NovelToon NovelToon
Dibalik Topeng Sang Brandal

Dibalik Topeng Sang Brandal

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: xy orynthius

Di kota kecil bernama Harapan Senja, beredar cerita tentang sosok misterius yang dikenal sebagai "Sang Brandal." Sosok ini menjadi legenda di kalangan warga kota karena selalu muncul di saat-saat genting, membantu mereka yang tertindas dengan cara-cara yang nyeleneh namun selalu berhasil. Siapa dia sebenarnya? Tidak ada yang tahu, tetapi dia berhasil memenangkan hati banyak orang dengan aksi-aksi gilanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xy orynthius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 25

Malam semakin larut ketika Kai, Zed, dan Viktor mulai merencanakan langkah mereka selanjutnya. Gedung tersembunyi yang mereka jadikan markas sementara kini seakan menjadi saksi bisu dari persekongkolan besar yang akan mengubah arah permainan. Kai menatap layar komputer Zed yang dipenuhi dengan berbagai data dan informasi tentang Volkov. Sorot matanya tajam, tetapi di dalam hatinya, kecemasan mengintai.

“Kita harus gerak cepat,” Kai memecah keheningan. “Volkov nggak akan tinggal diam setelah dia mencium ada yang nggak beres di organisasinya. Kita harus serang duluan.”

Zed mengangguk sambil tetap fokus pada layar di depannya. “Gue setuju, tapi kita harus hati-hati. Satu langkah salah, kita bisa hancur semua. Volkov punya mata dan telinga di mana-mana. Dia pasti udah mulai ngerasa ada yang aneh.”

Viktor yang berdiri di samping jendela, mengamati gelapnya malam di luar sana, menghela napas panjang. “Gue udah hubungi beberapa orang yang bisa bantu kita. Mereka setuju buat gabung, tapi cuma kalau kita bisa kasih jaminan kalau mereka nggak akan dijadiin kambing hitam kalau rencana ini gagal.”

“Jaminan?” Kai tersenyum miris. “Nggak ada yang bisa kasih jaminan dalam situasi kayak gini. Yang bisa kita lakuin cuma memastikan rencana ini berjalan sebaik mungkin.”

Viktor menoleh ke Kai, matanya penuh keraguan. “Gue tau, tapi mereka bukan orang yang gampang dipengaruhi. Kalau mereka ngerasa ada yang salah, mereka bisa mundur kapan aja.”

Zed, yang mendengar percakapan itu, akhirnya menyela. “Gue nemuin sesuatu lagi.” Dia memutar layar komputernya agar Kai dan Viktor bisa melihat. “Volkov baru aja memindahkan sebagian besar operasinya ke luar kota. Gue nggak yakin apa yang dia rencanain, tapi dia pasti lagi nyiapin sesuatu.”

Kai menatap peta yang ditampilkan di layar. Sebuah wilayah terpencil di luar kota menjadi lokasi yang ditandai oleh Zed. “Kalau dia pindah operasi, itu artinya dia nyembunyiin sesuatu yang besar di sana. Kita harus cari tau apa itu.”

Viktor mendekat, memperhatikan layar dengan saksama. “Kita bisa kirim tim kecil untuk ngecek lokasi itu. Tapi kita harus hati-hati, kalau Volkov tau kita udah nyium jejaknya, dia bisa pindah lagi sebelum kita punya kesempatan buat menyerang.”

Kai berpikir sejenak, merenungkan setiap opsi yang ada di kepalanya. Dia tahu bahwa mereka tidak punya banyak waktu. Jika mereka ingin menyalip Volkov, mereka harus bertindak dengan cepat dan tanpa ragu.

“Kita kirim tim,” akhirnya Kai memutuskan. “Tapi nggak sembarang orang. Cuma yang bisa dipercaya. Gue juga mau Sergei dikasih tau tentang ini. Kalau dia bisa bantu, kita akan punya keuntungan besar.”

Viktor mengangguk setuju. “Gue yang urus Sergei. Tapi kalau lo mau minta bantuan dia, kita harus siap buat bayar harganya.”

Kai tersenyum tipis. “Gue tau. Tapi sekarang, kita nggak punya pilihan lain. Ini semua atau nggak sama sekali.”

***

Dua hari kemudian, mereka sudah siap untuk bergerak. Tim kecil yang terdiri dari Zed, Viktor, dan dua orang kepercayaan Sergei, Yuri dan Roman, bersiap untuk menjalankan misi mereka. Lokasi terpencil yang ditandai Zed menjadi target utama mereka. Kai, yang memilih tetap di markas untuk memantau operasi dari jauh, merasakan jantungnya berdebar kencang. Ini adalah momen yang menentukan. Jika mereka berhasil, Volkov akan kehilangan pijakan yang kuat. Namun jika gagal, bukan hanya mereka yang terancam, tetapi juga Sergei dan seluruh jaringan mereka.

“Kita udah siap,” suara Zed terdengar melalui sambungan radio yang mereka gunakan untuk komunikasi. “Semua udah ada di posisi masing-masing.”

Kai menatap layar komputernya yang memantau lokasi melalui beberapa kamera tersembunyi yang mereka pasang sebelumnya. “Ingat, kita nggak boleh ketahuan. Segera keluar kalau situasinya nggak memungkinkan. Jangan ambil risiko yang nggak perlu.”

“Roger that,” jawab Viktor. “Kita akan pastikan semuanya berjalan lancar.”

