Khairunnisa Silviana gadis berusia 23 tahun harus merelakan masa mudanya untuk menikah dengan Kakak iparnya sendiri setelah 40 hari Kakak kandungnya meninggal setelahdunia karena mengalami kecelakaan demi menyelamatkannya.
Ia harus mengalami sikap kasar dan juga arogan dari Kakak iparnya setiap hari yang terus menyalahkannya atas meninggalnya sang istri.Tak hanya itu ia juga di paksa merawat anak sekaligus keponakannya dengan baik.
Bagiamanakah akhir dari rumah tangga mereka?.Yuk simak di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6.Permintaan Dirga
Nisa terkejut bukan main saat melihat sosok paruh baya yang menunggunya di depan butik.Gadis itu tersenyum tipis dan melangkah menuju pria itu.
"Om...",sapa Nisa dengan senyuman khasnya.
"Bisa kita bicara?",tanya pria paruh baya itu pada Nisa.
Nisa mengangguk pelan."Mari kita bicara di ruangan--
"Tidak...di restoran depan saja, sekalian makan siang",jawab pria paruh baya itu.
Nisa mengangguk pelan lalu mengikuti langkah pria paruh baya itu menuju restoran yang ada di seberang jalan.
"Kamu mau pesan apa?",tanya pria paruh baya itu saat mereka sudah menemukan tempat duduk yang nyaman untuk makan siang sekalian mengobrol.
"Apa saja Om",jawab Nisa.
Pria paruh baya itu memesan makanan yang sama untuk dirinya dan Nisa.Setelah pelayan pergi,pria itu menatap Nisa lalu membuang nafas beratnya.
"Kenapa pergi dari rumah?",tanya pria paruh baya itu.
Nisa tersenyum getir."Dari mana Om Dirga tau aku ada disini?",tanya Nisa pada pria paruh baya yang tak lain adalah Dirga tanpa menjawab pertanyaan dari Dirga.
Dirga terkekeh,Nisa kini terlihat lebih dewasa dan juga tegas."Itu hal mudah bagi saya Nisa.Kamu belum menjawab pertanyaan saya",jawab Dirga.
Nisa kembali menghembuskan nafas panjang."Mungkin Om Dirga sudah tau dari Ayah alasan aku pergi",ujar Nisa dengan hati yang kembali berdenyut nyeri.
"Ya...Bunda kamu bukan?tapi kedatangan saya bukan untuk itu",jawab Dirga.
Nisa mengerutkan keningnya."Maksud Om Dirga?",tanya Nisa.
Dirga menyodorkan sebuah surat pada Nisa membuat gadis itu main terlihat kebingungan."Bacalah!",jawab Dirga.
Perlahan Nisa mengambil surat itu dan membuka lalu membacanya.Gadis itu menutup mulutnya dengan telapak tangannya saat membaca isi surat itu.
"Om... ini--
"Iya... wasiat dari Kakak kamu",jawab Dirga.
"Bagaimana mungkin Kak Via bisa ia menulis ini Om?sementara dia tidak pernah bangun dari komanya", geleng Nisa kalau meletakkan kembali surat itu.
Dirga terlihat sendu lalu tersenyum tipis."Via menyembunyikan penyakitnya dari kita semua kecuali Lina asistennya.Via mengidap kanker darah stadium akhir dan ia sudah menyiapkan surat itu jauh-jauh hari sebelum kecelakaan naas itu terjadi",jawab Dirga.
Tes
Air mata jatuh begitu saja di pipi gadis itu.Kakak yang begitu ia sayangi menyembunyikan penyakitnya pada dirinya bahkan pada semua orang.Nafas Nisa makin tersengal menahan sesak di dadanya.Ia tidak menyangka Kakaknya yang terlihat baik baik saja mengidap penyakit yang mematikan.
Tak lama pelayan datang membawakan makan siang mereka.Nisa buru-buru menghapus air matanya.Gadis itu tersenyum terpaksa saat pelayan menyapanya.
"Bagaimana Nis?",tanya Dirga usai mereka makan siang bersama.
"Om... bagaimana dengan Mas Dion sendiri?",tanya Nisa.Ia yakin mantan Kakak iparnya itu tak akan mudah menerima kehadirannya.Apalagi ia tau Dion mencintai Kakaknya dan kini ada buah hati mereka yang akan membuat pria itu semakin sulit melupakan Via.
"Dia akan bersedia.Arsha membutuhkan sosok seorang ibu Nis.Dion tak akan bisa merawatnya sendiri.Apalagi saat ini Arsha begitu rewel dan membuat Dion tak bisa fokus bekerja.Setidaknya ini demi Arsha",ujar Dirga.
"Ar-sha?",gumam Nisa.
"Iya... Arshano,nama putra Kakakmu",jawab Dion.
"Apakah dia sehat Om?",tanya Nisa.
"Sangat,baru satu minggu yang lalu keluar dari rumah sakit",jawab Dirga.
"Bisa aku memikirkannya dulu Om",ujar Nisa.Ia tau ini sangat sulit,menikah dengan mantan Kakak iparnya yang jelas-jelas membencinya membuatnya dalam dilema.Sementara wasiat yang ditulis Via harus ia laksanakan.
