NovelToon NovelToon
Alucard

Alucard

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Dikelilingi wanita cantik / Vampir / Harem / Romansa
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rivky

Alucard, seorang pemuda berusia 21 tahun yang hidupnya berubah total setelah mengalami kejadian misterius. Suatu pagi, ia terbangun dan menyadari bahwa tubuhnya telah berubah drastis—kekuatan nya meningkat, dan ia mendapati dirinya haus akan darah. Tanpa ingatan yang jelas tentang apa yang terjadi, Alucard menemukan dirinya perlahan-lahan berubah menjadi seperti vampir. Kebingungan dan ketakutan menguasai dirinya saat ia mencoba memahami situasi aneh yang menimpanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rivky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 13

Rumah Erza Crimson.

Seorang wanita cantik dengan rambut merah panjang dan tubuh yang membuat iri para model, tidur nyenyak di atas tempat tidur yang tampak biasa saja. Tidurnya begitu tenang, seolah tak ada yang bisa mengganggunya untuk bangun.

"Nyonya Erza," tiba-tiba terdengar suara seorang wanita di kamar tidur.

Erza hanya menggerakkan tubuhnya sedikit, tapi tetap terlelap. Ia yakin tak ada seorang pun yang berani mengganggu tidurnya, juga tak ada yang cukup berani menyerang keluarganya. Karena keyakinan itu, ia bisa tidur tanpa rasa khawatir sedikit pun.

"Nyonya Erza," panggilan itu terdengar lagi, kali ini lebih jelas.

Erza mendengar, namun terlalu malas untuk bangun. Dalam sekejap, suara itu terasa familiar baginya. Tapi, ia memutuskan untuk tetap tidur, tak mau repot memikirkannya.

"Kaguya, kamu salah cara," tiba-tiba terdengar suara pelayan pribadinya.

"Oh? Bagaimana caramu membangunkan tuanmu, Leah?" Kaguya bertanya dengan nada netral.

Leah menyeringai sadis, lalu mendekati Erza dan berkata, "Erza, aku sudah merobek seluruh koleksi novel pribadimu."

Erza seketika membuka mata dan menatap dingin ke arah Leah, pelayan pribadinya.

"Kau tak akan bisa membodohi lagi, Leah," ujar Erza dengan nada dingin.

"Eh? Ck, sepertinya aku harus cari cara lain untuk memprovokasi Nyonya Erza," gerutu Leah.

Kaguya hanya menatap Leah tanpa emosi. Leah, dengan seragam pelayannya yang serupa, memiliki rambut putih sebahu, kulit pucat seperti semua vampir, dan mata merah muda. Tingginya 180 cm, dan dia adalah seorang wanita Rusia.

Kaguya menatap bagian tertentu dari Luna; besar seperti biasanya, pikirnya sinis.

Daya tarik terbesar Leah adalah payudaranya yang besar. Seperti Erza, yang punya ukuran terbesar yang pernah dilihat Kaguya, Leah tampaknya tak mau kalah dalam kompetisi ini.

‘Sekarang kalau dipikir-pikir, semua wanita dari Klan Nyonya Erza punya payudara yang besar,’ Kaguya berkomentar dalam hati.

"Ugh~, aku masih ingin tidur…" Erza mengeluh sambil duduk di tempat tidur.

Ketika Kaguya melihat payudara Erza yang bergelombang dalam gaun tidurnya yang merah, dia berpikir, 'Mungkin lebih baik membiarkan Nyonya Luna membunuh wanita ini.'

Erza menatap tamunya dan berkata, "Oh, Kaguya… Sudah lama kita tak bertemu," ujarnya dengan senyum lembut.

Melihat senyum Erza, Kaguya menghentikan pikirannya yang tak karuan. Dari tiga wanita yang ia kenal sejak kecil, Erza adalah yang paling baik, paling tenang, dan paling cerdas. Dia juga tak pernah membenci Erza...

Boing! Boing!

Ya, dia tidak membenci nya...

Melihat payudara Erza yang bergelombang saat ia meregang di tempat tidur, Kaguya menarik kembali pikirannya dan memutuskan, mungkin memang lebih baik jika Erza mati.

"Kaguya~?" Erza memanggil sambil meregangkan tubuh.

"Tsk," Kaguya mengungkapkan kekesalannya, tapi segera wajahnya kembali netral. "Aku datang untuk bicara tentang Nyonya Luna."

Erza membuka matanya, sedikit terkejut, tapi tak bereaksi berlebihan. "Kamu datang tepat waktu, aku juga punya sesuatu untuk disampaikan."

"Oh?" Kaguya menatap Erza dengan rasa penasaran.

