"Penting kah pak?" Tanya Hana dengan suara yang datar, berusaha biasa saja.
Pak Arman menganggukkan kepala.
"Sebentar saja, saya mohon" lirihnya.
Hana yang tanpa respon dianggap Arman menyetujui permohonan nya.
Arman dengan sigap menunjuk sebuah meja panjang yang terletak persis di samping pintu keluar kafe.
"Disini ya..." Ucap nya.
Hana mengangguk dan kembali duduk meletakkan tas ranselnya.
Sebelum duduk, Pak Arman terlihat seperti memberi kode kepada pelayan di dalam, seperti nya sedang memesan sesuatu.
Mereka duduk berdampingan menghadap jendela.
"Jadi gini Hana.. saya ingin kamu menjadi istri saya.." ucap pak Arman tanpa basa-basi sedikit pun.
"Apa! Istri?" Dengan suara yang agak keras melengking, Hana di buatnya kaget bukan kepalang.
Suaranya membuat orang - orang di sekelilingnya menoleh ke arah mereka.
"Iyaa istri" kata Arman kembali mengulang kata istri dengan lembut sekali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yani_AZM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Rembukan Dadakan
Kurang dari 1 jam, makanan bapak sudah datang di antar oleh petugas rumah sakit.
"Permisi, sarapan untuk pasien bapak Malik" ucap petugas laki -laki yang tidak di ketahui nama nya.
"Oh iya, terimakasih.." ucap Arman menerima kotak makan tersebut.
Ketika itu, Hana sedang berada di toilet.
"Siapa pak?" tanya Hana yang keluar dari kamar mandi.
"Petugas nganterin makanan bapak" kata nya singkat sambil menunjuk ke arah makanan itu.
Hana membuka box makanan yang berisi bubur ayam dan beberapa Snack pencuci mulut.
Hana menghampiri bapak.
"Makan dulu ya pak.. " pinta Hana kepada bapak yang sedang menatap tv yang di hidup kan oleh Arman.
Bapak pun mengangguk-an kepala.
Arman dengan sigap mengatur tinggi kasur di bagian kepala, agar lebih tinggi dari perut.
"Maaf ya saya naikin dikit, biar agak lebih tinggi pak, jadi enak makan nya." kata Arman.
Hana pun memberikan jari jempolnya untuk Arman.
Bapak memang sudah tidak se- pucat tadi subuh, tapi tubuh nya terlihat masih sangat lemas.
Hana mulai menyuapi bapak secara perlahan.
2 suap sudah masuk.
Tapi bapak menghentikan di suapan ke tiga.
"Sudah ya nak, bapak mual" kata bapak lirih.
Mendengar itu Hana menurunkan box tersebut perlahan dari tangan nya.
"Sekali lagi ya pak.." pinta nya.
Bapak menggelengkan kepala, mata nya pun di pejam kan. Tangan bapak mencoba menekan kening nya.
"Seperti nya bapak juga pusing ya.." gumam Hana.
"Sudah dulu Han, jangan di paksa nanti malah muntah lebih kasian lagi kan.." ucap Arman.
Hana pun menurut saja, di letakkan nya box kotak itu di atas meja. lalu di ambil nya botol minum khusus bapak.
Hana mencoba memberi minum tersebut, Walaupun hanya sedikit yang masuk.
"Sudah nak, makasih ya.. Bapak mau tidur lagi ya.." pinta bapak pada Hana.
Hana hanya mengangguk, dan membereskan sisa makanan bapak.
Arman pun juga dengan cepat mematikan tv yang menyala agar tidak menganggu tidur bapak Malik.
Waktu terus berputar menunjukkan pukul 8 pagi, ponsel Hana berdering, Ada panggilan masuk dari mbak Nina.
Hana pun buru - buru mengangkat nya.
📞 Nina: "Halo dek, di lantai berapa? Mbak sudah di lobby sama yaya dan Fafa"
📞 Hana : "Naik aja mba di lantai 3, nama kamar nya anggrek" ucap Hana.
Telfon pun di tutup.
"Pak arman, kamu kenal ngga sama Kaka Kaka ku?" tanya Hana.
"Kenal banget sih, ya ngga ya.. Tapi tau pernah kenalan" jawab nya.
"Kenalan kapan? Dimana? Kok aku ngga tau?" tanya Hana.
"Waktu pemakaman ibu deh kayanya kalau ngga salah ingat, kan kamu lama banget pulang dari makam paling akhir kan?" kata Arman.
Hana pun bergeming.
"Ternyata dia sudah kenal.." gumam Hana.
Suara pintu di ketuk.
*tok.. tok..
"Masuk saja.." Kata Hana.
Ternyata benar yang datang rombongan Kaka Kaka Hana beserta para suami nya.
"Loh aku kira cuma bertiga mba?" tanya Hana sambil bersaliman kepada semuanya.
"Iya, tadi pada mau ikut karena khawatir sama bapak" ucap mbak Nina.
"Dek, gimana dek bapak kata dokter? " tanya mbak Fafa.
"Bapak kena demam berdarah" ucap Hana.
"Memang nya ada nyamuk dek di rumah?" tanya Nina.
"Ngga ada sih kalau di dalam rumah, tapi kan bapak suka duduk di dekat tanaman ibu di teras. Setiap aku belum pulang pasti bapak menunggu ku di teras. Kalau di teras memang banyak nyamuk" kata Hana.
