NovelToon NovelToon
Penjaga Gerbang Semesta

Penjaga Gerbang Semesta

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / Mengubah Takdir / Dokter Ajaib / Kultivasi Modern
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: ansus tri

**Meskipun cerita ini beberapa diantaranya ada berlatar di kota dan daerah yang nyata, namun semua karakter, kejadian, dan cerita dalam buku ini adalah hasil imajinasi penulis. Nama-nama tempat yang digunakan adalah *fiksi* dan tidak berkaitan dengan kejadian nyata.**

Di tengah kepanikan akibat wabah penyakit yang menyerang Desa Batu, Larasati dan Harry, dua anak belia, harus menelan pil pahit kehilangan orang tua dan kampung halaman. Keduanya terpisah dari keluarga saat mengungsi dan terjebak dalam kesendirian di hutan lebat.

Takdir mempertemukan mereka dalam balutan rasa takut dan kehilangan. Saling menguatkan, Larasati dan Harry memutuskan untuk bersama-sama menghadapi masa depan yang tak pasti.

Namun, takdir memiliki rencana besar bagi mereka. Pertemuan mereka bukanlah kebetulan, karena keduanya ditakdirkan untuk memikul tanggung jawab yang jauh lebih besar. Menjadi Penjaga Gerbang Semesta. Dan pelindung dunia dari kehancuran!. Selamat menikmati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ansus tri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14. Berangkat

Hari ini, Markas Militer Seroja Timur dipenuhi  dengan kegaduhan dan persiapan untuk mengirim bala bantuan ke medan perang. Pasukan dari Kota Seroja bersiap-siap untuk bergabung dengan pasukan dari kota lainnya dan maju ke garis depan medan perang.

Harry dan Rina, dua tenaga medis muda yang baru saja bergabung dengan kelompok ini, merasa tegang namun siap menjalankan tugas mereka. Mereka menyadari betapa pentingnya peran medis mereka, dan bersumpah

untuk memberikan yang terbaik.

Setelah memperlihatkan surat tugas kepada petugas keamanan, Harry dan Rina diarahkan ke Kamp Militer. Mereka disambut hangat oleh seorang letnan muda yang menjelaskan tugas-tugas mereka selama misi ini.

 "Kalian bertanggung jawab atas penanganan medis  pasukan kami di medan perang," kata Letnan itu, memberikan instruksi pada Harry dan Rina.

"Jadi kami akan merawat prajurit yang terluka, Letnan?" tanya Rina dengan antusias.

"Betul sekali, Dokter. Kalian akan menjadi garda terdepan dalam menjaga kesehatan tim ini. Selalu siap dan lakukan yang terbaik untuk para pasukan kita," jawab Letnan dengan tegas.

Harry dan Rina mengangguk serentak, menunjukkan keseriusan mereka dalam menjalankan tugas. Mereka tahu tantangan besar menanti, namun mereka siap menghadapinya.  Hari demi hari berlalu, dan akhirnya saatnya pasukan dari Markas Militer Seroja Timur bersiap untuk berangkat ke medan perang. Harry dan Rina, bersama dengan tim medis lainnya, memeriksa perlengkapan medis mereka dan memastikan semuanya lengkap.

"Jaga diri baik-baik, lakukan yang terbaik, dan kembali dengan selamat," ucap seorang perawat senior kepada Harry dan Rina sebelum mereka meninggalkan markas.

Saat mereka dalam perjalanan menuju medan perang, Harry dan Rina merenungkan tentang tugas yang menanti mereka. Mereka mengingat janji untuk menjaga kesehatan pasukan dan merawat setiap prajurit yang terluka

dengan sebaik mungkin.

Dua jam perjalanan mereka, dengan menggunakan pesawat angkut besar yang membawa sekitar 500 orang. Ketika tiba di garis depan medan perang, situasinya sangat genting. Suara tembakan, teriakan, dan ledakan

terdengar dari kejauhan. Pasukan dari Kota Seroja segera bergabung dengan pasukan lainnya dan bersiap untuk bertempur.

 "Kita harus segera mendirikan posko medis," kata Harry kepada Rina, memimpin mereka ke lokasi yang telah

ditunjuk untuk mendirikan tenda medis.

Setelah menyiapkan segalanya, Harry dan Rina mulai menerima pasukan yang terluka. Mereka bekerja tanpa henti, memberikan pertolongan medis kepada setiap prajurit yang membutuhkan. Mereka melakukan operasi kecil, memberikan akupunktur, dan memberikan obat-obatan, berusaha untuk memulihkan pasukan agar bisa kembali berdiri dan melanjutkan pertempuran.

"Kamu luar biasa, Rina. Kita berhasil menyelamatkan banyak nyawa hari ini," ucap Harry setelah jam kerja mereka selesai.

