“ Pak tolong lepaskan. “ Ucap Kezia ketakutan, ia sudah menangis saat ini. Kezia sudah berteriak tapi tidak ada satu orang pun yang mendengarnya karena tidak ada satu orang pun berada di sekitar Kezia. Kevin tidak menghiraukan tangisan Kezia, ia tetap menarik Kezia dengan paksa untuk memasuki apartemennya.
Saat mereka sudah berada di depan apartemen pria itu, Kevin dengan keadaan mabuk dapat membukanya dengan mudah dan kemudian menarik Kezia memasuki apartemennya. Di situ ketakutan Kezia terjadi, mahkotanya yang sudah ia jaga selama 22 tahun direnggut paksa oleh pria mabuk itu. Kezia rasa hidupnya sudah berakhir sekarang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANIRAKSA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 02 : TERPURUK
Kezia merasa sangat terpuruk sekarang. Mahkota yang sudah ia jaga selama 22 tahun ini direnggut begitu saja. Kezia merasa sangat bingung, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Apakah ia harus membangunkan pria tersebut dan menyumpah serapahinya karena telah merenggut mahkotanya yang susah patah ia jaga atau haruskah Ia menghajarnya atau haruskah ia meminta pertanggung jawaban kepada pria tersebut. Kezia sama sekali tidak tahu, yang ia bisa lakukan saat ini hanya lah menangis. Ia hanya bisa menangis di sisi ranjang apartemen milik Kevin. Setelah lelah menangis, Kezia memutuskan untuk pergi dari apartemen pria tersebut. Untuk saat ini ia tidak ingin pria itu melihatnya berada di kamarnya sekarang. Kezia keluar dari bangunan tersebut sekitar jam 3 dini hari. Tidak ada kendaraan yang lewat pada jam itu. Kezia berjalan dengan rasa putus asa dan air mata yang terus mengalir melewati pipinya, menelusuri jalan dengan kaki telanjang tanpa alas. Ia lebih memilih untuk memeluk sepatunya dari pada memakainya. Ia sangat terpuruk sekarang. Penampilan Kezia sangat kacau sekarang, bahkan mungkin orang yang melihatnya akan berpikir Kezia adalah orang dengan gangguan jiwa.
Setelah menempuh perjalanan dengan berjalan kaki selama tiga puluh menit akhirnya Kezia sampai di depan kosnya. Ia mengeluarkan kunci dari tasnya dan membuka pintu kosnya, kos milik Kezia hanya berupa kamar seluas 4 x 5 meter dengan 1 kamar mandi seluas 2 x 2 meter. Tidak besar tapi tidak kecil juga, cukup untuk Kezia yang hanya tinggal seorang diri. Terlebih Kezia hanya berada di kosnya saat tidur saja jadi ia tidak membutuhkan ruangan yang lebih besar lagi.
Saat masuk kamar bukannya membersihkan diri atau beristirahat Kezia malah kembali menangis di atas ranjangnya. Menangisi takdir yang menurutnya sangat jahat. Sebenarnya ia tidak ingin menangis lagi tapi entah kenapa air matanya selalu mendesak untuk keluar tanpa persetujuan Kezia. Karena terlalu lelah menangis akhirnya Kezia ketiduran di atas ranjangnya.
Saat waktu sudah menunjukkan pukul 12:00 siang, Kezia baru terbangun dari tidurnya. Ia terbangun karena rasa lapar dan panggilan dari ponselnya yang terus berdering. Dengan lesu Kezia bangkit dari ranjang menuju meja tempat ia meletakkan tasnya tadi. Kezia merogoh ponsel dari dalam tasnya. Beberapa panggilan tak terjawab dan pesan dari Katherine dan Fia, teman satu kerjaan di butik tempat Kezia bekerja.
Fia menelponnya karena Kezia tidak masuk bekerja tanpa memberi kabar sama sekali. Ia khawatir sesuatu yang buruk terjadi pada Kezia. Kezia meletakkan ponselnya tanpa membalas pesan dari teman temannya. Ia tidak menghiraukan pesan itu sama sekali daripada membalasnya Kezia memilih untuk membersihkan tubuhnya yang terasa sangat lengket dan lelah. Kezia rasa tubuhnya sudah hancur saat ini, ia merasakan sakit di mana mana terlebih pusat tubuhnya. Ia harap setelah bersih bersih nanti rasa sakit ini akan hilang.