Segera, Erza mulai menjelaskan kepada kaguya tentang vampir bangsawan, Corneliu Funar.

•••

Saat Erza selesai menceritakan kejadian di universitas, Kaguya berbicara dengan nada meremehkan, "Vampir muda yang mengira dia pusat dunia dengan ego rapuh seperti kaca itu? Kenapa harus mengkhawatirkan nya?"

Erza mengangguk setuju, "Tapi masalahnya, bagaimana jika Corneliu menyerangnya?"

"Oh? Oh?" Leah yang diam tiba-tiba tersenyum.

"Nyonya Erza tak akan memanggil pria itu 'sayang' seperti Nyonya Luna?"

Erza berbalik menghadapi Leah dan berkata dengan nada dingin, "Diam."

Tubuh Leah tiba-tiba berhenti bergerak, "Ya, Nyonya Erza," ujarnya dengan nada robotik.

"Dia tak pernah belajar, ya?" Kaguya berkata dengan nada bosan. Sejak pertemuan pertama mereka, Leah selalu suka menggoda Erza. Erza memang baik hati dan tak suka menggunakan status 'tuan' untuk memaksa Leah, tapi Leah sering melewati batas. Ini perilaku yang tak pantas bagi seorang pelayan.

"Ya, aku tak suka melakukan ini, tapi dia tak tahu bagaimana mengendalikan mulutnya." Erza menghela nafas.

Kaguya mengangguk setuju, tapi kemudian berkata, "Tentang Corneliu; Nyonya Erza tak perlu khawatir."

"Mengapa aku tak perlu khawatir?" tanya Erza, bingung.

"Karena tuan Alucard bisa mengatasinya," Kaguya menjawab dengan nada netral, tapi Erza bisa melihat keyakinan di balik kata-kata itu.

"Hah? Tapi dia baru saja lahir, dan bayi yang baru lahir tak mungkin bisa melawan vampir bangsawan yang sudah berkeliaran di dunia selama lebih dari 50 tahun. Meski Corneliu lemah menurut standar vampir bangsawan, dia tetap vampir bangsawan, yang tak mungkin bisa ditangani oleh vampir yang baru lahir." Erza menjelaskan alasannya.

Kaguya mengabaikan penjelasan Erza, lalu bertanya, "Nyonya Erza, apakah Anda lupa siapa kami?"

Erza terdiam sesaat, lalu memahami maksud Kaguya.

Kaguya tersenyum dingin, "Kami adalah vampir. Kami bukan serigala yang saling melindungi. Jika Alucard mati melawan Corneliu, itu berarti dia tak seistimewa yang selalu dikatakan Nyonya Luna."

"Kamu benar," Erza menjawab dengan senyum dingin, tapi segera melanjutkan dengan senyum lembut, "Namun aku tak berniat menjadi janda sebelum bertemu suamiku."

"Dan sebagai pelayan yang sempurna, aku tak bisa membiarkan tuanku bersedih. Seorang pelayan harus selalu mengutamakan yang terbaik untuk tuannya," ujar Kaguya dengan senyum tipis.

"Sepertinya kita sepakat," kata Erza dengan senyum yang sama.

"Benar," Kaguya mengiyakan.

"Tapi aku tidak datang hanya untuk membicarakan ini." Kaguya tiba-tiba mengubah topik, "Aku datang untuk memberitahu bahwa sikap posesif Nyonya Luna semakin tak terkendali sejak bertemu Alucard… Dan dia mungkin akan mencoba membunuhmu tanpa peduli dengan konsekuensinya."

"Aku tahu…" Erza berkata dengan senyum sedih. "Aku sudah mengenalnya sejak kecil. Aku tahu betapa gilanya dia saat seseorang mengambil miliknya. Sejujurnya, aku rasa Annie dan aku tak seharusnya ada di sana saat Alucard berubah. Bagaimanapun juga, dia adalah seseorang yang selalu dilihat Luna sejak dia masih kecil." Erza meletakkan tangannya di lehernya, dan matanya tiba-tiba berubah menjadi merah darah. Suasana berdarah menyebar dari tubuhnya, membuat ruangan terasa dingin seolah suhu tiba-tiba turun ke negatif.

"Tapi aku juga tak bermaksud menyerah. Apa yang terjadi dalam ritual itu tak bisa diubah, dan aku tak bisa masuk ke hibernasi karena kesalahan kecil ini. Aku punya banyak rencana untuk masa depan… Jika Alucard benar-benar menjadi kekasihku, dia akan mendapat dukungan penuh dariku dalam apa pun yang dia lakukan di masa depan."

