NovelToon NovelToon
CEO : Arav Dan Kayla

CEO : Arav Dan Kayla

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dikelilingi wanita cantik / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Kantor
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: El Nurcahyani

Arav Hayes Callahan, seorang CEO yang selalu dikelilingi wanita berkelas, terjebak dalam situasi yang tak terduga ketika hatinya tertambat pada Kayla Pradipta, seorang wanita yang statusnya jauh di bawahnya.

Sementara banyak pria mulai menyukai Kayla, termasuk kakaknya sendiri, Arav harus menahan rasa cemburu yang terpendam dalam bayang-bayang sikap dinginnya. Bisakah Arav menyatukan perasaannya dengan Kayla di tengah intrik, cemburu, dan perbedaan status yang menghalangi mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keteguhan Hati di Balik Kegelisahan

Bab 14

Sementara itu, suasana di kantor mulai lengang seiring dengan waktu yang sudah sore. Para karyawan satu per satu meninggalkan tempat kerja mereka. Namun, di ruangan Arav, masih ada dua sosok yang belum menunjukkan tanda-tanda akan pulang: Arav dan Moe.

Tiba-tiba, pintu diketuk. Arav hanya mengangkat alisnya sedikit sebagai isyarat bagi Moe untuk membukanya. Moe membuka pintu dan mendapati Kayla berdiri di sana, tampak ragu-ragu.

“Masuklah,” kata Moe, mempersilakan Kayla untuk melangkah masuk ke ruangan yang terasa dingin, bukan hanya karena suhu AC yang rendah, tetapi juga karena aura yang terpancar dari Arav.

Kayla masuk dengan langkah hati-hati, pandangannya sedikit teralihkan pada Moe yang berdiri di samping. Ada ketegangan di wajahnya, mungkin karena tahu bahwa yang akan ia bicarakan adalah hal yang sensitif.

“Ada apa?” tanya Arav dengan nada datar, tatapannya tak berpindah dari berkas-berkas yang sedang ia periksa.

Kayla menelan ludah, lalu menoleh pada Moe. Ia merasa gugup, tidak yakin apakah sebaiknya membicarakan hal ini di depan Moe atau menunggu kesempatan saat mereka hanya berdua saja.

Arav yang tidak suka membuang-buang waktu langsung menegaskan, “Kalau ada sesuatu yang perlu dikatakan, katakan saja sekarang. Moe adalah orang kepercayaanku. Tidak ada yang perlu disembunyikan.”

Mendengar itu, Kayla menguatkan diri dan akhirnya memutuskan untuk berbicara. “Pak Arav, saya ingin tahu... soal ucapan Anda tadi siang kepada Nona Maya. Apakah itu... benar?”

Arav mendongak perlahan, menatap Kayla dengan pandangan yang sulit diterka. Wajahnya tetap dingin, namun matanya menunjukkan kilatan tajam yang tidak bisa diabaikan. “Apa maksudmu?” tanya Arav, nada suaranya terdengar sedikit menantang.

Kayla menarik napas dalam-dalam. “Anda mengatakan bahwa Anda akan menikahi saya. Apakah itu sekadar untuk menghentikan perdebatan dengan Nona Maya, atau... ada maksud lain di baliknya?”

Arav tidak langsung menjawab. Ia menatap Kayla dalam-dalam, seolah mencoba menakar keberanian wanita itu untuk terus menanyakan hal yang mungkin tidak ingin didengarnya. “Aku tidak terbiasa menjelaskan sesuatu yang menurutku tidak perlu dijelaskan. Perasaan bukan sesuatu yang harus diungkapkan dengan kata-kata setiap saat.”

Jawaban itu membuat Kayla merasa tidak puas. Ada sesuatu yang menggumpal di dadanya, antara kesal dan bingung. Ia menginginkan kejelasan, namun Arav justru memberikannya jawaban yang makin membuatnya merasa tersesat dalam ketidakpastian.

“Pak Arav, saya minta maaf, tapi saya tidak bisa membiarkan hal ini begitu saja. Saya tahu Anda adalah atasan saya, dan saya akan selalu mengikuti perintah Anda dalam pekerjaan. Tapi jika ini tentang perasaan, tolong jangan mempermainkan saya. Saya mungkin bukan siapa-siapa dibandingkan Anda, tapi saya masih punya harga diri. Kalau memang Anda hanya bercanda atau sekadar ingin menyelamatkan situasi tadi siang, tolong jangan campurkan pekerjaan dengan hal yang bisa menimbulkan kesalahpahaman.”

Moe menatap Kayla dengan kagum, meskipun tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan. Dalam hatinya, ia tidak menyangka Kayla memiliki keberanian untuk berbicara seperti itu di depan Arav. Sementara itu, Arav tetap duduk tenang, namun matanya sedikit menyipit, menandakan bahwa ia mendengarkan setiap kata yang diucapkan Kayla.

“Kau terlalu banyak bicara,” kata Arav akhirnya, dengan nada yang tak bisa dibantah. “Aku tidak pernah bermain-main dengan perasaan, tapi aku juga tidak suka diatur kapan harus mengungkapkannya. Kalau itu tidak cukup jelas untukmu, sekarang fokuslah pada pekerjaan dan lupakan yang lain.”

Kayla terdiam, menelan kecewa yang tidak bisa ia ungkapkan. Dalam hatinya, ia merasa tersinggung. Meski begitu, ia memilih untuk tidak menambah perdebatan.