Setelah membersihkan diri, Kezia merasa sedikit lebih baik. Karena rasa lapar yang terus ia rasakan Kezia memutuskan keluar untuk membeli makanan. Ia akan membeli makanan di rumah makan yang terletak di depan kosnya. Kezia tidak sanggup bila harus memasak lagi. Setelah membeli makanan Kezia memakan makanannya dengan tidak selera di dalam kamar kosnya. Ia lebih banyak memainkan makanan yang berada di hadapannya daripada memakannya. Saat sedang memakan makanannya Kezia teringat satu hal. Mereka tidak menggunakan pengaman saat melakukannya. Kezia sangat panik saat mengetahui hal itu, kenapa ia bisa lupa. Ia langsung pergi ke apotek tanpa menyelesaikan makannya terlebih dahulu. Ia harus membeli obat, Kezia belum siap untuk hamil saat ini.
Tak terasa hari demi hari berlalu dengan cepat, sudah satu bulan berlalu dari kejadian buruk yang menimpa Kezia. Kezia tetap harus menjalani kegiatannya setiap hari seperti biasa. Ia menjalani hari harinya di butik dengan suram tanpa semangat sama sekali. Ia lebih banyak melamun akhir-akhir ini. Ia selalu teringat akan kejadian buruk yang menimpanya, hal itu membuatnya beberapa kali tidak fokus dalam bekerja. Seperti saat ini, Kezia yang berada di gudang butik untuk mengambil beberapa barang malah kembali melamun.
“ Kezia. “ Panggil Fia saat melihat Kezia kembali melamun saat ini. Kezia bahkan tidak mendengar panggilan dari Fia. Fia menyusul Kezia karena Kezia tidak juga keluar dari gudang.
“ Kezia. “ Panggil Fia lagi dengan menyentuh pundak Kezia, ia sudah berada di hadapan Kezia saat ini tapi temannya itu sama sekali tidak menyadarinya.
“ Akhh ada apa Fia? “ Tanya Kezia yang terkejut saat merasakan sentuhan Fia di bahunya.
“ Kamu yang kenapa? Kamu selalu melamun akhir akhir ini. Ada masalah? “ Fia lumayan dekat dengan Kezia jadi ia sedikit banyak tahu tentang kepribadian temannya tersebut. Walaupun bukan tipikal orang yang suka bercerita dengan heboh tapi Kezia bukan orang yang sangat pendiam seperti saat ini. Bahkan Kezia sering mengasingkan diri dari teman kerjanya yang lain.
“ Aku baik baik saja. “ ujar Kezia kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Menyusun beberapa pakaian yang tadi ia ambil ke dalam rak di depannya.
“ Beneran? Tapi kenapa kamu pucat banget hari ini? “ Fia khawatir melihat wajah Kezia yang pucat.
“ Aku hanya kurang enak badan hari ini. “ Kezia rasa ia mengalami masuk angin karena tadi pagi ia juga mengalami mual mual. Karena kejadian buruk beberapa saat lalu membuat Kezia tidak bisa menjalani hidup dengan tenang. Ia tidak berselera untuk makan juga kesulitan untuk tidur, hal itu yang mungkin membuat Kezia akhirnya mengalami masuk angin.
“ Kalau kamu sakit lebih baik minta ijin untuk pulang lebih cepat agar kamu bisa beristirahat. Kak Inka pasti mengerti. “
“ Aku masih sanggup Fia, lagian aku merasa tidak enak bila harus pulang lebih awal sementara yang lain sangat sibuk hari ini. “ Kezia merasa tidak enak bila pulang lebih awal karena hari ini butik mereka sangat sibuk karena banyaknya pelanggan. Walaupun jika ia meminta izin bosnya akan mengizinkannya karena bosnya tersebut sangat baik kepada karyawannya.
“ Kalau tidak mau pulang, istirahat lah sebentar, kamu tidak akan bisa bekerja dengan baik dengan keadaanmu sekarang. Aku akan mengatakan kepada yang lain kalau kamu sedang butuh waktu untuk beristirahat, sebentar. ” Perintah Fia kemudian ia beranjak pergi meninggalkan Kezia karena teman yang lain memanggil untuk membantu.
Selepas perginya Fia, Kezia mendudukkan dirinya di kursi yang tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Ia sesekali memijat kepalanya yang tiba tiba terasa pening. Ia sangat benci tubuhnya sekarang, kenapa ia bisa jatuh sakit disaat banyak pekerjaan yang harus ia lakukan. Ia merasa bersalah kepada teman temannya lain.
Setelah beberapa menit berlalu, Kezia merasa harus kembali bekerja. Tapi entah kenapa Kezia merasa pandangannya berputar dan menggelap. Saat itu juga Kezia jatuh pingsan.