Scandal

Max pikir Anna bekerja di perusahaan di mana dia terakhir kali melihat wanita itu. Ternyata Anna bekerja di perusahaan Dexter.

Dia juga baru mengetahuinya, mereka melakukan meeting untuk membahas tentang mega proyek yang akan dikerjakan oleh perusahaannya. Di mana di dalam mega proyek tersebut perusahaan milik Dexter memiliki kontribusi juga.

Kedua tangannya terkepal erat ketika melihat Anna yang masuk ke ruangan meeting bersama Dexter. Sungguh, Maxim benar-benar ingin menelan pria itu hidup-hidup.

Begitu juga dengan, Anna. Dia tidak percaya bahwa mereka bisa kembali bertemu di tempat ini. Jantungnya berdebar kencang ketika mata mereka saling menatap satu sama lain.

Tapi Max pikir wanita itu tidak ingin melihatnya karena dia sedang bersama Dexter.

"Kendalikan dirimu," bisik Mark ketika dia tahu seperti apa wajah bosnya saat ini.

Dia tahu jika sekarang Max sedang berusaha menahan amarahnya ketika melihat wanita yang disukainya bersama dengan Dexter.

Max melirik ke arah, Mark. Dia paham betul, bawa asisten pribadinya itu berusaha meredam amarahnya dan menenangkan dirinya.

"Aku baik-baik saja!" jawabnya datar.

Tidak terlihat ekspresi apapun di wajahnya pada saat ini dia benar-benar berusaha menahan amarahnya agar tidak meledak.

Dexter sendiri juga tidak menyangka bahwa dia harus kembali bertemu dengan rivalnya. Bahkan posisi mereka saat ini benar-benar tidak baik. Apalagi bersama dengan Anna.

Meeting dimulai dan mereka semua mendengarkan satu persatu apa yang moderator jelaskan. Max tidak yang terlalu berlama-lama di sini, tapi dia harus bicara dengan Anna.

Tepat saat meeting selesai, Max langsung mengajar Anna yang sudah keluar bersama dengan Dexter.

"Ikut, Aku!" titah Maxim sambil menarik tangan Anna.

Sayangnya ketika dia menarik tangan wanita itu, Dexter juga menahan sebelah tangan Anna. Dia tidak akan membiarkan Maxim kembali menyakiti wanita itu.

"Lepas!" ucapnya dengan amarah tertahan.

Ya, Maxim berusaha untuk tidak terpancing emosi saat ini. Dia benar-benar ingin bicara dengan Anna. dan seharusnya Dexter membiarkannya bicara dengan wanita itu.

"Tidak jika kau akan menyakitinya lagi." jawab Dexter hingga membuat Maxim tertawa di sana.

Kedua tangannya kembali masuk ke dalam saku celana miliknya dan dia berdiri tepat di hadapan Dexter saat ini.

Sungguh, dia benar-benar tidak menyangka jika Dexter bisa mengatakan hal seperti itu. Dia hanya ingin bicara dengan Anna. Lalu apa hak pria ini bicara dan mengatakan hal itu padanya.

"Hahaha..." Max tertawa dan itu membuat Dexter tahu jika pria yang ada di hadapannya saat ini berusaha untuk terlihat tenang. Walau sebenarnya dia sendiri tidak bisa tenang.

"Kau tau, aku benar-benar tidak percaya bahwa Tuhan kembali mempertemukan aku dengan laki-laki seperti ini. Astaga, kenapa setelah sekian lama aku harus kembali bertemu denganmu di dunia yang luas ini?" Max masih menertawakan keadaan mereka saat ini.

Sungguh, semua ini benar-benar membuatnya muak. Bahkan rasanya dia ingin menghabisi Dexter saat ini juga.

"Apa urusanmu dengan wanita ini? apa sekarang Kamu mulai mencarinya? atau kau kembali berpikir bahwa dia adalah laki-laki bayaran juga?" tanya Maxim yang membuat kedua bola mata Anna membulat sempurna.

Dia tidak percaya jika Maxim bisa mengatakan hal seperti itu di depan banyak orang.

"Apa maksud Anda mengatakan hal seperti itu?" tanya Anna dengan penuh kekecewaan.

Ya, dia benar-benar kecewa dengan apa yang Maxim katakan.

