalian bertanggung jawab sendirian?" tanggap Satria.
"Kita harus membagi tugas mulai sekarang!" timpal Morgan.