" Mas Wira, kalau sudah besar nanti, Mega mau menikah dengan mas Wira ya?! pokoknya mas Wira harus menikah dengan Mega..?!" ucap gadis kecil itu sembari menarik lengan Wira.
Mendengar rengekan Mega semua orang tertawa, menganggapnya sebuah candaan.
" Mas Wira jangan diam saja?! berjanjilah dulu?! mas Wira hanya boleh menikah dengan Mega! janji ya?!" Mega terus saja menarik lengan Wira.
Wira menatap semua orang yang berada di ruangan, bingung harus menjawab apa,
" mas Wira?!" Mega terus merengek,
" iya, janji.." jawab Wira akhirnya, sembari memegang kepala gadis kecil disampingnya.
Namun siapa sangka, setelah beranjak dewasa keduanya benar benar jatuh cinta.
Tapi di saat cinta mereka sedang mekar mekarnya, Mega di paksa mengikuti kedua orang tuanya, bahkan di jodohkan dengan orang lain.
bagaimanakah Nasib Wira, apakah janji masa kecil itu bisa terpenuhi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bujang
Wira duduk di atas motornya, ia tidak turun dan hanya memandangi Mega yang berjalan berkeliling kebun jagung.
Wira sungguh tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi setelah sepuluh tahun berlalu.
Kembali melihat wajah Mega,
Kembali bicara padanya,
Bahkan kembali membonceng Mega seperti yang dulu sering ia lakukan.
Mega juga sempat memeluknya tadi, meski itu terjadi tanpa di sengaja.
Jantungnya yang tidak bisa di ajak kompromi, berdebar begitu cepat.
Membuat Wira mengumpat dalam hati berkali kali, agar detak jantungnya itu normal kembali.
Sungguh ia ingin biasa saja, ia ingin semua berjalan sesuai dengan apa yang ia inginkan.
Benar benar menghapus Mega dari hatinya.
Perempuan bercardigan coklat dan bercelana jeans itu berjalan mendekat ke Wira, tampaknya ia sudah puas dengan apa yang ingin ia lihat.
" Bagaimana kalau disini saja mas..?" tanya Mega pada Wira yang duduk tenang di atas motor itu.
" terserah kau saja." jawab Wira pendek.
" aku ingin meminta pendapatmu mas.. Karena kau yang lebih mengenal kampung ini?"
mendengar itu Wira menghela nafas pelan,
" Di sebelah selatan ada lapangan, biasanya anak anak bermain sepak bola dan layang layang,
Tidak seperti anak kota yang gemar bermain media sosial, anak anak disini masih suka bermain di luar dengan teman temannya.
Kurasa tidak buruk membangun perpus umum disini." Wira mau tidak mau mengeluarkan pendapatnya.
" Kau masih suka melukis?" tanya Wira,
" sama sepertimu yang masih suka menari mas.." Mega tersenyum, senyum yang manis sekali.
Wira lagi lagi membuang pandangannya sesaat.
" Apa kau sungguh sungguh ingin memberi les gratis untuk anak anak yang berminat?" tanya Wira kemudian,
" ya, dulu di Surabaya itu kujadikan pekerjaan, tapi melihat keadaan disini, rasanya aku tidak sampai hati..
aku lebih memilih untuk mengajari anak anak itu dengan tulus,"
" kenapa kau tidak bekerja sesuai dengan ijazahmu?"
" manajemen bisnis?" Mega tersenyum pahit,
" papa yang memilih jurusan itu, tapi nyatanya setelah lulus aku tidak boleh bekerja.." imbuh Mega,
" oleh siapa? Suamimu?" tanya Wira,
Mega mengangguk,
" baguslah, itu berarti dia cukup bertanggung jawab,"
" jadi mas juga begitu?"
" aku lebih senang kalau punya istri dirumah, tapi jika istriku menginginkan untuk bekerja, maka aku akan bersikap fleksibel saja, yang penting dia tidak mengabaikan anak dan suaminya." jawab Wira.
lagi lagi keduanya beradu pandang,
" Baiklah, jadi kita tidak perlu lagi melihat lokasi yang lain kan?"
" tidak, kita pulang saja," kata Mega.
" Ayo." Wira menyalakan mesin motornya, melihat itu Mega segera naik ke motor Wira.
Malam itu Mega duduk di depan televisi, sembari mengobrol dengan Kakung dan utinya.
" Pisang goreng hangat mbak Mega.." buk Parni menaruh sepiring pisang goreng,
" wah, buk Parni tau saja cemilan yang enak malam malam begini.." kata Mega sembari mengambil satu pisang goreng.
" Apa di belakang masih ada buk?" tanya Mega,
" tinggal goreng lagi kalau mau mbak," jawab buk Parni,
" Goreng lagi ya buk Parni, buat budhe asri.."
" iya iya mbak Mega," buk Parni segera kembali ke dapur.
" Bagaimana nduk.. Kau senang disini?" tanya uti Mega, perempuan tua yang seluruh rambutnya hampir memutih itu menatap cucunya baik baik.
" Senang uti.. Mega tenang disini.."
" tentu saja, ada Wira juga yang akan selalu menjagamu.." sahut kakungnya.