"Kenapa? bukankah dulu kamu juga berpikir bahwa aku adalah laki-laki bayaran. Apa sekarang juga sama?" tanya Maxim lagi yang membuat Anna semakin kecewa.

"Cukup! aku bilang cukup!" teriak Anna yang sudah tidak tahan dengan omongan Maxim yang mengatakan tentang dirinya.

"Kenapa, kau marah? aku hanya mengatakan tentang-" sebuah tamparan keras melayang hingga membuat Maxim terdiam.

Ya, Anna menampar wajahnya hingga membuat dia tidak bisa berkata-kata lagi.

"Hey, are you oke?" Dexter bertanya pada Anna tentang dirinya. Berharap bahwa dia memang baik-baik saja. Sungguh, dia mengkhawatirkan keadaan wanita itu.

Dia tau sesakit apa hati Anna karena Maxim mengatakan tentang hal yang tidak seharusnya dia katakan di tempat seperti ini.

"I hate you!" Anna langsung pergi meninggalkan Maxim di sana.

Bahkan dia sudah tidak lagi mempedulikan lagi apa yang terjadi di sana. Dia berlari meninggalkan gedung itu dan kembali ke rumahnya.

Sedangkan Dexter hanya bisa menggelengkan kepalanya saja melihat sikap Maxim yang masih saja terlihat arogan padahal dia membutuhkan wanita itu.

"Kau tidak berubah Max! sungguh, kau tidak berubah sedikit pun!" ujar Dexter yang sangat mengenal siapa pria yang ada di depannya saat ini.

Max paling tidak suka saat orang mengkritik dirinya. Dia benar-benar membenci hal itu. Tanpa banyak bicara lagi, Maxim langsung menarik kerah kemeja Dexter dan menatapnya dengan tajam.

"Berani sekali kau mengatakan hal ini pada ku hah?!" umpat Maxim.

Dia tidak terima saat Dexter mengatakan sesuatu tentang dirinya. Tapi Dexter sama sekali tidak takut karena memang apa yang dikatakannya itu benar.

"Kenapa? sejak dulu kau memang tidak pernah berubah. Kau selalu mementingkan tentang ego mu. Bahkan kau tidak pernah mempedulikan perasaan orang lain. Dulu Jessica dan sekarang Anna. Lalu siapa lagi nantinya?"

"Diam! aku bilang diam!"

"Tidak! aku tidak akan diam lagi sekarang. Dulu aku diam karena aku memikirkan perasaan Jessica. Tapi, sekarang tidak lagi Max. Anna wanita yang tulus dan dia benar-benar wanita yang baik. Kenapa kau menyakitinya hanya dengan kata-kata seperti itu?" tidak tahan dengan semua itu, Maxim langsung menghantam Dexter dengan sebuah pukulan telak.

Bukannya merasa kesakitan, Dexter malah tertawa sambil mengusap bekas luka di sudut bibirnya.

"Kau masih sama. Jelas, aku tidak pernah salah karena sejak dulu aku memang mengenal dirimu dengan sangat baik. Ego mu Max, kau terlalu mementingkan egomu. Lihat, kau akan kembali kehilangan cara mempertahankan egomu ini."

"Bajingan!" umpat Maxim lagi saat Dexter terus saja mengatakan sesuatu tentang dirinya.

Melihat emosi Maxim yang sudah tidak terkendali lagi, membuat Mark langsung memisahkan mereka berdua. Jika tidak maka perkelahian tidak terelakkan lagi.

"Lepaskan aku!" teriak Maxim dan tidak ingin di pegangin oleh Mark.

"Biarkan saja Mark. Biarkan dia melakukan apa yang dia inginkan. Sejak dulu dia memang seperti itu bukan?"

"Diam kau Dexter! kau tidak seharusnya mengatakan hal seperti itu lagi dan tutup mulut mu!" sentak Mark saat Dexter terus saja mengatakan sesuatu yang memancing amarahnya Maxim.

"Kenapa Mark? biarkan aku mengatakan hal ini agar dia sadar! kematian Jessica itu bukan salahnya! dia tidak harus merasa bersalah karena hal ini. Cukup, Jessica sudah tenang dan dia tidak harus menyalahkan dirinya lagi!" sahut Dexter hingga membuat Mark terdiam.

Bersambung...