Reina Amelia merupakan pembunuh bayaran terkenal dan ditakuti, dengan kode name Levy five. Sebut nama itu dan semua orang akan bergidik ngeri , tapi mati karena menerima pengkhianatan dan gagal misi.
Namun, Alih-alih beristirahat dengan tenang di alam baka, jiwa Reina malah masuk ke tubuh seorang siswi bernama Luna Wijaya yang merupakan siswi sangat lemah, bodoh, jelek, dan menjadi korban bullying di sekolah.
Luna Wijaya, yang kini dihuni oleh jiwa pembunuh bayaran, harus menghadapi berbagai tantangan, mulai dari kehidupan sekolah yang keras hingga mencari cara untuk membalas dendam kepada keluarga dragon!
“Persiapkan diri kalian … pembalasan dendamku akan dimulai!”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.A Wibowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
BEL pulang sekolah telah berkumandang. Semua murid senang terlihat dari wajahnya, sementara Luna berjalan di koridor dengan datar.
Bisik-bisik terdengar, kejadian di kantin membuat Luna dengan cepat menjadi trending topik. Ketika Luna menatap para penggosip, mereka takut, lari terbirit-birit.
“Dasar pecundang …” kemudian Luna menatap ke samping. Seorang gadis berambut hitam panjang dengan mata biru berada di sampingnya, ia tersenyum dengan muka memerah. “sampai kapan kamu mau mengikutiku?’
Gadis itu yang tak lain adalah Rindi tersentak, ia terkekeh dan menggaruk kepala yang tidak gatal. Semenjak di selamatkan oleh Niko, Rindi selalu mengikuti Luna kemanapun berada bahkan sampai di toilet.
“hehehe … sampai kapan ya?’ ia malah kebingungan, rona wajah menjadi makin merah. Ia sangat mengagumi keberanian dari Luna, sebagai sesama perempuan yang dulu ditindas Rindi merasa bahwa sekarang perubahan Luna sangat besar dan dia sangat keren.
Semisal Luna sejatinya adalah lelaki ia ingin menjadikan Luna kekasihnya.
“jangan malah ketawa, dih dasar manusia gak jelas!” \
Kendati ia muring-muringan, namun tidak membuat hati Rindi sakit. ia malah makin tersenyum senang. Tampaknya ia merupakan seorang masokis.
Di halaman sekolah sebuah mobil hitam mewah terparkir. Itu adalah mobil milik Ryan. Lelaki itu turun dari mobil tersenyum dan melambaikan tangan ke Luna untuk menyapanya dan menyuruh segera masuk.
Para perempuan yang melihat ketampanan dari Ryan langsung menjerit histeris. Termasuk Rindi.
“Astaga siapa cowok itu? Ganteng banget sumpah.” Mata Rindi berbinar. “udah ganteng kaya lagi, spek-spek cowo di NT sama WP banget, ih! Ganteng.”
Luna malah meringis sedih. Memang dia tampan tapi tak perlu sampai senorak itu bukan? Lagian kaya darimana dia cuma numpang di rumahnya.
“Dia melirikmu kamu loh, Luna. Tadi pagi juga sama kamu … dia siapa hayo? Pacarmu!?” tanya Rindi mencoba menebak.
Luna menghela malas, “bukan dia cuma penumpang di rumah.”
“Yakin. Hehehe?”
Entah darimana sikap menyebalkan ini muncul, Luna merasa tak nyaman. Maka ia putuskan untuk segera berpamitan dan segera pergi ke mobil.
“Ya hati-hati Luna … senang-senang ya sama pacar!”
Luna sekali lagi menggerutu. Ia salah paham!
\*
Begitu masuk ke dalam mobil, Luna langsung menatap Ryan dengan tajam. Mobil telah berjalan, suasana sunyi. Mumpung sekarang sudah mejadi sepi. Ini saat yang bagus untuk mencari informasi.
“Kamu sebenarnya siapa?” tanya Luna tegas.
“Saya Ryan Alexander, bukankah saya sudah memperkenalkan diri Nona?”
Luna marah. “Bukan itu! dan berhenti memanggilku ‘nona.!”
“Kenapa?” Bingung Ryan. “Bukankah panggilan nona itu cocok untukmu, gadis cantik.” Ryan mengedipkan mata mencoba menggoda Luna.
“Huwek … menjijikan, kamu membuatku ingat seseorang gigolo yang kukenal, jadi berhenti!”
Orang yang dimaksud Luna tak lain adalah rekannya dengan kode name Levy One. Seorang pria tampan, dan hobi bermain wanita.
Ia seorang gigolo yang playboy dan narsis. Ia kerap menggoda Reina meski dibalas tinjuan maut oleh Reina.
Namun disisi lain lain Levy one adalah orang yang paling dapat diandalkan. Jaringan relasi dan informasi yang ia miliki bukan main, ia adalah orang yang bisa dipercaya untuk menjadi mata- mata untuk mencari informasi musuh.
Sekarang dua tahun terlewat, entah bagaimana nasib si gigolo itu. Luna sendiri tak mau memikirkannya.
“Sekarang gini aja,” nada suara Luna berubah drastis menjadi dingin. Ini adalah nada yang biasanya digunakan saat menjadi levy five. “kenapa kamu mencuri dari geng elang karena hal itu kamu hampir mati.”
Ryan tersenyum lalu menatap wajah Luna lekat. Luna yang melihat ketampanan di depan mata dibuat sedikit tersipu malu. “kamu khawatir? kalau aku mati?”
“Dih geer, kamu ini benar-benar mirip gigola!”
“Mau bagaimana lagi nona, dia hidup bersama gigola sejati, soalnya wajar jika menurun sifatnya.” si sopir yang sejak tadi diam ikut nimbrung.
“oh gitu toh.”
“Jangan ungkit si Thomas, dia udah kelewatan,” seru marah Ryan tak terima disamakan oleh si gigola.
Thomas? Luna sedikit merasa familiar dengan gigolo yang dimaksud. jangan bilang bahwa dia adalah levy one. Nama asli rekannya juga itu, namun menggelengkan kepala. mungkin kebetulan.
“dan untuk kamu Luna, karena kamu penyelamatku maka akan kujawab,’ ucap Ryan. Mengambil rokok dan menikmati nikotin.
“Apa kamu tahu Mafia, Vongola Family?”
Luna menganggukkan kepala. Tentu dia tahu, Vongola Family. Dua tahun lalu Luna mendapatkan tugas untuk melindungi bos Vongola ke-9 dan menjaga sebuah barang penting milik mereka.
Walau berakhir gagal. Luna juga tahu dari logo mobil milik Ryan bahwa dia kemungkinan berhubungan dengan Vongola.
Luna makin penasaran sosok asli dia.
“Bagus kalau tahu. Karena aku malas menjelaskan …” ada sedikit jeda karena dia menikmati rokok. “Jadi simpelnya aku adalah … Vongola Family bos ke-9 yang masih selamat! Itu aku Ryan Alexander!”
Bagi Luna itu adalah kejutan terbesar. Ia membulatkan mata, melihat sosok tampan itu. Sebuah gambar masa lalu muncul.
Seorang pria berambut pirang, mirip dengan Ryan. Namun dulu dia terlihat lebih cupu dengan kacamata tebal, kerep mengurung diri di kamar. Mereka berdua adalah orang yang sama?
Sadar akan sesuatu ia berteriak. “Ah! Jadi kamu itu si kacamata itu ya!”