Eila Pertiwi tidak pernah membayangkan seorang Max William Lelaki Famous di Sekolahnya yang menjadi incaran banyak Gadis, tidak ada hujan atau badai tiba-tiba menyatakan perasaan padanya, padahal mereka tidak dekat sama sekali.
Namun di sisi lain, kehidupan Max William yang dianggapnya sebagai 'konglomerat manja yang hanya bergantung pada orang tuanya' ternyata jauh dari ekspetasi-nya, Lelaki itu selama ini memiliki banyak rahasia dan luka nya yang selama ini ditutupi dengan rapih.
"Gue, kan, udah bilang. Semua hal tentang Lo, Gue tau."
"Suapi, Eila.."
"Jangan coba-coba Eila. Lo cuman milik Gue, faham?"
"Gue bakal buat pelajaran siapapun yang berhasil curi senyuman manis Lo."
"Because, you are mine." Max meniup telinganya, "Cuman Gue yang boleh liat. Faham, Cantik?"
Semua ini tentang Max William dan segala sikap posesif dan manjanya yang seiring waktu membuat pertahanan Eila Pertiwi runtuh, dia terjebak dalam semua skema rangkaian yang dibuat Lelaki Berandalan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oviliaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Izin?
Jam pulang akhirnya tiba, seperti biasanya Max tanpa diminta menanti Gadisnya di depan pintu kelasnya. Hilir mudik beberapa Siswa dan Siswi mulai keluar dari kelas, tampaknya mereka sudah tidak terkejut lagi mendapati Lelaki itu berdiri seperti bodyguard didepan pintu kelas mereka.
Meski begitu, Para Gadis mengerumuninya dengan senyum sumringah. Namun ketika Eila keluar dari kelas, Lelaki itu langsung menghampirinya, melewati para Gadis begitu saja.
Para Gadis memandang iri, melayangkan tatapan penuh permusuhan pada Eila.
Eila meringis menyadari itu.
"Ayo, pulang." Dengan wajah tanpa merasa bersalah, Max mengulurkan tangan padanya.
Eila melirik Lelaki itu sinis. "Bisa nggak sehari aja Lo jauh-jauh dari Gue."
Max tanpa eskpresi menjawab. "Nggak."
Eila berdecak, menghentakkan kakinya kesal, berbalik pergi meninggalkan Max.
Max memasang senyum tipis, melangkah santai mengikuti Eila dengan ke-dua tangannya yang dimasukkan ke kantung celana abu-abunya.
Eila yang mengetahuinya, mendengus. Lelaki itu selalu saja seenaknya sendiri membuatnya yang Anemia bisa tiba-tiba darah tinggi.
Mempercepat langkahnya, sampai Max tertinggal jauh di belakangnya. Eila tersenyum penuh kemenangan saat berhasil lolos, meski Ia tau ini hanya untuk sementara.
Langkahnya terhenti ketika ke-empat Gadis yang akhir-akhir ini mengganggunya menghalangi jalannya.
"Wah, bagus." Ara melipat tangan didepan dada. "Seneng ya, merasa cantik dideketin Max?" Ara memandang Eila meremehkan.
"Hei, asal Lo tau. Max deketin Lo, cuman karena penasaran doang." Imbuh Vanya.
Frisia tertawa remeh. "Ih, kasian udah baper, eh cuman di PHP-in."
"Siapa yang baper?!" Sentak Eila tidak terima. "Jangan asal bicara Lo!"
"Wih, santai dong." Via tertawa, bergerak maju. "Cewek Miskin kayak Lo, nggak level sama Max."
Ke-empat nya tertawa menatap Eila seolah Gadis itu adalah manusia paling menjijikkan.
"Emang hak kalian apa ngomong kayak gitu ke Gue? Kalian Cewek-ceweknya Max?" Tanya Eila dengan nada sarkastik.
Via yang terbawa emosi menunjuk wajah Eila. "Lo--"
Sebelum sempat Gadis itu menyelesaikan kata makian nya, Max berdiri di hadapan Eila, memblokir pandangannya.
"M-max?"
Max menatapnya datar.
"Um, k-kita bisa jelasin." Ucap Vanya gelagapan, mereka ketakutan dibawah tatapan dingin Max.
"Nggak perlu." Max menggenggam tangan Eila, membawa Gadis itu pergi.
Tanpa melepaskan sedikit pun tangan Eila, Max melangkah lebar menuju parkiran VVIP yang diperuntukkan bagi tamu dan segelintir Murid yang memiliki hak privilege.
Sedangkan Eila hanya bisa pasrah mengikutinya dengan sedikit terseret karena dipaksa menyamai langkah lebar Lelaki itu.
Max baru melepasnya saat berada di hadapan Motor Sport hitam kesayangannya. Lelaki itu menunduk, memperhatikan Eila dari atas hingga bawah dengan teliti.
"Lo nggak papa?" Tanya Max, keningnya mengerut khawatir.
"Lo bisa liat sendiri, kan?" Sahut Eila terlampau kesal.
Max menggenggam tangan Eila kembali. "Maaf, seharusnya Gue nggak telat datang." Tanpa melepaskan pandangannya, Max mengecup punggung tangannya.
Eila merasakan dadanya berdesir hangat diperlakukan layaknya benda berharga oleh Lelaki didepannya itu, padahal Eila sudah bertindak kasar padanya.
