Farah adalah seorang psikolog muda yang energik dan penuh dedikasi. Setiap pagi dimulai dengan keceriaan, berinteraksi dengan penjaga gedung sebelum menuju tempat kerjanya di lantai enam. Sebagai seorang psikolog yang sudah berpraktik selama empat tahun, Farah menemukan kebahagiaan dalam mendengarkan dan berbagi tawa bersama pasien-pasiennya.
Pada suatu hari, saat makan siang, Farah mendengar kabar bahwa ada seorang psikiater baru yang bergabung di rumah sakit tempatnya bekerja. Jantungnya berdebar-debar, berharap bahwa psikiater baru tersebut adalah kakaknya yang telah lama tak ia temui. Di tengah-tengah rasa penasaran dan kekecewaannya karena belum mendapat kepastian, Farah bertemu dengan seorang pria misterius di kantin. Pria itu, seorang dokter psikiater dengan penampilan rapi dan ramah, membuat Farah penasaran setelah pertemuan singkat mereka.
Apakah pria itu akan berperan penting dalam kehidupannya? Dan apakah akhirnya Farah akan menemukan kakaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ariadna Vespera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14
Namu, itu orang yang sangat peduli sekitar. Saat
mendengar tamu yang sedang bercerita Namu memposisikan dirinya bukan sebagai
teman ataupun ibu bagi tamu tapi adik. Benar-benar sangat berbeda dengan Farah
yang saat mendengar cerita dari tamunya, dia memposisikan dirinya sering kali
sebagai ibu.
Itu hanya perumpamaan para psikolog saat sedang
mendengarkan cerita tamu.
"Rendi..." Panggil Farah.
Namu langsung menggelengkan kepalanya.
Bukan maksud Farah ingin memainkan Namu, Farah
cuman ingin bertanya pada Rendi.
"Kamu tidak pergi, bukan ada orang lain di
sini yang bisa memperhatikanku." Ucap Farah.
"Masih ada beberapa waktu lagi." Sahut
Rendi.
Namu yang menyadari bahwa persangkaannya salah
hanya bisa menundukkan wajahnya karna malu.
"Apakah kamu inggin meminta foto bersamanya
atau meminta tanda tangannya?" Tanya Farah.
"Apakah boleh?" Jawab Namu dengan sangat
antusias.
"Tanyakan lah dengannya, beranikan dirimu
jangan ragu, jika kamu melewatkan saat ini mungkin kamu akan menyesal
nanti." Ucap Farah.
"Tapi bagaimana jika dia menolaknya?"
Sahut Namu dengan suara pelan.
"Setidaknya kamu sudah berusaha, mau tau tidak
itu adalah resiko yang harus kamu tanggung." Ucap Farah.
Akhirnya Namu mempersiapkan dirinya dan mendekati
Rendi
"Bolehkah aku meminta foto
bersamamu?"tanya Namu dengan gugup.
Rendi menatap kearah Farah seolah-olah memberi
kode. Farah yang kebingungan pun hanya menggunakan kedua bahunya seolah berkata
tidak tahu.
Farah pikir itu bukan urusannya. Dan tidak
seharusnya juga Farah ikut campur. Itu hanya pertemuan mendadak antara
penggemar dan idola.
Rendi pun mengizinkan Namu yang ingin meminta foto
bersamanya. Sesaat setelah itu Namu pingsan. Farah sangat panik melihat Namu
yang pingsan, apakah dia baik-baik saja. Namun, itu hanya berlangsung sekitar 1
menit.
Dan Namu sadarkan diri, dia hanya terlalu syok
karna mimpi yang selalu dia impikan akhirnya terwujud. Namu tidak pernah
menyangka kalau saat ini akan tiba.
Terdengar suara ketukan pintu lagi, siapa yang
datang kali ini?
Saat membuka pintu dengan mandiri ternyata itu
Cici.
"Kakak Rendi!" Ucap Cici yang terkejut.
"Ini benarkan kamar Farah?" Tanya Cici.
Rendi hanya membalas dengan anggukkan Kepala dan
mengarahkan wajahnya kearah Farah, seolah memberi isyarat bahwa Farah ada di
sebelah sana.
"Kakak, apakah kamu baik-baik saja?"
Tanya Cici. Farah menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Kamu tidak latihan?" Tanya Farah.
"Aku izin sebentar ke sini." Jawab Cici.
"Ingat yah istirahat itu penting, kalau tidak
sanggup jangan memaksakan diri." Ucap Farah.
Cici menganggukkan kepalanya sambil tersenyum
bahagia.
Ada ketukan pintu lagi yang terdengar, saat orang
itu masuk semua mata tertuju padanya.
"Ternyata tidak ada Pera di sini." Ucap
Ical.
"Bisa-bisanya Lo masuk ke kamar orang dengan
mencari orang yang sedang tidak ada di sini." Ucap Farah.
"Kamu terlihat baik-baik saja, jadi untuk apa
aku mencari mu. Lagian kita juga bukan teman." Sahut Ical.
"Biasa orang normal akan pulih dalam empat
bulan, bagaimana kau sudah bisa melepas gips mu." Tanya Farah.
"Apakah aku terlihat seperti orang
normal?" Tanya Ical kembali.
"Yah, kamu memang tidak terlihat seperti orang
normal." Ucap Farah dalam arti yang berbeda.
"Bukan orang tidak normal seperti yang kau
pikirkan, aku hanya terlalu sibuk untuk terus sakit." Sahut Ical.
Farah membuang pandangannya dari Ical seolah
meragukan. Ical yang tidak suka terhadap sikap Farah langsung membulatkan
matanya menatap Farah tajam.
Ada orang yang membuka pintu kamar tanpa mengetuk
terlebih dahulu, saat Farah melihat siapa orang itu, dia hanya tersenyum
memaklumi tingkah lakunya Karna itu adalah Pera.
"Baby, kamu sudah bangun?"
"Ini sudah hampir siang."
"Bukannya orang sakit banyak tidur?"
"Aku sudah banyak tidur."
"Syukurlah."
"Apakah kamu tidak bekerja?"
"Aku berkerja tapi untuk hari ini akan aku
tunda dulu."
Farah hanya menggelengkan kepalanya sambil
tersenyum tak percaya.