Rina tersenyum lebar, merasa bangga dan puas dengan apa yang mereka capai bersama. Keduanya semakin mendekat dan saling mendukung satu sama lain dalam menghadapi berbagai tantangan di medan perang.

Namun, di tengah kemenangan mereka, pasukan dari Kota Seroja diserang secara mendadak oleh musuh yang tak terduga. Mereka terkepung dan terpojok, tanpa jalan keluar yang jelas.

Kemenangan yang tadinya terasa di ujung jari, lenyap dalam sekejap. Raungan mesin perang memecah keheningan, bukan dari pasukan mereka. Dari balik cakrawala, muncul bayangan-bayangan gelap yang bergerak cepat, menyerbu masuk seperti gelombang pasang yang menghantam pantai yang tenang.

“Musuh! Mereka menyerang!”

Pekikan peringatan itu merobek kegembiraan, digantikan oleh kekacauan yang memekakkan telinga.Prajurit-prajurit berhamburan mencari perlindungan, wajah-wajah mereka tegang oleh adrenalin dan ketakutan. Suara tembakan dan ledakan beradu di udara,  membentuk simfoni kematian yang mengerikan.

"Kita harus bertahan, kita tidak boleh menyerah," kata Harry kepada Rina, memberikan semangat pada pasukan

lainnya. Dengan tekad yang kuat, pasukan Kota Seroja terus melawan, meskipun dalam situasi yang sangat sulit. Harry dan Rina terus bekerja keras merawat prajurit yang terluka, meskipun kondisi semakin memburuk.

Tiba-tiba, ledakan besar mengguncang tempat itu.

Boomm..!!

Harry dan Rina segera berlari menuju sumber ledakan, dan mereka melihat sesuatu yang membuat mereka terperangah. Tanah bergetar hebat di bawah kaki mereka, hampir membuat mereka kehilangan keseimbangan.

Harry mencengkeram tangan Rina, menariknya agar tetap dekat saat mereka berlari menerobos asap yang mengepul. Peluru melesat di atas kepala mereka, suaranya memekakkan telinga, dan sekali Harry merasakan hembusan angin panas saat sebuah peluru nyaris mengenai kepalanya.

Reruntuhan bangunan berjatuhan di sekitar mereka, menghujani mereka dengan debu dan puing-puing.

Namun, mereka terus berlari, didorong oleh rasa penasaran dan ketakutan yang  sama besarnya.

“Peluru kendali! Mereka menggunakan peluru kendali!” teriak Rina, suaranya nyaris tenggelam dalam deru ledakan. Wajahnya yang biasanya tenang kini pias, memantulkan kengerian yang mencengkeram hati mereka.

Tanpa membuang waktu, Harry dan Rina berlari zig-zag di antara reruntuhan, menghindari puing-puing yang berjatuhan dan peluru yang bertimbal balik. Setiap detik terasa seperti seabad, setiap napas penuh dengan debu dan bau mesiu.

Mereka harus segera menemukan komandan dan menyampaikan informasi penting ini. Nyawa ratusan prajurit, termasuk nyawa mereka sendiri, bergantung pada kecepatan mereka.

Harry dan Rina segera melaporkan situasi ini kepada komandan mereka. Mereka tahu mereka harus segera mencari cara keluar sebelum terlambat.

Kabar kedatangan pasukan bantuan menyebar seperti angin segar di tengah keputusasaan. Dengan semangat baru, pasukan Kota Seroja, bahu-membahu dengan pasukan sekutu, berhasil memukul mundur serangan musuh. Langit malam yang tadinya tercerahkan oleh kobaran api kini kembali gelap, hanya diterangi oleh bintang-bintang yang tampak redup.

Kemenangan berhasil mereka rebut, namun harganya sangat mahal. Medan perang kini hanyalah pemandangan sunyi yang dipenuhi dengan puing-puing dan tubuh-tubuh yang terbujur kaku, bisu mengingatkan mereka akan sisi kelam kemanusiaan.

Beberapa hari berikutnya, Harry dan Rina bersama 30 prajurit lainnya mendapat tugas berat sebagai tim medis dan prajurit baru.

Mereka ditugaskan ke garis depan untuk berperang  melawan musuh yang tak boleh dianggap remeh. Tanpa banyak persiapan dan latihan, keduanya naik ke helikopter yang siap membawa mereka ke medan perang.

"Aku gugup, Harry," kata Rina, suaranya gemetar.

Harry tersenyum tipis, mencoba menenangkan Rina. "Kita harus tetap fokus dan waspada. Kita bisa melewati ini bersama."

"Helikopter pun mulai berputar dan terbang menuju medan perang yang penuh bahaya. Dalam perjalanan, suara ledakan bom mulai terdengar dari luar.