"Di semprot dong dek kalo sudah ada nyamuk begitu!" kata mba Fafa.
"Sudah mba, bapak dan aku rajin beberes kok! Apalagi cuma semprot nyamuk!" bela Hana.
"Lalu kenapa bapak sampai tiba - tiba ke rumah sakit se pagi itu Han?" tanya mba Fafa lagi.
"Semalam apa aku pulang, bapak sudah tidur. Pikir ku bapak memang lelah aja sampai tidur ngga nunggu aku pulang. Pas subuh tadi aku mau bangunin untuk sholat, bapak lagi telungkup selimut menggigil. Pucat banget wajahnya! jadi aku langsung bawa ke rumah sakit" jelas Hana.
Mbak fafa duduk di sebelah bapak yang masih tertidur.
Sedangkan Nina dan lainnya duduk di sofa.
" Terus, tadi kamu kesini sama siapa dek?" tanya Nina
"Sama ini" Hana menunjuk pak Arman dengan dengan jempol nya.
"Loh ini kan guru SMK mu kan, pak Arman ya? Yang waktu itu ada di pemakaman itu loh Yaya Fafa! Ini loh maksud ku!" kata Nina.
"Iya aku sudah kenal juga mbak" ucap Fafa.
"Iya kan maksud ku, Arman ini calon nya Hana" ucap Nina.
"Ih apa sih mba Nina.. bohong mba.. Calon apa..." kata Hana menangkis.
"Yeee ngga usah begitu kamu Hana, calon mu ganteng + pinter begini kok" kata mba Fafa.
Arman yang berada di sudut kamar hanya senyum- senyum sendiri.
"Ngga usah ke pede -an ya pak" kata Hana dengan tatapan sinis.
"Iyaa.. Iya.. oiya Han.. Aku pamit pulang ya.. Mau langsung ke sekolah. Kaka Kaka kamu kan sudah datang jadi aku ngga khawatir ninggalin nya" kata Arman sambil mengambil ponsel nya yang di letakkan di meja makan bapak Malik.
"Oh oke pak, ayo saya antar ke lobby" kata Hana.
"Oh ngga usah Han, nanti kamu capek bolak balik" kata nya lagi.
"Yaudah aku anter sampe depan kamar aja yuk" Hana pun bergegas bangun dari kursi sofa.
Arman juga berpamitan pada semua nya, kecuali bapak. Karena bapak sedang tidur.
"Loh, kamu ngga kerja? bukannya masuk hari ini?" tanya mbak Nina kepada Hana yang berjalan ke arah pintu.
"Aku minta izin aja mba hari ini, biar lah kalau gaji di potong. Aku khawatir sama bapak." kata Hana.
Mbak Nina pun mengangguk-an kepala.
"Ya sudah semuanya saya pamit ya, assalamualaikum" ucap Arman keluar kamar.
"Waalaikumsalam" serentak.
Di depan pintu Hana berkata "Makasih ya pak sekali lagi, tapi kalau langsung ke sekolah bapak pake pakaian begini?" tanya Hana.
"Saya bawa baju ganti kok Han untuk kerja, tas ransel kerja saya pun ada di mobil" ucap Arman.
Hana bergeming menatap Arman.
"Udah mulai perhatian nih kaya nya..." goda Arman.
"Ih, ke-pedean bapak nih, dasar bapak - bapak wleee" kata Hana.
Arman pun tertawa kecil, "Biar lah bapak- bapak yang penting ganteng kata mbak Nina!" kata nya.
Hana memutar bola mata nya dengan sinis.
"Yaudah Han.., aku berangkat ya.. Bye Hana. Yang kuat ya.. jangan lupa makan siang!" kata pak Arman dan berlalu sambil melambaikan tangan nya.
Hana pun kembali masuk ke ruangan.
Ternyata bapak sudah bangun.
"Hana.. Arman pulang nak?" tanya bapak yang terlihat sangat lesu.
"Iya pak, langsung ke sekolah.. Bapak bangun sendiri atau di bangunin!" mata hana melirik curiga ke semua orang di dalam ruangan.
"Bangun sendiri dek..." ucap mbak Fafa.
"Mumpung semua nya sedang berkumpul.. Bapak ingin bicara.." kata bapak tertatih.
Bapak terlihat menelan ludah nya.
Semua anak - anak serta ipar Hana pun mendekat.
Bapak menarik nafas panjang.
"Huffftt..."
"Jadi gini.. Pesan ini khusus tertuju pada Hana, Maaf kan bapak sebelum nya. Semenjak masih ada ibu dulu, setelah pak Arman bertamu waktu itu.. Bapak sudah sampaikan niat pak Arman kepada mbak Nina.. Selaku anak paling tua" ucap bapak.
"Maksud nya?" tanya Hana.
"Bapak itu sangat suka sama Arman, ia itu anak yang baik Hana.. Di hadapan Kaka Kaka mu ini.. Bapak sangat merestui hubungan mu dengan dia, jika kamu ingin menjalin nya dengan niat baik.." kata bapak.
Hana bergeming.
"Hampir satu tahun dia mendekati Hana, semua yang Arman atau kamu lakukan, bapak selalu memberi info pada mbak Nina dan Kaka Kaka mu yang lain" kata bapak.