NovelToon NovelToon
Buku Harian Seorang Pembunuh

Buku Harian Seorang Pembunuh

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Horor / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Dendam Kesumat
Popularitas:25k
Nilai: 5
Nama Author: Adzalziaah

[Update tiap hari, jangan lupa subscribe ya~]

[Author sangat menerima kritik dan saran dari pembaca]

Sepasang saudara kembar, Zeeya dan Reega. Mereka berdua memiliki kehidupan layaknya anak SMA biasanya. Zeeya memenangkan kompetisi matematika tingkat asia di Jepang. Dia menerima hadiah dari papanya berupa sebuah buku harian. Dia menuliskan kisah hidupnya di buku harian itu.

Suatu hari, Zeeya mengalami patah hati sebab pacarnya menghilang entah kemana. Zeeya berusaha mencari semampu dirinya, tapi ditengah hatinya yang terpuruk, dia malah dituduh sebagai seorang pembunuh.

Zeeya menyelidiki tentang masa lalunya. Benarkah dia merupakan seorang pembunuh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adzalziaah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 | Pengirim Surat

Satya menunjukkan sebuah surat di tangannya padaku. Aku meraihnya secepat kilat. Surat dengan kertas yang sama seperti yang ada di lokerku. Di dalamnya, aku hanya melihat selembar kertas kosong. Satya merebut kembali amplop surat beserta kertas yang kupegang.

“Ah...! Sepertinya aku sudah gila,” gumamku kesal. 

Aku mengacak-acak rambutku lalu memeluk diriku sendiri. Badanku bergetar hebat. Aku merasa kehilangan akal sehat.

“Udah puas kamu?!” 

“Jadi ... bukan kamu yang mengirim surat itu padaku?!” aku masih mencurigainya. 

“Maksud kamu apa, Zee? Aku beneran nggak paham sama sekali ...”

“Bukan kamu yang mengirim surat ...”

Brak!

Pintu terbuka dengan lebar. Aku terdiam mematung takut teman-teman satu kelas tau apa yang baru saja terjadi.

“Lu berdua ngapain di sini?!” seseorang datang mengagetkan kami berdua. 

Satya refleks menoleh ke arahnya, “ ... Hansel!” 

Hansel melihat aku yang menunduk gemetaran. Matanya memandang ke arah pergelangan tanganku, seketika itu dia bola matanya membesar.

“Lu habis apain Zeeya?” Hansel memegang pergelangan tanganku yang memerah dan menunjukkannya pada Satya.

“Dia duluan yang tiba-tiba mencekik leherku ...” Satya memperlihatkan lehernya yang juga memerah karena ulahku, “... kalau nggak percaya. Tanya aja sendiri!” 

“Zee?” Hansel menatap wajahku yang menunduk.

“Sorry Satya, aku terbawa emosi tadi,” ucapku masih menundukkan wajah. 

Satya menarik nafas dalam-dalam, “apa ini ada hubungannya dengan kamu yang ingin mengecek CCTV sekolah?” 

“Lupakan ...” aku berbalik lalu melangkah keluar. 

“Woi, Zee!” Hansel menghentikanku kemudian menghadangku tepat di depan pintu kelas.

Aku sedang tidak selera meladeninya sekarang. Aku pikir hampir saja menangkap basah orang yang mengirim surat padaku. Tapi malah berakhir runyam begini. 

“... minggir, Han. Aku mau lewat.” Aku berusaha menyingkirkan badannya yang tinggi besar itu. 

“Tunggu, Zee ...” Hansel tetap melarangku keluar, “... gua mau denger cerita lu.”

Dari koridor sayup-sayup terdengar para murid yang kembali dari ruang seni. 

“Ayo keluar, Han ...” aku kembali menatap Satya, “... kamu juga. Aku mau bicara sama kamu, Satya.” 

.........

Aku membawa mereka berdua ke gudang dekat parkiran. Aku juga mengirim chat pada Hana dan Nisa untuk ikut menyusul. 

“... jadi kenapa lu ngumpulin kita di sini?” Hansel menyibak-nyibakkan seragamnya yang terkena debu beterbangan di gudang.

“Katanya kamu yang mau dengerin ceritaku ...?” tanyaku memastikan.

“Ya udah, buruan! Kenapa tadi pagi meja lu di kelas hancur?”

