Brahma Satria Mahendra merasa lelah dengan banyak wanita yang terus mendekati serta mengejarnya. Kedua orang tuanya terutama sang ibu sering kali mendesaknya untuk segera menikah. Pernah mencintai dan berpacaran cukup lama dengan sahabatnya sejak SMA bernama Ajeng Notokusumo. Namun hubungannya kandas di tengah jalan karena Ajeng memilih fokus kuliah dan mengejar cita-citanya di luar negeri. Membuat hati Brahma tumpul dengan yang namanya cinta.
Brahma menyodorkan sebuah kontrak pernikahan pada gadis asing bernama Starla yang baru ia kenal di stasiun. Takdir membawa keduanya dalam sebuah pernikahan tanpa cinta. Hanya sekedar rasa tanggung jawab semata. Tanpa sengaja Brahma telah mengambil kesucian Starla yang dikenal sebagai primadona gang Ding Dong sekaligus klub malam ternama yakni Black Meong, karena pengaruh obat dari seseorang. Tanpa Brahma tahu, hidup Starla tak lama lagi.
Bagaimana kehidupan pernikahan kontrak mereka selanjutnya yang tak mudah ?
Bagian dari novel : Bening🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 - Menginap di Hotel
"Tentu saja aku khawatir, La. Mama pasti ngomelin aku kalau sampai menantu kesayangannya ini kenapa-napa,"
"Jadi, karena Mas takut sama Mama. Bukan beneran peduli ke aku?" Starla mendadak menaikkan nada suaranya satu oktaf lebih tinggi dengan wajah yang berubah kecut pada suaminya itu. Biasanya dirinya enggan melayangkan protes pada Brahma. Namun entah mengapa saat ini setelah ia tahu Ajeng menemui suaminya, Starla mendadak geram berbalut kecewa.
"Bukan begitu juga, La. Ayo kita pulang saja. Wajahmu sudah pucat begini. Badanmu agak demam juga," ucap Brahma setelah telapak tangannya sebagai termometer alami memeriksa dahi dan leher Starla yang memberikan sinyal terasa hangat pertanda bahwa istrinya demam.
"Pekerjaan Mas gimana?"
"Ada Vicky sama anak-anak yang bisa selesaikan. Kamu enggak perlu cemas soal itu," jawab Brahma.
Seketika keduanya berdiri sambil bergandengan tangan untuk keluar dari ruangan. Brahma menyerahkan sisa tugasnya hari ini pada Vicky dan anggota lainnya.
"Bawa ke dokter saja, Ndan." Vicky memberikan saran karena ia melihat sepintas wajah Starla cukup pucat.
"Benar juga. Ke dokter saja ya," tawar Brahma.
"Enggak mau. Pulang saja," jawab Starla ketus. Ia masih kesal dengan Brahma dan Ajeng.
Vicky melihat perubahan sikap istri komandannya itu tampak berbeda dari biasanya. Sebab sepanjang yang ia tahu, Starla tipe wanita yang jarang sekali marah pada Brahma. Bahkan lebih bersikap sebagai istri yang menerima apapun tanpa banyak protes atau menuntut ini itu pada suami.
"Jangan-jangan Bu Komandan lagi isi," cicit Vicky lirih setengah berbisik, namun masih terdengar jelas bagi Brahma dan Starla.
"Hah, isi apaan Vic?"
"Astaga ya isi 0rok, Ndan. Masa isi sayur sop sama bakwan jagung," jawab Vicky seraya menepuk jidatnya sendiri.
Uhuk...uhuk...uhuk...
Seketika Brahma terbatuk-batuk mendengar ucapan Vicky yang mengira jika Starla pucat karena sedang hamil.
Bagaimana Starla bisa hamil, jika selama empat bulan terakhir ini sama sekali tak disentuh dan dibu@hi oleh dirinya sebagai suami ?
Brahma berusaha menarik napasnya sejenak. Sedangkan Starla hanya terdiam dan bersikap datar. Ia tak menanggapi celetukan Vicky barusan. Hatinya tengah kalut dan sedih. Perihal nafkah batin saja sejak menikah hingga detik ini Brahma tak kunjung berikan padanya. Padahal setiap hari ia selalu berpakaian se_xy di rumah untuk menarik hati suaminya itu. Namun Brahma selalu menghindarinya.
Akhirnya Brahma dan Starla meninggalkan area Polsek.
"Kita mampir makan dulu yuk. Mas takut kamu jatuh sakit, La."
"Di depan sana ada hotel bintang lima. Aku maunya makan di restoran hotel itu," pinta Starla dengan nada yang masih merajuk.
"Oke," jawab Brahma mengiyakan permintaan Starla.
Senyuman tipis terbit di wajah Starla. Ia begitu senang karena Brahma langsung mengiyakan permintaannya tersebut. Saat ini Starla memalingkan wajahnya ke arah jendela di sampingnya sambil melihat jalanan. Ia tak mau Brahma melihatnya. Sebab, ia masih mode kecewa dengan suaminya itu.
☘️☘️
Brahma akhirnya menemani Starla untuk makan di restoran hotel berbintang. Brahma memesan cappucino hangat untuk dirinya. Semua makanan sudah habis dan masuk ke dalam perut Starla.
"Mas,"
"Hem,
"Aku malas pulang," ucap Starla.
"Maksudmu?"
"Pengin tidur di sini semalam. Kan besok Mas Brahma libur kerja. Boleh ya?" rengek Starla.