Mega diam sesaat, lalu berkata,
" kung.. Bisakah tidak selalu melibatkan mas Wira?"
laki laki yang rambutnya tidak kalah putih dari istrinya itu menaruh pisang goreng yang tadi diambilnya.
Ia menatap cucunya heran,
" Mega tidak enak saja.."
" tidak enak bagaimana maksudmu Mega?"
Mega diam, tidak menjawab.
" Katakan saja Mega.. Apa Wira sudah berbeda?" tanya utinya,
" uti bukannya tidak bisa melihat,
tatapan Wira padamu,
Tapi uti menyadari.. Mungkin dia sempat kecewa dengan kepergianmu yang tiba tiba itu,
Siapa yang tidak kesal Mega, hubungan kalian sedekat itu..
Tapi kau pergi tanpa pesan, tanpa kabar, dan tidak kembali kesini sama sekali selama sepuluh tahun..
Jangankan Wira,
Kami pun sempat frustasi Mega..
Jadi anggaplah sikapnya yang sedikit berbeda itu sebagai bentuk pelampiasan kekecewaannya padamu..
Seiring waktu itu akan sembuh Mega,
Apalagi kalian sudah mulai sering bertemu.." uti memberi pengertian pada Mega.
Semua orang berpikir kekecewaan Wira hanyalah kekecewaan seorang kakak kepada adiknya, namun nyatanya tidak, hubungan Mega dan Wira lebih dalam dari itu, bahkan uti dan kakungnya tidak akan membayangkan apa yang sudah terjadi diantara keduanya.
" Sejujurnya Mega khawatir.." ucap Mega pelan,
" khawatir? Akan apa nduk? Omongan orang kampung?" tanya utinya yang tentunya sudah mendengar suara sumbang di luar sana.
" Parni sudah bicara padaku tentang kabar yang berhembus di luar sana,"
" bukan itu uti, kalau masalah itu Mega tidak perduli,"
" lalu apa nduk yang kau khawatirkan?" tanya kakungnya sabar.
" Jangan lagi menyuruh mas Wira kung, Mega pokok ya tidak mau,"
" Sek tho nduk, kalau tidak mau di bantu Wira mau di bantu siapa? banyak yang bisa Kakung suruh, tapi kalau soal percaya, Kakung percaya sekali pada Wira.. Dia akan menjaga kepercayaan Kakung dan tidak akan mencurangimu,
Dia itu di hormati disini Mega,
Wira yang sekarang sudah berbeda jauh dengan Wira yang kau kenal dulu,"
Mega tampak resah,
" Mega tidak mau di tuduh mengganggu suami orang,"
mendengar ucapan Mega Kakung dan utinya saling menatap heran,
" suami siapa?" tanya kakungnya,
" suami orang, mas Wira itu pastinya sudah menikah kan kung,
masa Mega harus kemana mana dengannya? Bagaimana tanggapan istrinya,
Bagaimana tanggapan orang kampung,
Mungkin dulu kami dekat, karena kami masih sama sama bujang,
Tapi sekarang keadaan sudah berbeda kung,
Tidak pantas rasanya Mega bepergian dengan suami orang?"
Kakung dan uti Mega masih saling memandang, namun keduanya tersenyum seakan akan ada sesuatu yang lucu.
" Owalah nduk.. Nduk..." uti menepuk paha Mega,
" mangkane nduk.. kalau ada apa apa itu tanya dulu.. Biar tidak salah paham.." imbuh utinya,
" salah paham?" tanya Mega,
" iya nduk.. Wira itu bukan suami orang.. Dia itu bujang, belum menikah.."
Mendengar penjelasan utinya Mega tertegun,
Tidak bisa di sembunyikan ekspresi kagetnya.
" Jadi.. Kau tidak bepergian dengan suami orang.." imbuh kakungnya tertawa,
" Kakung juga tau adat nduk, mana yang pantas dan tidak,
Kalau Wira itu suami orang, mana mungkin Kakung menyuruh Wira menemanimu nduk nduk..
Kalau Wira itu sudah berkeluarga, mana mungkin Kakung menyuruhnya datang kesini sesuka hati Kakung.." lanjut Kakung.
Mega masih mencerna keadaan,
" buang kekhawatiranmu itu nduk.."
Mega tiba tiba tertunduk,
Entah kenapa rasa bersalah datang menyerangnya,
" bukankah usia mas Wira sudah?" Mega terhenti, matanya tiba tiba memerah.
" kau benar, semua teman temannya sudah menikah, bahkan mempunyai anak.
Bukan hanya ibunya, tapi kami juga sering menasehatinya untuk mencari istri,
Tapi tidak pernah dia gubris.." kata Kakung.
" Hidupnya tidak mudah setelah kau pergi Mega,
Dia berusaha keras untuk menjadi laki laki yang bisa di perhitungkan,"
Mendengar itu Mega semakin tertunduk, dan saat air matanya sudah tidak bisa di tahan, perempuan itu bangkit,
" Mega ke kamar dulu kung, uti.." Mega berjalan dengan buru buru ke arah kamarnya.
jadi terpaksa saya buat yg baru.. hikhikhiks..
bingung ini gmn caranya nerusin novelnya.. judul ini keputus..😢🙏
Bau2nya Wira bakal diinterogasi Mega 😂