(Novel kedua ku, kisah sederhana dan cinta manis 3 pasang anak manusia)
Bintang adalah seorang mahasiswa tingkat akhir disebuah kampus bergengsi dikotanya. Kehidupannya sangatlah sempurna. Ia memiliki keluarga yang hangat, paras yang tampan dan gagah, tubuh atletis dan tinggi. Memiliki kekasih super cantik seorang primadona kampus. Bintang juga menjabat sebagai ketua BEM dikampusnya, jabatan yang sangat bergengsi bagi mahasiswa sepertinya. Ia juga merupakan anak orang kaya bahkan kampus tempatnya menuntut ilmu adalah milik orangtuanya. Namun bagaimana jika ada 3 perempuan yang tergila-gila padanya dan membuat porak poranda hidupnya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mona, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Suami Masa Depan
...Please kalau gak suka jangan kasih ⭐ 1 dan komen buruk...
...Please kalau gak suka skip aja please...
...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...
Lina dan Zayyan tengah duduk ditepi pantai. Sejak siang tadi mereka hanya duduk diam memandangi deburan ombak hingga tak terasa suasana telah gelap. Cahaya lampu yang hidup disekitar cafe membuat suasana semakin indah dan romantis. Lina bahkan sudah 2x memesan makanan berat. Duduk menemani orang yang patah hati ternyata capek juga batin Lina.
"Kak, ada apa ?" Lina memberanikan diri bertanya, ini adalah pertanyaan ke 3 nya namun Zayyan hanya diam tak menjawab. Ia hanya duduk termenung menatap laut dengan pandangan yang sendu.
"Apa kakak tahu, setiap takdir akan menghampiri sang pemiliknya. Jangan pernah takut dan gelisah, apa yang sudah ditakdirkan menjadi milikmu akan datang menghampirimu walau kau selalu menghindarinya. Dan sesuatu yang tidak ditakdirkan untukmu akan menjauhimu walau kau berusaha mendapatkannya dengan cara apapun" nasehat Lina membuat Zayyan kaget.
Ia berpaling dan menatap Lina sangat lama membuat gadis itu gugup, ia pun menundukkan pandangannya. Tatapan tajam Zayyan menembus jantungnya. Sungguh debar jantungnya tengah menggila, entah mengapa makin lama rasa suka dihatinya sudah berubah menjadi cinta.
Tanpa Lina sadari Zayyan makin mendekatkan wajahnya dan tanpa diduga, pria itu mengecup lembut bibir Lina. Gadis itu pun kaget, tubuhnya bergetar hebat. Ciuman pertamanya telah diambil oleh pria yang baru saja mendiami hatinya.
🌟🌟🌟
Bintang tengah berbaring menatap langit malam yang kelam. Sedari tadi pikirannya berkecamuk hebat, puluhan puntung rokok sudah berserakan disekitar kakinya. Angin malam bersemilir sejuk menyapa tubuhnya namun tak mampu mengurai benang kusut dihati pria itu.
Kejadian yang menimpanya hari ini membuatnya berpikir sangat keras. Ia harus menyelami hatinya yang paling dalam. Keputusan apa yang harus ia ambil dan paling tepat menurut dirinya. Dengan usia nya yang masih muda apakah ia mampu mengemban tanggung jawab yang luar biasa dipundaknya.
Segala kemungkinan, segala tindakan yang akan ia ambil nanti harus ia pikirkan dengan matang dan penuh perhitungan. Segala konsekuensi yang akan timbul tak boleh ia lupakan. Berbagai macam opsi dan pilihan berkelebat didalam pikirannya. Namun satu hal yang pasti, Larasati Kemala nama itu berdenyut kuat dijantungnya. Walau ia sudah berusaha menghalaunya namun gadis itu bersemayam utuh dalam hatinya. Senyum gadis itu, hangat tubuhnya dan lembut suaranya membuat Bintang mabuk kepayang. Sungguh Laras selalu menghantui tidurnya setiap malam.
"Ada masalah apa Bin ? Jangan loe pendam sendiri" tanya Hendra yang sedari tadi khawatir melihat sahabatnya hanya diam termenung.
"Apa pernah loe mencintai seseorang tapi tak bisa memilikinya ?" tanya Bintang dengan suara lesu tak bersemangat. Hendra mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Bintang.