Senyum Erza tumbuh tak wajar, menampakkan giginya yang tajam. Dia bukan lagi wanita lembut yang dikenal Kaguya. Dalam beberapa hari, dia telah berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih berbahaya…

Dan Kaguya menyadari perubahan ini. Meski wajahnya tetap kosong, dalam hatinya dia berpikir, 'Demi Tuhan, ada yang lain? Apakah darah tuan Alucard memiliki kekuatan untuk membuat vampir wanita jadi gila?'

"Aku mengerti. Aku akan pergi," kata Kaguya sambil berbalik. Tujuannya sudah tercapai.

Erza yang melihat Kaguya pergi kembali menampilkan sikap lembutnya. "Apakah kamu akan mengunjungi Annie?" tanyanya.

"Ya," jawab Kaguya.

"Hati-hati dengan pelayan baru Annie, dia… istimewa," Erza memperingatkan nya.

"Apa yang terjadi dengan pelayan sebelumnya…?" Kaguya bertanya sambil berbalik menatap Erza. Melihat ekspresi sedih Ruby, dia bertanya lagi, "Dia meninggal...?"

"Ya… Dia dibunuh oleh anjing-anjing gereja," Erza berbicara dengan nada marah dan sedih. Dia mengenal Julia, pelayan Annie, dan sering berbicara dengannya setiap kali mengunjungi Annie.

"…Begitu," ucap Kaguya dengan nada datar, meski Erza menangkap nada sedih di balik suaranya. Bayangan perlahan melahap tubuh Kaguya, dan dalam sekejap dia menghilang.

Setelah Kaguya pergi, Erza menatap Leah. Matanya sejenak memerah seperti darah, membuat Leah kembali berperilaku normal.

"Maaf soal itu lagi, Leah."

"Tidak masalah, aku sadar kadang aku memang kelewatan," jawab Leah dengan senyum kecil.

"Kadang?" Erza mengangkat alis.

"…" Leah memilih untuk tetap diam.

Erza menghela napas dan melihat jam tangannya. Masih pukul delapan pagi. Universitas baru dimulai siang nanti, dan dia terlalu malas mengatur langkah untuk menghindari sinar matahari saat keluar nanti. 'Mungkin aku akan tidur lagi', pikirnya.

Erza berbaring kembali di tempat tidur, menarik seprai hingga menutupi tubuhnya. Namun, rasa haus mulai menjalar. Haus yang hanya bisa dipuaskan oleh darah tertentu. Erza mendengus dalam hati, mengutuk Luna. "Jalang itu, dia sudah menghilangkan dahaganya tapi tak memikirkan akibatnya. Apakah dia ingin kekasihku koma?"

Mata Erza berganti-ganti antara merah dan orange saat ia berusaha menahan rasa hausnya yang semakin menggila.

"Nyonya Erza…" Leah berkata dengan cemas.

"Tidak apa-apa, Leah. Sebentar lagi juga hilang," jawab Erza masih dengan mata terpejam. Ia mencoba tidur kembali, mengabaikan dahaga yang terus merongrongnya setiap hari.

Leah memandang Erza dengan khawatir. Dalam hatinya ia berpikir, "Ini tidak baik. Jika dibiarkan, Nyonya Erza bisa kehilangan kendali atau masuk ke kondisi tidur selamanya… Aku harus melakukan sesuatu."

Leah mencoba memikirkan cara untuk membantu Erza, tapi tidak ada ide yang terlintas di kepalanya. Sampai tiba-tiba sebuah ide brilian muncul, "Aku akan menghubungi ibu Erza!"

•••

Dua pria bertubuh tinggi sedang berjalan di jalanan, mengamati sekeliling. Mereka mengenakan jubah pendeta hitam, berbeda dari jubah pendeta biasa, jubah ini didesain untuk pertempuran dan gerakan cepat. Di leher mereka tergantung salib putih kecil.

Kedua pria itu memiliki ciri-ciri Barat. Salah satunya berambut hitam pekat dengan mata cokelat, sementara yang lain berambut cokelat terang dengan mata hitam. Pria berambut hitam memiliki potongan rambut sederhana, sedangkan pria berambut cokelat memiliki potongan rambut berbentuk mangkuk.

"Thomas, apa yang kita lakukan? Kita sudah melewati jalan ini ratusan kali! Demi cinta Bapa kita, ayo pergi dari sini!" Pria berambut cokelat itu berbicara dengan nada tidak sabar.

"Diam, Kepala jamur! Aku merasakan kehadiran makhluk jahat di sekitar sini, baunya begitu busuk!" jawab Thomas, pria berambut hitam, dengan penuh keyakinan.