Usapan lembut di puncak kepalanya membuat lamunan Eila buyar, Max menatapnya lembut.
"Kita pulang ya.." Tanpa sempat Eila cegah, Max memakaikan helm berwarna Lilac itu di kepalanya, mengaitkan pengait helmnya dengan wajah menunduk.
Mata bulat jernih Eila tidak berkedip mendapati wajah tampan Lelaki itu begitu dekat dengannya seakan mengingatkannya pada kejadian di Rooftop siang hari tadi.
Pipinya seketika merona. Sial, Eila ingin sekali menyembunyikan wajahnya.
Max menatapnya, tersenyum. Mengelus pipi kemerahan Eila. "Pipi Lo merah, Eila. Gue suka."
Jantung Eila berdegup, kencang. Matanya terpaut beberapa saat sebelum Eila melarikan pandangannya ke segala arah.
"Ck, Max!" Sentak Eila salah tingkah.
Max terkekeh kecil. Tidak ingin membuat Eila semakin marah padanya, Lelaki itu menaiki Motornya setelah memakai helm full face dan sarung tangan hitamnya.
Max menaikkan kaca helmnya, menatap Eila yang juga tengah menatapnya. Lelaki itu mengulurkan tangannya. "Ayo, naik."
Eila menerima uluran tangannya guna membantunya menaiki Motor Sport hitam itu, tanpa interupsi lagi Ia memeluk perut Max dari belakang.
Max diam-diam tersenyum mengetahui itu, menurunkan kaca helmnya Ia melajukan Motornya meninggalkan area parkiran VVIP itu.
Sepanjang perjalanan diisi keheningan seperti biasanya, hanya saja sesekali Max akan mengelus punggung tangannya yang melingkari perut Lelaki itu, meskipun dalam kondisi menyetir, Ia hanya menggunakan satu tangannya saja.
Eila yang kesal, mendekatkan diri ke pundak Max. "Max! Nyetir yang bener. Nanti jatuh gimana?!"
Max menyahutinya dengan gumaman tidak jelas, aksinya pun tidak berhenti membuat Eila semakin kesal saja.
Eila lupa kalau Lelaki yang tengah mengantarnya pulang ini adalah jelmaan Batu Arca, tidak heran kalau keras-- keras kepala maksudnya.
Motornya berhenti ketika berada tepat di hadapan gerbang rumah Eila.
Eila turun dari Motor itu dibantu dengan bertumpu pada pundak kokoh Max.
Max menaikkan kaca helmnya, sebelum dia membantunya melepaskan helm, Eila lebih dulu menjauh darinya.
"Bisa sendiri, Max.." Ucap Eila membuat Max mengerucutkan bibirnya, tidak senang, persis seperti bebek.
Eila mengulum senyum geli, memberikan helm itu pada Max, tapi Lelaki itu tidak menerima.
"Lo yang simpan, ok?"
Eila tidak mengerti, padahal ini helm Lelaki itu, kan. "Loh, tapi--"
"Gue nggak mau bawa, nanti ada Cewek yang minta ikut." Ujarnya santai.
"Ya udah, iya. Gue yang simpan."
"Hm." Max tersenyum, mengacak pelan puncak rambut Eila. "Masuk sana."
Eila mendengus, "Ini juga mau masuk." Ia berbalik pergi, namun sebelum itu tangannya di tarik kembali.
"Apa lagi?!"
Max terkekeh geli mendapati raut wajah jengkel Gadis itu. "Besok Gue nggak ke Sekolah."
Eila mengernyit. "Kenapa?"
"Ada hal yang perlu Gue urus."
"Oh.. Berapa hari?"
Max mengacak rambutnya pelan. "Cuman besok aja. Kalo Lo kangen, telfon aja."
Eila menatapnya galak. "Dih, kepedean Lo. Siapa juga yang kangen."
Max tertawa mendengarnya. "Udah sana masuk."
"Iya-iya," Eila berbalik namun baru beberapa langkah Ia kembali berbalik. "Um, hati-hati Max. Jangan ngebut!"
Max tertegun sesaat, tidak menduga kalau Eila akan mengatakan itu. Max tersenyum dan mengangguk.
Kali ini Eila benar-benar memasuki gerbang rumahnya meninggalkan Max yang menatapnya sampai tubuh ramping Gadis itu benar-benar hilang di telan pintu.
Max menatap kepergian Gadis itu. "Gue nggak biarin siapapun nyentuh Lo sedikitpun, Eila. You are mine.."
Max menurunkan kaca helmnya, melajukan Motornya meninggalkan pekarangan rumah itu dengan kecepatan di atas rata-rata.
Namun ketika teringat ucapan seseorang.
"Um, hati-hati Max. Jangan ngebut!"
Max sontak menurunkan kecepatan Motornya, ke-dua sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman tipis.
Hatinya berbunga-bunga, seolah ada jutaan letupan-letupan kembang api di sekelilingnya. Max sangat menyukai sensasi ini.
Damn! Gadis itu membuatnya gila, bisa apa Max tanpanya.
Selamat ya author..
👍👍👍👍👍
👏👏👏👏👏
♥️♥️♥️♥️♥️
musuh siapa yaa
Lanjut author 💪💪💪💪💪
♥️♥️♥️♥️♥️
😘😘😘😘😘
♥️♥️♥️♥️♥️