"Baamm!!!

Apa itu?" teriak Rina khawatir. "Serangan!" sahut pilot helikopter. "Kita terjebak dalam penembakan musuh. Saya akan mendaratkan kalian di pinggiran Hutan Cendawan untuk sementara waktu.

"Rina menatap Harry dengan pandangan serius. "Kita harus siap-siap, Harry. Aku akan mengambil senjata dan amunisi. "Mereka pun segera bersiap-siap dengan membawa peralatan tempur masing-masing. Saat mereka mendarat di Hutan Cendawan, suasana hutan gelap dan sunyi membuat keduanya semakin waspada.

"Lindungi aku, Harry. Aku akan melihat sekitar," ujar Rina sambil memeriksa sekeliling hutan. Tiba-tiba, dari balik semak-semak, muncul sekelompok musuh yang siap menyerang. Harry dan Rina pun langsung menembak tanpa ragu.

"Sialan, mereka semakin banyak!" teriak Rina sembari menembaki musuh. Di tengah hutan yang teduh dan sunyi, Harry dan Rina bersembunyi di balik semak-semak yang lebat.

Matanya tajam memperhatikan setiap gerak-gerik musuh yang berada di kejauhan. Dia menggenggam erat senjata pilihan, siap untuk melawan apapun dan siapapun yang menghalangi misinya.

Tiba-tiba, seorang pemimpin musuh melangkah maju, langkahnya tegap dan penuh kepercayaan diri. "Hehehe Kalian tidak akan bisa kabur dari sini. Kami sudah mengetahui mengepungmu," ucap pemimpin musuh dengan suara mengancam.

Namun, Harry tidak gentar meskipun diancam oleh pemimpin musuh. Sebaliknya, dia merasa geram. Dengan sigap, Harry menembak tepat ke arah kaki pemimpin musuh, membuatnya tersungkur dengan kesakitan.

"Kamu salah target. kami tidak akan pernah menyerah," ucap Harry tegas sambil menyambar senjata lain di sisinya.

Pemimpin musuh yang merintih kesakitan itu mencoba bangkit, namun Harry segera melesat menyerang yang lain dengan pukulan dan tendangan kakinya.

Kekuatan-nya sekarang telah semakin meningkat, dan beberapa menit kemudian 40 orang tentara musuh sudah pingsan terkapar di tanah.

"Astaga, Dokter Harry. Kamu benar-benar seorang petarung yang hebat," ucap salah seorang Prajurit yang masih sadar.

Di-ikuti pandangan kagum dari prajurit yang lain dengan kemampuan Harry. Namun, Harry hanya tersenyum tajam dan berkata, "Kesempatan terakhir, serahkan dirimu atau siap-siap menerima akibatnya.

"Tanpa menunggu jawaban dari musuhnya, Harry melancarkan serangan terakhir. Dengan kecepatan dan ketepatan yang luar biasa, ia berhasil melumpuhkan sisa-sisa pasukan musuh yang masih berani melawan.

Hutan yang tadinya sunyi kini menjadi penuh dengan suara benturan dan teriakan  para prajurit yang bertempur.

Setelah pertempuran sengit itu berakhir, Harry duduk lemas di rerumputan yang dipenuhi darah musuh. Dia merasakan keringat yang mengalir deras di tubuhnya, namun hatinya penuh dengan kebanggaan."Aku

berhasil melawan musuh-musuhku " pikir Harry dalam hati.

Tetapi tiba-tiba, sebuah suara yang tidak asing membuyarkan lamunannya. "Harry, kamu hebat sekali. Aku tidak menyangka kamu bisa mengalahkan puluhan tentara musuh sendirian," ucap Rina yang muncul sambil

memeluk tubuhnyadari belakang.

"Kita harus cepat, Harry! Kita harus menemukan jalan keluar dari sini!" ucap Rina bergerak duduk disisinya.

1
Amelia
Harry dan Larasati god job...👍👍👍
ansus tri
terima kasih.
Neng Moy
lanjutkan ceritanya seru
ansus tri: tiap hari akan update tiga bab. terimakasih 🙏
total 1 replies
Amelia
semangat aku dukung per bab ya ❤️❤️❤️
ansus tri: terimakasih atas dukungan-nya 🙏
total 1 replies
Amelia
aku mampir Thor semangat ❤️👍
💟《Pink Blood》💟
Jantung berdegup kencang.
Levi Ackerman
Tolong update cepat, jangan biarkan aku mati penasaran 😩
Gassing Richies: itulah knp sy mlaas buka jika msih kurang stocknya....tungguin banyak dulu sekira 100an baru star
total 1 replies
yeqi_378
Gak sabar lanjut ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!