"Tapi anda tidak bisa begini, Pak. Perkataan itu bukan sekali anda ucapkan. Ini bukan saya kegeeran dan berharap lebih. Saya punya hak menolak sesuatu dari orang lain, yang tidak membuat saya nyaman."

Arav tidak menjawab perkataan Kayla. Dia rasa penjelasan tadi sudah cukup.

"Kenapa Bapak hanya diam? Jangan dibiasakan mempermainkan harga diri orang lain, apalagi wanita. Bapak bisa mencari alasan lain untuk menenangkan keadaan. Bukan mengklaim seseorang adalah bagian penting dari Anda, supaya orang lain mendengarkan Anda. Bukankah Anda orang berpengaruh? Tanpa mengganggu harga diri saya, Anda bisa mengendalikan waktu dan membuat keadaan baik-baik saja. Itu maksud saya, Pak Arav."

Lagi-lagi Arav hanya diam. Dia hanya memperhatikan saat Kayla bicara, meski dengan wajah dinginnya. Namun, entah kenapa wajah dingin Arav kali ini tidak membuat Kayla gugup atau hilang konsentrasi. Buktinya dia bisa berbicara lancar untuk menjelaskan rasa terganggunya dengan sikap Arav.

"Moe, antarkan Kayla ke luar. Dia harus kembali bekerja," ucap Arav tegas. Dan dia juga kembali pada berkas-berkasnya. Pertanda, tidak ingin lagi merespons masalah lain selain waktunya hanya untuk bekerja.

“Baik, saya mengerti, Pak Arav. Kalau begitu, saya pamit dulu.” Kayla masih bisa berpamitan dengan sopan, meski diabaikan.

Setelah itu, Kayla melangkah keluar ruangan, menyisakan keheningan di dalam. Moe melirik Arav, tapi tidak mengatakan apa-apa. Ia tahu, di balik sikap dingin dan keras kepala itu, Arav sebenarnya merasa terganggu oleh perasaannya sendiri yang ia coba tutupi.

Saat di depan pintu ruangan Arav, Moe sedikit berbisik pada Kayla.

"Kamu beruntung Kayla."

"Hah? Tentang apa?" Kayla tidak paham dengan ucapan Moe.

Namun, Moe malah tersenyum. "Tidak apa-apa. Aku hanya meminta kamu jangan berpikiran buruk. Baru kali ini tuan bersikap tenang di hadapan wanita."

Meski Kayla masih kurang paham dengan yang dikatakan Moe, dia mengangguk dengan sedikit tersenyum. Namun, tetap saja, saat Kayla keluar dari ruangan itu, langkahnya terasa berat. Ada rasa sesak di dada, tapi ia tetap menegakkan kepala. Jika memang seperti ini akhirnya, ia harus bisa mengendalikan perasaannya sendiri. Baginya, pekerjaan adalah yang utama, meskipun hatinya sedikit demi sedikit mulai tertarik oleh pria dingin yang kini mengisi pikirannya.

###

Di lantai bawah, para karyawan masih bergosip tentang apa yang terjadi sebelumnya. Berita mengenai pernyataan Arav kepada Maya sudah menyebar luas, dan sebagian dari mereka merasa takjub dengan keberanian Kayla menghadapi situasi tersebut. Namun, di sisi lain, beberapa dari mereka merasa cemburu, mengira bahwa Kayla mendapatkan perlakuan istimewa hanya karena kedekatannya dengan sang CEO.

Di antara semua itu, ada satu hal yang pasti: dinamika antara Kayla dan Arav semakin menarik perhatian semua orang di kantor, dan gosip tentang mereka tampaknya akan terus berkembang, seiring dengan bagaimana hubungan mereka berkembang—baik dalam urusan pekerjaan maupun yang lainnya.

Kayla menatap ke luar jendela di ruangannya. Tiba-tiba dia ingat keluarganya. Sudah lama tidak pulang ke rumah. Apalagi dalam situasi seperti ini, dia butuh ketenangan dan pelukan ibunya. Tekanan berat pekerjaan, masalah pribadi dan apalagi sekarang harus berurusan dengan Maya.

Kayla cukup tahu diri untuk berurusan dengan keluarga Callahan. Meski dia begitu berani membalas perkataan Maya tadi. Namun, tetap ada kegundahan dalam hatinya, jika apa yang baru saja dilakukan berpengaruh pada pekerjaannya. Dalam pikiran Kayla, kedua orang tua Arav tetap posisinya paling atas dalam kendali perusahaan. Dia harus hati-hati bersikap.

Bersambung...

1
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️
Biasanya CEO maksa nikah karena keluarga cewek punya hutang. Atau ceweknya punya salah.

Ini enggak loh. Kayla tidak ada sangkut paut tanggung jawab apa pun pada CEO/Arav atau pun keluarga. Namun, dia tetap harus nikah dengan Arav.

Kira-kira alasannya apa ya? Yang gak baca novelnya, pasti gak bakal tahu alasannya.
Aruna
Boleh jadi koleksi bacaan
Aruna
Teh early grey kaya apa sih
Neneng Aisyah
seru cerita lanjut kak,aku tunggu 😅😅😅👍🏻
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️: Terima kasih udah mampir. 🥰
total 1 replies
Daniel
tbiyuuyiiy gu
Sunrise🌞: Hallo kak mampir juga ya diceritKu

STUCK WITH MR BRYAN
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!