Kai mengangguk, meskipun dia tahu Viktor tidak bisa melihatnya. Dia menutup matanya sejenak, mencoba menenangkan pikirannya. Keheningan di markas membuatnya semakin merasa sendirian, meskipun ada beberapa orang yang berjaga di luar ruangan.

Di lokasi yang ditargetkan, Zed dan yang lainnya bergerak cepat namun hati-hati. Mereka masuk ke dalam kompleks yang tersembunyi di balik hutan kecil. Bangunan itu terlihat seperti gudang tua, tapi Zed tahu lebih baik dari itu. Dengan detak jantung yang terasa di telinganya, dia memimpin tim masuk melalui pintu samping yang mereka buka menggunakan alat khusus.

“Ini lebih besar dari yang gue pikir,” bisik Yuri, salah satu anak buah Sergei, saat mereka berjalan melewati koridor sempit. “Lo yakin kita bisa ngatasin ini?”

“Kita nggak punya pilihan,” balas Zed dengan nada tegas. “Tetap fokus.”

Viktor mengikuti di belakang, matanya selalu waspada terhadap setiap gerakan di sekelilingnya. Mereka akhirnya tiba di ruang utama, dan apa yang mereka temukan di sana membuat mereka semua terdiam.

Puluhan kotak-kotak besar yang tertata rapi di sepanjang dinding. Isinya, berdasarkan tanda-tanda di kotak tersebut, adalah senjata-senjata berat dan bahan peledak. Ini bukan sekadar operasi biasa—Volkov sedang mempersiapkan sesuatu yang jauh lebih besar dari yang mereka duga.

“Gila,” Roman berbisik, wajahnya pucat. “Ini udah jelas bakal jadi perang.”

Zed mencoba menenangkan diri, tapi pikirannya berlomba-lomba memproses informasi yang baru saja mereka temukan. “Kita harus lapor ke Kai. Ini di luar dugaan kita.”

Namun sebelum Zed sempat bergerak, suara langkah kaki terdengar mendekat dari arah pintu lain. Mereka semua segera bersembunyi di balik kotak-kotak besar itu, senjata mereka siap di tangan. Tiga orang pria dengan seragam militer memasuki ruangan, berbicara dalam bahasa Rusia yang cepat.

“Kita harus keluar sekarang,” bisik Viktor sambil menarik Zed yang tampak ragu. “Kita udah tau cukup banyak. Jangan gegabah.”

Zed mengangguk, tahu bahwa Viktor benar. Mereka mulai bergerak keluar dari tempat persembunyian mereka, berusaha agar tidak mengeluarkan suara. Tapi saat mereka hampir sampai di pintu keluar, sesuatu yang tak terduga terjadi—alarm mulai berbunyi, memekakkan telinga.

“Mereka tahu kita di sini!” Yuri berseru panik, menarik senjatanya dan menembakkan beberapa peluru ke arah pintu di mana para pria tadi berada.

“Mundur! Sekarang!” Viktor memerintahkan, sementara Roman menutupi mereka dengan tembakan beruntun.

Mereka berlari keluar dari gedung dengan cepat, suara tembakan dan alarm yang terus berkumandang di belakang mereka. Zed merasakan dadanya sesak, tapi dia tahu mereka tidak bisa berhenti sekarang. Mereka harus kembali ke markas dan melaporkan semua ini kepada Kai.

***

Di markas, Kai menunggu dengan cemas. Dia mendengar suara alarm melalui sambungan radio, dan meskipun dia mencoba menghubungi Zed dan yang lainnya, tidak ada balasan. Pikirannya dipenuhi kekhawatiran, bayangan terburuk mulai menguasai dirinya.

Tak lama kemudian, pintu markas terbuka dengan keras, dan Zed serta yang lainnya masuk dengan nafas tersengal-sengal. Wajah mereka pucat dan dipenuhi peluh, tanda bahwa mereka baru saja melewati sesuatu yang sangat berbahaya.

“Kita harus pergi dari sini sekarang,” kata Viktor tanpa basa-basi. “Volkov pasti udah tau kita ada di sana. Kita nggak bisa tinggal di sini lebih lama lagi.”

Kai segera berdiri, menatap mereka dengan tegas. “Apa yang kalian temukan?”

“Senjata berat, bahan peledak, persiapan perang. Volkov udah nyiapin semuanya untuk serangan besar-besaran. Kalau kita nggak gerak sekarang, kita akan kehilangan segalanya,” Zed menjelaskan dengan napas yang masih memburu.

Kai menelan ludahnya, perasaan gentar merayapi tubuhnya. Ini lebih besar dari apa yang mereka bayangkan. Tapi dia tahu bahwa mundur bukan pilihan. “Kita harus pindah ke lokasi baru dan mulai persiapan kita sendiri. Kita nggak bisa biarin Volkov ambil langkah lebih dulu.”

Viktor mengangguk, segera mengatur persiapan untuk evakuasi. Zed duduk di depan komputer, mulai menghapus jejak digital mereka dan memindahkan data penting ke lokasi aman.

Saat mereka bersiap untuk meninggalkan markas, Kai tahu bahwa waktu semakin tidak berpihak pada mereka. Volkov bukan hanya ancaman, dia adalah bahaya yang nyata dan siap meledak kapan saja. Kai harus segera mengambil keputusan besar—

1
Ana@&
lanjut thor
anggita
kenshin... 😁kya nama kartun samurai.
anggita
ok Thor👌moga novelnya lancar banyak pembacanya.
xy orynthius: Aamiin
total 1 replies
anggita
like👍buat Zed brandal.☝iklan utk author.
anggita
namanya panjang banget.. dowo tenan yoh🤔.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!