"Apa ada cewek yang gak bisa loe miliki ? Jangan ngadi-ngadi loe, gak percaya gue" jawab Hendra, ia sangat tahu sahabatnya adalah incaran banyak perempuan. Apalagi sifat Bintang yang lembut dan sangat royal. Jika pria ini sudah jatuh cinta alias bucin, apapun akan ia berikan untuk sang pujaan.
Bintang pun menghela nafasnya berat, ia pun memejamkan matanya mencoba mengusir rasa gundah dalam dada. Ia ingin memiliki Laras namun gadis itu tak menginginkan hubungan biasa seperti pacaran.
"Kalau gue nikah gimana Hen ?" tanya Bintang lagi membuat Hendra yang sedang meneguk kopi langsung keselek.
"Uhuuuk....uhuuukk...uhuuuuk...perih banget, mana masuk kehidung gue" ucap Hendra yang terkaget mendengar ucapan Bintang.
"Loe serius ? Cewek mana yang buat loe memikirkan pernikahan ?" tanya Hendra penasaran.
"Menurut loe gue mampu mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai suami ?" tanya Bintang tanpa menjawab pertanyaan Hendra.
Hendra mengerutkan keningnya dan berpikir selama beberapa saat. Akhirnya ia mengerti jika sang sahabat sedang berada dalam persimpangan dan bingung dalam mengambil keputusan. Hendra pun menarik nafas dalam-dalam dan tersenyum pada sang sahabat.
"Jawabannya mudah, apa loe mencintainya ? apa loe takut kehilangan dia ?" Bintang mengangguk.
"Apa loe takut ia dimiliki pria lain ?" Bintang lagi-lagi mengangguk.
"Apa loe berpikir dia akan menjadi ibu dari anak-anak loe ?"
"Hah...." Bintang melongo, jujur ia belum berpikir sejauh itu. Bintang pun terdiam.
"Pikirkan lagi bos, pernikahan adalah ikatan sakral dan suci. Urusan loe langsung ama Tuhan bukan hal sepele yang bisa loe permainkan seperti ikatan pacaran. Jika loe masih ragu ada baiknya tunda dulu dan pikirkan lagi dengan sungguh-sungguh" nasehat Hendra yang membuat Bintang termenung.
🌟🌟🌟
Siang ini Laras dan Lina sedang berjalan keluar dari gedung perkuliahan. Mereka baru saja selesai mengikuti pembelajaran.
"Lina" terdengar suara seseorang yang membuat debar jantung gadis itu berdetak cepat. Ia memutar tubuhnya dan terlihat Zayyan tersenyum manis padanya. Tubuh Lina bergetar hebat, ia mengingat kembali ciuman panas Zayyan pada bibirnya. Lina benar-benar shock sampai ia tidak bisa berkata-kata, gadis itu hanya diam sampai Zayyan mengantarkannya kembali ke kos.
"Bisa kita bicara ?" tanya Zayyan lembut sementara Lina hanya diam.
"Saya permisi kak, Lina aku ke kos dulu" Laras pun segera berlalu, ia tidak mau menganggu Lina dan Zayyan. Sejak awal Laras sudah bisa menebak jika sang sahabat menyukai Zayyan. Terlihat jelas tatapan mata Lina sangat berbeda saat memandang pria itu.
Zayyan segera menggenggam tangan Lina namun gadis itu segera menepisnya.
"Ma...maaf kak, ada apa ya ? Kita bicara disini saja" ucap Lina, ia sungguh takut berduaan dengan Zayyan. Pria itu pun menghembuskan nafasnya berat.
"Lina ayo kita bicara ditempat yang nyaman, disini banyak yang orang berlalu lalang" ajak Zayyan namun gadis itu segera menggeleng cepat. Ia sungguh takut Zayyan kembali menciumnya jika hanya berdua. Zayyan segera menarik tangan Lina dan membawanya duduk dikursi dibawah pohon yang rindang tak jauh dari tempat mereka berdiri tadi.
"Lina, apa kau marah padaku ? Maafkan aku Lina, aku tahu telah berbuat tidak sopan padamu" ucap Zayyan, akhirnya ia menyampaikan maksud dan tujuannya.
"Tidak apa-apa kak, hanya tolong jangan diulangi lagi" ucap Lina dengan suara bergetar, ia pun menggeser duduknya menjauhi Zayyan. Pria itu pun cemas melihat perubahan sikap Lina.
"Apa kau marah padaku ?" tanya Zayyan lagi. Lina kembali menggelengkan kepalanya.
"Jangan bohong Lina, sikapmu menunjukkan kau marah padaku" desak Zayyan dan tanpa ia duga air mata Lina mengaliri pipinya membuat pria itu panik dan cemas.