"Kita kan enggak bawa baju ganti, La."
"Ada mall di sebelah hotel ini. Kita beli baju ganti saja di sana. Kalau pulang dulu ke rumah buat ambil baju ganti, terlalu jauh." Starla khawatir jika mereka harus pulang ke rumah, Brahma akan berubah pikiran untuk kembali menginap di hotel.
"Ya sudah," jawab Brahma.
Sebagai penebus rasa bersalahnya karena membuat Starla harus menunggu dirinya cukup lama di Polsek sampai istrinya itu kelaparan, alhasil ia menyetujui ide Starla tersebut.
"Yeiyyy. Makasih ya Mas,"
"Hem,"
Setelah itu keduanya beranjak pergi dari restoran menuju meja resepsionis untuk melakukan check in. Starla ingin menginap malam ini di hotel dan pastinya satu kamar yang sama dengan suaminya. Alhasil Brahma hanya memesan satu kamar sesuai permintaan Starla.
Setelah mendapat kunci kamar, keduanya berjalan kaki menuju mall yang memang bersebelahan dengan hotel tempat mereka menginap. Ada sebuah jalan penghubung antara hotel dan mall tersebut sehingga pengunjung hotel tak perlu memutar arah jika harus masuk ke dalam mall.
Starla terus menggandeng mesra Brahma sambil mencari toko pakaian yang akan mereka datangi. Banyak SPG toko yang memuja ketampanan Brahma. Terlebih saat ini Brahma masih mengenakan pakaian dinasnya lengkap. Ada juga para wanita yang melihat mereka berdua, berbisik iri tentang Starla yang begitu beruntung karena mendapat pasangan seorang polisi tampan.
Walaupun mereka semua tak mengenal dekat Brahma dan Starla. Hanya satu atau dua orang saja yang pernah melihat Brahma masuk televisi sebagai Kapolsek karena berhasil menangkap penjahat.
Setelah membeli pakaian ganti sekaligus dalaman, mereka berdua jalan-jalan sejenak menikmati malam mingguan di mall. Jam makan malam pun tiba, mereka masuk ke salah satu restoran yang ada di sana.
"Gimana, Bu Komandan sudah seneng jalan-jalannya?"
"Iya, Mas. Akhirnya bisa malmingan juga sama suami. Hehe..."
"Jadi tadi wajahnya pucat cuma modus nih. Bu Komandan mau caper ya, pengin malmingan," ledek Brahma.
"Haissh! Enggaklah, Mas. Tadi beneran aku enggak enak badan. Capek nungguin Mas balik ke Polsek sampai aku lupa makan,"
"Iya, aku percaya kok. Maafin aku ya. Lain kali kamu jangan sampai telat makan. Jangan nunggu aku," ucap Brahma.
"Lain kali kalau Mas pergi sama cewek, wajib kabari istri dulu. Pergi ke mana terus sama siapa. Biar aku enggak bingung juga. Buat jaga-jaga semisal ada yang tanya atau tiba-tiba muncul gosip di WAG Ibu-Ibu Bhayangkari. AKP. Brahma Satria Mahendra ketahuan jalan sama wanita cantik tapi bukan istrinya. Gimana coba? Aku kan jadi bingung jawabnya buat ngeles," balas Starla.
"Iya, maafin aku. Beneran tadi aku enggak ada niat apapun ngajak Ajeng keluar buat makan siang. Enggak enak sama anak-anak di Polsek kalau dia lama-lama di ruanganku,"
"Ingat nama baik institusi, Mas Brahma sendiri serta keluarga. Terlebih nama baik Papa dan Mama serta mendiang kakek Mas Brahma yang seorang Wakapolri. Jangan hanya karena egois diri kita, lalu rusak semua yang sudah dibangun dengan baik oleh keluarga besar," tutur Starla.
"Iya. Makasih La, sudah ingetin aku."
"Sama-sama Mas,"
☘️☘️
Malam hari sekitar pukul sembilan malam, keduanya sudah kembali ke hotel. Starla terus bergelayut di tubuh Brahma sejak masuk ke dalam lift.
"Mas, aku ngantuk. Nanti gendong ya," cicit Starla.
"Iya," jawab Brahma tanpa banyak protes. Sebab saat ini di dalam lift ada seorang petugas yang sedang bersama mereka berdua. Tentunya Brahma akan merasa malu jika menolak permintaan istrinya yang memang tengah mengantuk tersebut di depan orang lain.
Tring...
Pintu lift pun terbuka. Kini mereka sudah tiba di lantai 17. Brahma menggendong Starla di punggungnya hingga masuk ke dalam kamar. Beruntung Starla memakai celana panjang sehingga tak sulit bagi Brahma membawa tubuh istrinya serta tas belanjaan mereka.
Setelah meletakkan tas belanjaan di atas sofa, Brahma perlahan membaringkan tubuh Starla di atas ranjang. Mata Starla sudah terpejam rapat. Menandakan sang empunya tubuh mengantuk berat dan saat ini sepertinya sudah tertidur pulas.
Saat Brahma akan beranjak dari tepian ranjang, tiba-tiba tangannya ditarik cukup kencang oleh Starla secara tak terduga.
Brughh !!
Brahma yang memang sedang letih dan punya banyak pikiran di kepalanya, seketika tak mampu menjaga keseimbangan tubuhnya. Ia pun terjatuh di atas ranjang. Mendadak tubuhnya dipeluk cukup erat oleh Starla. Seketika...
Bersambung...
🍁🍁🍁