Pria berambut cokelat itu sangat marah mendengar ucapan Thomas. "Jangan panggil aku Kepala jamur! Aku punya nama yang diberikan Tuhan! Namaku adalah—"

"Ya, ya, terserah. Ayo, kepala jamur, peralatan ini mendeteksi sesuatu di sana," kata Thomas sambil menunjuk ke sebuah jalan.

"HEI!! Jangan abaikan aku!! Dan kita sudah pernah melewati jalan itu!" Kepala jamur protes.

"Aneh, peralatan canggih ini seharusnya tidak rusak," gumam Thomas sambil memeriksa perangkat berbentuk salib kayu di tangannya.

Si kepala jamur mendekati Thomas, melihat perangkat tersebut, lalu tiba-tiba ia semakin marah. "Ini bukan peralatan canggih! Ini digunakan selama perburuan vampir di abad ke-18! Demi cinta Tuhan! Dari mana kau dapatkan ini!?"

"Hah? Aku mendapatkannya dari gudang gereja. Tulisannya alat pelacak vampir!"

"…Apakah kau periksa versi peralatannya?"

Thomas memalingkan wajah. "…Ya…"

"Bodoh!" Teriak si kepala jamur

"Apakah ini para pemburu terkenal dari The Inquisition…?" tanya Alucard yang tengah memperhatikan dua pemburu itu dari atas sebuah rumah. Ia menoleh pada Luna yang berdiri di sampingnya.

Luna memalingkan wajahnya dan menjawab, "…Ya."

"Apakah kau yakin?" Alucard kembali memandang kedua pendeta itu sebelum menoleh pada Luna yang mengabaikannya.

"…Ya…Kurasa…" jawab Luna dengan nada tidak yakin.

Alucard memandangi kedua pendeta itu lagi, melihat mereka terus berdebat. "Apa kau benar-benar yakin mereka bukan dua komedian yang menyamar sebagai pendeta?"

Luna menatap para pendeta itu sekali lagi. Tak menemukan penjelasan yang logis, ia memutuskan untuk diam. Tapi dalam hati ia berpikir, "Aku mengevakuasi manusia dari sekitar sini karena mengira mungkin akan ada konflik. Tapi sepertinya aku hanya melakukan pekerjaan yang sia-sia. Kedua pemburu ini masih amatir… Apakah ini misi pertama mereka?"

Alucard menatap Luna sejenak lalu mengabaikannya. Ia menggunakan penglihatan Red world nya untuk memandangi para pendeta. Melihat energi emas yang menyelimuti mereka dan mencium sedikit aroma kotoran yang keluar, Alucard memastikan untuk kesekian kalinya bahwa mereka adalah pemburu vampir.

"Huffttt…"

Alucard hanya bisa menghela napas.

"Tak perlu kecewa, Sayang! Ada pemburu yang lebih berpengalaman! Mungkin di masa depan, kau akan bertemu dengan yang lebih baik." Luna cepat-cepat berbicara, berusaha menghiburnya.

Alucard menatap Luna dengan bingung. "Aku tidak kecewa soal itu. Aku hanya kecewa karena dua agen ini merusak momen kita dengan bau busuk mereka. Aku berharap mereka lebih… kompeten?" jelasnya.

"Oh… Setelah dipikir-pikir, mereka memang merusak momen kita, ya?" Mengingat bahwa ia sedang bersenang-senang dengan keluarga Alucard, kemarahannya kembali membara. Luna tiba-tiba mulai mengeluarkan aura haus darah.

Alucard, yang menganggap ekspresi haus darah Luna itu menarik, juga berpikir, "Sial, dia akan membunuh mereka…"

Saat Luna menghilang, Alucard pun menghilang bersamanya. Dalam pikirannya, ia berpikir, "Aku tak bisa membiarkan dia membunuh para agen itu. Aku perlu tahu tujuan mereka di kota ini."

1
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
Yu, gabung bersama dengan GC BCM kita di sini akan membantu kamu untuk belajar menulis yang baik dan benar bahkan kami jg sudah merekrut author senior untuk membimbing kita semua
yu, gabung! caranya mudah hanya cukup kalian Follow akun saya, maka saya otomatis akan mengundang kalian semua untuk belajar bersama kami. Terima kasih
Rose Skyler
hero alucard
anggita
Alucard... Dracula 👿
Rei Langley Ikari
good
im_soHaPpy
Kenapa thor bikin pembaca penasaran banget sih? Cepat updatee! 😭
Texhnolyze
Luar biasa thor, teruslah menulis 🎉
Hoa thiên lý
Membuncah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!