"Baiklah...tapi jangan lama-lama, setelah empat puluhan hari Via kalian harus menikah",ujar Dirga membuat Nisa menghembuskan nafas beratnya.
"I-iya...",jawab Nisa terbata.
"Om akan meminta Dion menemui kamu disini besok",ujar Dirga.
"Harus ya Om?",tanya Nisa yang sebenarnya yang belum siap bertemu dengan Dion bahkan ia berharap tak ingin berhubungan lagi dengan anak-anak dari keluarga Dirgantara itu.Tapi takdir kembali mempertemukannya.
"Harus.Kalian harus membicarakan semuanya",jawab Dirga.
Setelah selesai, mereka akhirnya mengakhiri pembicaraan mereka.Nisa memberikan nomor ponselnya yang baru pada Dirga.
Dirga kembali pulang ke kediaman sementara Nisa kembali bekerja.Gadis itu ada janji fiiting baju dengan salah satu customernya setelah siang ini.
Nisa menghempaskan tubuhnya di kursi kerjanya sembari memijit kepalanya yang tiba-tiba saja berdenyut nyeri.Jauh ia pergi meninggalkan semuanya kini ia harus kembali demi permintaan sang Kakak.Lalu bagaimana dengan ancaman Arlan,ia takut pria itu semakin berbuat nekat.
"Kak...kenapa harus aku?",batin Nisa.
***
"Apa ini Pa?",tanya Dion saat Dirga melempar sebuah kertas kecil di meja kerjanya.Ia harus datang ke kantor karena ada meeting yang tidak bisa ia wakilkan pada Yudi.
"Alamat tempat kerja Nisa, temui dia secepatnya!",jawab Dirga duduk di hadapan putranya itu.
"Aku tidak ada waktu Pa", elak Dion lalu kembali fokus pada laptopnya.
"Dion...ini perintah!",ujar Dirga tegas.
"Pa...aku--
"Pikirkan Arsha,Dion.Dia butuh sosok seorang ibu.Dia masih merah",ujar Dirga yang geleng-geleng kepala melihat sikap keras kepala anak sulungnya ini.
"Hufffhh... baiklah",jawab Dion akhirnya membuat Dirga tersenyum tipis.
Dion membuang nafas beratnya, permintaan Papanya membuatnya pusing.Belum lagi masalah yang tiba-tiba muncul kebenaran tentang sosok misterius yang menjadi dalang kecelakaan Via.Tapi dirinya yakin Nisa lah yang menjadi dalangnya,entah apa motifnya Dion tidak tau.
"Yudi,ke ruanganku sekarang!",ujar Dion melalui sambungan telepon.
Ceklek
"Ada yang bisa saya bantu Tuan?", tanya Yudi.
"Kosongkan jadwalku besok pagi",ujar Dion yang matanya fokus pada deretan angka di laptopnya.
"Baik Tuan,ada lagi?",tanya Yudi.
"Tidak.Kamu keluarlah!",jawab Dion dengan tatapan dinginnya.
"Aku akan pastikan kamu akan lupa apa itu kata bahagia,Nisa",batin Dion tersenyum smirk.
Sementara itu di kediaman Hasbi,pria itu terlihat terbaring lemah semenjak Nisa meninggalkan rumah dan tidak bisa di temukan sampai saat ini.
Aldo terus melakukan pencarian dan hasilnya nihil.Ia tak bisa menemukan keberadaan sang adik yang kini entah dimana.
Sedangkan Arumi semakin menyalahkan Nisa atas apa yang terjadi.Ia semakin membenci gadis itu semenjak sang suami terbaring sakit dan juga permintaan Dirga yang meminta Nisa menikah dengan mantan suami Kakaknya itu.
Arumi berasumsi jika semua ini rencana Nisa yang ingin menjadi menantu keluarga Dirgantara,sehingga menyingkirkan Kakaknya.
"Al...apakah Nisa sudah kamu temukan?",tanya Hasbi yang terlihat pucat.
Aldo menggeleng."Maafkan Aldo belum bisa menemukannya Pa",jawab Aldo.
"Nisa... Nisa...Nisa saja terus yang disebut dirumah ini.Dia sudah membunuh putri kita Mas.Dia pembunuh",pekik Arumi histeris.
"Bunda... tenanglah",ujar Aldo memeluk sang ibu untuk menenangkannya.
"Nisa bukan anak kita Mas, untuk apa lagi kalian mencarinya", pekik Arumi.
"Rumi...", Hasbi menatap tak percaya pada sang istri yang tega mengatakan hal seperti itu.
"Apa?"
...****************...
pak Dirga aja belum mau ngubungi Dion, takutnya terjadi pertengkaran sesama anak.
Khan mestinya ditunda dulu ke rumah Vita...
padahal maksudnya, Dion nanyain Arsha ke Emily.
karena otot melupakan tanda koma setelah nama Emily.
kasih kata kata mesra... biar berbunga bunga tu hati istri...
Nisa itu cinta sama Dion, makan Via sengaja kasih wasiat, untuk mempersatukan mereka.
cinta datang dengan sendirinya.