"Kenapa Lina ? Kenapa menangis, apa ada yang sakit ?" Zayyan pun memeluk tubuh gadis itu membuat Lina kaget dan segera mendorong tubuh Zayyan.
"Jangan sentuh aku" teriak Lina yang membuat Zayyan kaget.
"Memangnya reaksi apa yang kau harapkan dariku ? Ya benar, aku marah padamu kak. Kau dengan kurang ajarnya telah berani mencium bibirku dan itu adalah ciuman pertamaku. Kau jahat, kau sudah merebut hak suamiku" ucap Lina menangis, Zayyan kaget bagai disambar petir.
"Su...suami ? Suami apa Lina ? Apa kau sudah menikah ? Tapi katamu itu ciuman pertamamu" Zayyan benar-benar bingung.
"Aku belum menikah, namun kau telah mengambil hak suami masa depanku" Zayyan pun bengong mendengar ucapan Lina. Gadis itu segera berlari meninggalkan Zayyan yang belum memahami maksud dan ucapan Lina.
Hari-hari pun berlalu, Lina dan Laras kompak menghindari Zayyan dan Bintang membuat kedua pemuda ini kelabakan. Pernah suatu hari keduanya tanpa sengaja secara bersamaan menemui Lina dan Laras dan lagi-lagi kedua gadis itu menghindar dan segera melarikan diri.
"Loe mau temui Laras ?" tanya Bintang dengan nada ketus dan wajah garang.
"Bukan kak, aku mau temui Lina. Aku udah gak ada perasaan ama Laras, kakak jangan khawatir" ucap Zayyan yang membuat Bintang bernafas lega. Mereka berdua pun duduk di taman didepan perpustakaan dan termenung dengan pikiran kalut masing-masing. Kedua nya segera menjadi pusat perhatian. Silih berganti mahasiswi perempuan mendatangi dan menyapa mereka membuat Bintang tak nyaman dan ingin berlalu namun Zayyan mencegahnya.
"Kak, ada yang ingin aku tanyakan" ucap Zayyan murung membuat Bintang segera duduk dan mulai memperhatikan pria itu. Tampangnya terlihat kusut dan galau sama seperti dirinya.
"Ada apa ?"
"Apa maksudnya suami masa depan ?" Bintang pun mengerutkan keningnya mendengar ucapan Zayyan.
"Ya suami masa depan, memangnya apa lagi artinya" ucap Bintang, ia bingung kemana arah pembicaraan pria itu. Sementara Zayyan makin tak mengerti.
"Ada apa Zayyan, bicara yang jelas dan lengkap" ucap Bintang melihat Zayyan makin kebingungan. Zayyan pun menghela nafas berat, ia berpikir tidak ada salahnya memberi tahu Bintang.
"Seandainya kakak tanpa sengaja mencium seorang gadis lalu gadis itu mengatakan bahwa kakak telah mengambil hak suami masa depannya, kira-kira apa maksudnya kak ?" tanya Zayyan membuat Bintang kaget, apa yang disampaikan Zayyan sama persis dengan yang ia lakukan terhadap Laras dan gadis itu juga mengatakan hal yang sama. Tiba-tiba saja hati Bintang panas, jangan-jangan pria ini juga memaksa mencium pujaan hatinya. Bintang segera berdiri dan menarik kuat baju Zayyan membuat pria itu kaget.
"Apa loe mencium Laras ?" hardik Bintang emosi, wajahnya sudah merah padam. Sementara Zayyan kaget bukan main.
"Bukan kak, jangan salah paham dulu"
"Lalu siapa yang loe bicarakan hah ?"
"Li...Lina" ucap Zayyan pelan, ia malu ketahuan mencium seorang gadis. Bintang kembali bernafas lega, hampir saja ia pingsan.
"Itu artinya loe seharusnya tidak melakukan hal itu, perbuatan itu hanya boleh dilakukan oleh suaminya kelak. Atau bisa juga diartikan loe diminta melamarnya kalau loe benar-benar cinta" terang Bintang yang membuat mata Zayyan membola terkejut, sejenak ia mencerna semua keterangan Bintang dan tiba-tiba saja jantungnya berdetak sangat kencang. Senyuman manis terkembang diwajahnya.
"Makasih banyak kak, tunggu undangan dari saya ya" ucap Zayyan dengan mata berbinar, ia kemudian berlari meninggalkan Bintang yang kebingungan dengan ucapan Zayyan.
...****************...