“... jelas-jelas itu perbuatan orang iseng ...” aku agak takut untuk menjelaskannya, “... tapi ... orang iseng mana yang nekat melakukan hal itu?” 

Satya menimbrung, “jadi itu alasanmu ingin mengecek CCTV sekolah? Ada orang yang bully kamu selama ini?”

“Lebih tepatnya mengancamku dengan surat, menyuruhku untuk masuk penjara ...” aku menatap mata Hansel, “ ... aku yakin Hana udah ngasih tahu kamu, Han.”

“Yups! Kalau lu mau gua nangkap orang yang ngirim surat itu ke lu, gua akan berusaha sebisa gua.” Kata Hansel dengan percaya diri.

“Guys?” akhirnya Hana dan Nisa datang.

Aku merasa amat lega dengan kehadiran mereka berdua. Suasana yang tadinya tegang, mulai melonggar.

“Zeeya, are you fine?” tanya Hana padaku.

“I feel better.” Aku sedikit tersenyum padanya.

“Apa kita berkumpul di sini untuk mencari siapa orang yang menggores-gores bangku Zeeya?” Nisa membuat kami semua terdiam.

“Sebelum itu ...” aku menunjuk ke arah Satya, “... kenapa surat punyamu kosong. Kamu mau nembak Nisa pakai surat, kan?”

Semua pandangan mengarah ke Satya, membuatnya terkejut. Begitu juga Nisa.

“Oh, itu ... eksperimen sains asam-basa. Tulisannya akan muncul ketika kertas terkena panas. Semacam ... surprise.” Satya malu mengakui itu, terutama dia sedang berada di hadapan Nisa.

“Lu mau bagaimana, Zee. Kalo dibiarkan terus, pelakunya makin menjadi-jadi,” ucap Hansel.

“Aku nggak tahu. Apa kalian pernah ketemu orang yang mencurigakan di sekolah?”

Semuanya menggeleng. Aku menghembuskan nafasku dengan keras. Sekarang aku masih bingung dengan keadaan yang menimpaku.

“Lu punya musuh, Zee?” tanya Hansel.

“Nggak ...”

Hana memotong perkataanku, “Zee, kata lu surat itu berhubungan dengan kasus sekolah asrama lu dulu?”

Ah, aku baru teringat dengan hal itu sekarang. Kasus tiga tahun lalu yang tidak kuingat, mungkin aku harus membongkar kasus itu kembali.

Hansel tiba-tiba memandangku.

“Lu bukannya alumni Colian Junior High School, sekolah asrama mewah di pinggiran kota itu?”

“Iya, kenapa?”

Hansel tertawa kecil membuat kami semua heran.

“Papa gua orang yang ngurus kasus di sekolah itu. Kalo nggak salah, siswa perempuan yang tewas di sungai, kan?”

Aku sangat terkejut mendengarnya, “serius?!”

“Iya. gua bakal cari tahu kasus itu lagi.”

“Kamu yakin bakal cari tau kasus itu, Han?” Akhirnya aku menemukan sedikit titik terang.

“A hundred percent! Lu bisa percayakan masalah ini ke gua.”

Satya menggiringku keluar gudang, “oke! Mohon bantuannya ya, Han. Ayo Zee, kita pulang lalu istirahat.”

Aku mengangguk.

...****************...

Dear, diary ...

Hari ini terasa berat bagiku. Seseorang merusak bangku milikku dengan goresan benda tajam. Dia mengukir kata PEMBUNUH di atas mejaku. Entah apa yang diinginkan pelaku itu.

Aku ingin menyelidikinya, tapi tak ada waktu. Aku harus melaksanakan uji coba kompetisi yang diadakan besok. Aku akan berusaha dengan baik. Dengan keadaanku yang seperti ini, aku merasa kurang mempersiapkannya dengan maksimal.

Aku tidak tahu mau menulis apa lagi di buku harian ini. Jadi aku hanya berharap masalah yang menimpaku secara bertubi-tubi ini lenyap.

^^^-Adila Zeeya Vierhalt-^^^

...****************...

Tok, tok, tok!

Pintu kamarku diketuk. Aku yang sudah bersiap untuk tidur harus beranjak kembali untuk membukakan pintu.

Aku membuka pintu dan melihat seorang pria di hadapanku, “papa?”

“Zeeya ... My Honey! Papa rindu padamu.” 

Papa memelukku dengan erat lalu mencium kedua pipiku.

