Raisa tidak menyangka jika neraka yang sekarang ia tempati jauh lebih menyeramkan dari neraka sebelumnya.
Ia tahu jika pernikahannya hanyalah sebuah untung rugi. Tapi dia tidak menyangka jika harga dirinya akan terkuras habis dihadapan suaminya.
Bagaimana kehidupan Raisa setelah menikah dengan pria yang sangat berkuasa di negeri ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sheisca_4, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Setelah berganti pakaian dengan baju sehari-hari yang biasa dia pakai. Raisa sudah siap menjalani harinya dengan normal sekarang.
Dia sudah di depan sedang memesan ojek online-nya. Namun ibu mertua datang mengganggu kegiatannya, tak lama juga sebuah mobil datang mungkin milik ibu mertua.
"Wah wah mau kemana kau dengan pakaian jelek seperti ini?"
Apasi wanita ini selalu saja menghina aku.
"Saya mau bekerja bu, suami saya juga sudah mengizinkan saya bekerja."
Kalimat yang Raisa katakan itu membuat ibu tertawa, "hahaha, bekerja? Memangnya kau kerja apa?" Kata-kata itu terdengar meremehkan Raisa.
"Saya membuka toko kue bu."
"Haha toko kue mu pasti menjual kue-kue murahan yang sering di jual di warung-warung kan. Kau tahu, kau bisa menjatuhkan harga diri anak saya."
"Ibu tidak perlu takut, tidak akan ada yang menyadari jika saya istri seorang tuan Arga Wiguna. Saya akan menjaga martabat suami saya. Saya juga akan pulang sebelum suami saya pulang."
Berhentilah menggangguku wahai ibu mertua yang cantik. Aku sudah lelah menghadapimu. Mari kita hidup di rumah ini tanpa saling mengusik. Mohon kerja samanya.
"Memangnya berapa penghasilan dari toko kue mu itu? Paling hanya satu persen dari apa yang Arga kasih untuk uang bulananmu. Sudah kau di rumah saja menunggu Arga pulang. Jangan mencoreng nama keluarga kami." Ibu mertua sudah mau menarik baju Raisa.
"Maaf bu, Suami saya sendiri tidak keberatan dengan pekerjaan saya. Jika ibu tidak percaya silahkan tanyakan langsung pada suami saya." Ucap Raisa.
"Kau!" Raisa tahu jika ibunya tidak akan berani menanyakan langsung pada Tuan muda. "Lalu kau mau pakai apa ke tokomu itu?"
"Ojek online."
"Sembarangan kau! Tidak sembarang orang yang bisa masuk ke kawasan ini. Jika kau ingin naik itu kau harus berjalan ke gerbang utama sana. Kau ini sungguh bodoh."
Benar juga, astaga!! Aku lupa bagaimana peraturan rumah ini. Astaga bisa mati di perjalanan jika aku memilih berjalan.
Ibu tersenyum jahat melihat Raisa diam tak berkutik dia akan membuat gadis ini tersiksa. Ibu melihat sepeda milik pak Dirman tukang kebun.
"Kau bisa memakai itu untuk menuju gerbang utama." Tunjuk ibu dengan dagunya.
Raisa melihat itu, "bolehkah aku memakai itu bu?"
"Tentu saja. Tapi kau harus minta izin dulu pada Mang Dirman." Setelah itu Ibu berlalu masuk ke dalam mobil. Waktunya jadi terbuang kan akibat menantunya yang bodoh itu. Padahal di garasi ada banyak mobil ataupun sepeda motor yang bisa dia gunakan. Tapi ibu ingin mengerjai memantunya yang polos-polos bodoh itu.
"Terima kasih bu atas saran anda, semoga harimu menyenangkan." Raisa tersenyum cerah dia menghampiri Mang Dirman.
"Selamat pagi Mang Dirman."
Mang Dirman yang sedang menyiram tanaman itu terkejut tiba-tiba di datangi Nona muda.
"Eh iya. Selamat pagi juga Nona." Mang Dirman mematikan keran.
"Bolehkah saya meminjam sepeda mang Dirman?"
"Ha-h sepeda Nona?"
"Iya sepeda yang itu." Tunjuknya.
"Tentu saja boleh Nona." Mang Dirman yang kebingungan hanya bisa merelakan sepedanya tanpa banyak berkata.
"Terima kasih mang Dirman. Nanti kalo saya sudah dapat duit saya bayar ya untuk sewa sepeda." Setelah mengatakan itu Raisa berlalu bersama sepeda ontel itu dengan penuh semangat.
"Eh iya sama-sama."
Mang Dirman heran kenapa Nona muda itu memakai sepeda tua padahal dia punya banyak mobil di garasi sana. Dia tinggal milih mobil mana yang ingin dia pakai. Sungguh aneh majikannya itu.
"Orang kaya mah bebas." Guman mang Dirman sambil geleng-geleng kepala lalu dia melanjutkan kembali pekerjaannya.
.
.
Ojek online yang Raisa pesan sudah sampai. Ojek itu baru tahu jika di kawasan ini ada penghuninya, dia pikir ini hanyalah lahan kosong saja.
"Atas nama Raisa ya neng?" Tanya bapa itu.
"Iya pa. Saya naik ya."
"Ini helm-nya neng."
Raisa menerima helm itu lalu memakainya tak lupa dia bilang makasi.
"Neng tinggal di sana ya? Bapa kira itu itu gerbang menuju hutan yang di lindungi." Ucap Bapa ojek itu.
Raisa mengerti kenapa Bapa ini berpikir seperti itu. Karna memang rumahnya tak nampak jika di lihat di luar gerbang.
"Bapa tahu ngga? Di balik hutan yang rindang itu ada sebuah istana besar di sana."
"Iya kah? Kamu bekerja di sana?"
Saya nyonya rumah-nya Pa.
"Saya anak pelayan di sana Pa, saya sendiri bekerja di toko kue."
"Oh begitu ya."
Begitulah percakapan antara Raisa dan Bapa ojeknya. Tanpa mereka sadari jika mereka sedang di ikuti oleh sebuah mobil hitam.