“Kenapa Papa kembali? Kerjaan Papa di luar negeri sudah selesai?”

Kulihat papa membawa segelas air minum dan sebuah obat.

“Oh ... papa pulang karena ingin mengantar seorang anak yang besok berkompetisi.” Papa menyodorkan satu pil obat kepadaku, “minum vitamin ini agar besok tidak sakit.”

“Thanks, Pa.”

Aku menegak pil itu lalu meminum segelas air yang telah dibawa papa.

“Pa, kenapa repot-repot nganterin aku, sih? lagian besok masih uji coba. Kompetisinya masih dua minggu lagi.” Aku menyodorkan kembali gelas yang kosong itu kepada papa.

“Iya kah? Kalau begitu beristirahatlah. Sekarang sudah larut malam.”

Aku mengiyakan, tapi ada yang terlintas di kepalaku, “Pa, Reega mana ya? Dari kemarin kok nggak kelihatan?”

Ekspresi papa berubah kaget, “dia sekarang ... sedang dirawat di luar kota. Kamu kan tau kalau saudara kembarmu itu sedang tidak sehat belakangan ini.”

“Oh ... kalau gitu aku pergi tidur dulu ya, Pa?”

“Iya, have a nice dream, Honey!”

Papa mencium dahiku. Lalu aku segera masuk ke dalam. Kulihat HP yang kuletakkan di atas meja belajar menyala. Aku mengambilnya, siapa tau Pak Kurnia mengirim pesan pengumuman untuk uji coba besok.

“Hansel?”

Ternyata salah, bukan Pak Kurnia yang mengirimkan pesan. Aku membuka pesan yang dikirimkan Hansel.

‘Zeeya, gua menemukan sesuatu yang bisa membuat lu terkejut.’

‘Bakal gua kasih tau ke lu pas masuk sekolah nanti’

‘Gua nggak mau lu kepikiran tentang kasus ini. Jadi sabar aja dulu.’

Ah, Hansel. Kamu membuatku penasaran. Untungnya malam ini aku bisa tidur dengan nyenyak setelah berkali-kali mengalami hal yang berat.

.........

1
Jihan Hwang
Hai kak... aku mampir
dari judulnya udah menarik
nanti mampir dinovelku ya jika berkenan/Smile//Pray/
Delita bae
👍👍👍🙏
diann
zeeya kenapa ngebun kai?
diann: please sedih banget /Sob/
total 1 replies
Anonymous
gercep thor
ADZAL ZIAH: thanks ❤
total 1 replies
diann
arwanya tergantung gentayangan?! 🤨
ADZAL ZIAH: iya 😭
total 1 replies
diann
semangat thor, jangan menyerah.
diann: sama sama
ADZAL ZIAH: makasih ❤
total 2 replies
Anonymous
gila plot twist 😭
diann: mau nebak takut salah
ADZAL ZIAH: tebak hayo~
total 4 replies
Suci ♥️
semangat autour 😍😍 jangan lupa mampir 🤧🤧
ADZAL ZIAH: makasih ❤ nanti aku mampir~
total 1 replies
diann
sampe sini ceritanya makin keren
ADZAL ZIAH: makasih ❤
total 1 replies
Anonymous
lanjut thor
ADZAL ZIAH: 👌okey
total 1 replies
Luzor
Hadir pertama, semangat Thor!
ADZAL ZIAH: makasih❤
total 1 replies
Luzor
Dukung karyaku juga ya kak,/Grin/
ADZAL ZIAH: oke ❤
total 1 replies
Luzor
Ceritanya semakin seru kak,
Luzor
Semangat terus kak,
ADZAL ZIAH: makasih ❤
total 1 replies
bagus kakk💐💐
mampir di novel aku ya kasih nasihat buat aku /Kiss//Rose/
ADZAL ZIAH: makasih ❤ nanti aku mampir
total 1 replies
ADZAL ZIAH
maaf ya kemarin telat update~
putri cobain 347
hadir kak
Rihall Pen
mungkinkah ini awal cerita Zee di tuduh pembunuh🤔
ADZAL ZIAH: bisa jadi. lanjut baca aja ❤
total 1 replies
🏘️⃝𝐏 ⃟🏘️⃟Siska Marcelina
tembak duluan ajah.. hohoho
🏘️⃝𝐏 ⃟🏘️⃟Siska Marcelina
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!