Dibiarkan, tidak dihiraukan, dimakzulkan. Hal itulah yang terjadi dalam kehidupan Keira yang seharusnya Ratu di kerajaan Galespire.
Dan setelah menjalani setengah hidupnya di penjara bawah tanah. Keira akhirnya menghadapi maut di depan matanya. Tubuh dan pikirannya tak sanggup lagi menanggung kesedihan. Membuat tubuh renta dan lemahnya menyerah.
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Keira berjanji. Kalau bisa menjalani kehidupannya sekali lagi, dia tidak akan pernah mengabdikan diri untuk siapapun lagi. Apalagi untuk suaminya, Raja yang sama sekali tidak pernah mempedulikan dan menyentuhnya. Yang selalu menyiksanya dengan kesepian dan pengkhianatan. Dia akan menjadi Ratu yang menikmati hidup.
Setelah meninggal, Keira membuka mata. Ternyata dia kembali ke saat malam pernikahannya. Dia mengubah air mata yang menetes menjadi senyum. Dan mulai merencanakan kehidupan bahagianya. Menjadi seorang Ratu yang disukai banyak pria. Sehingga dia tidak akan pernah kesepian lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Apa yang sebenarnya kau lakukan tadi? Apa kau mau mempermalukan kami?" tanya ayah Matthew Malone.
"Tidak, Ayah"
"Siapapun wanita yang berada di sisi Raja, sudah pasti memiliki kedudukan yang lebih tinggi. Daripada seseorang yang sengaja diletakkan jauh dari Raja. Apapun jabatannya"
Matthew menyadari kesalahannya. Seharusnya dia tidak menggiring kedua orang tuanya untuk mendatangi Ratu.
"Untung saja Raja tidak tersinggung tadi. Kau harus tahu kedudukan setiap orang di istana. Hanya pilih yang paling dekat dengan Raja. Dan kau akan baik-baik saja"
Matthew terdiam. Tidak bisa membantah kata-kata ayahnya.
Matthew Malone, pria berusia 28 tahun yang telah menjadi Jenderal besar di kerajaan Galespire. Terbiasa dengan darah yang mengucur dari tubuh lawannya. Selalu siap menghunus pedang untuk Raja yang dihormatinya. Tiba-tiba dihadapkan pada seorang wanita dengan pandangan tulus dan. Tak pernah dia kira, dunianya yang kelam akan tampak bersinar tiap kali berada di sisi wanita itu.
Meski dia tahu tidak akan mungkin mendapatkan wanita itu. Tapi setidaknya, tiap kali melihat Ratu, hatinya terasa hangat. Dan itu sudah cukup.
Kali ini, saat akhirnya Ratu berkunjung ke Aetherlyn. Matthew menjadi terlalu bersemangat. Ingin mengenalkan kedua orang tuanya. Pada seorang wanita yang bisa menerangi dunianya yang selalu berada dalam bayangan hitam. Sayangnya, itu langkah yang bodoh. Dia harus bisa menakan perasaannya sendiri. Tidak boleh melakukan kesalahan seperti ini lagi. Karena bagaimanapun keadaannya, wanita itu adalah istri Raja. Seorang Ratu kerajaan.
"Sepertinya Jenderal Malone dimarahi" kata seorang wanita yang selalu berada dipikirannya akhir-akhir ini. Menyusulnya yang bosan pada pesta penyambutan Raja.
"Selamat malam Ratu"
"Meski itu adalah kesalahan. Tapi terima kasih telah membuatku dikenali. Bukan sebagai bangsawan yang mengikuti rombongan. Tapi sebagai Ratu Galespire. Meski sekarang, hal itu tidak lagi penting. Karena mereka akan selalu berada di sekitar Raja. Bukan di sekitar Ratu yang diabaikan"
Diabaikan? Jadi Ratu sadar betul telah diabaikan oleh Raja. Matthew tidak bisa mengatakan apapun untuk menyangkal hal itu. Karena jelas sekali Raja hanya mencintai Nona Mary. Bukan Ratu.
Tapi wanita itu telah bertahan dengan baik selama satu bulan ini. Tidak hanya melakukan pekerjaan Ratu, juga menahan perasaan karena harus berbagi suami dengan wanita lain. Yang lebih diperhatikan oleh Raja.
"Apa Anda bisa menunggang kuda, Ratu?" tanyanya.
"Kuda? Aku pernah belajar berkuda saat bersiap untuk menjadi Ratu"
"Aetherlyn adalah wilayah yang memiliki kuda paling bagus di kerajaan ini. Karena banyak terdapat Padang rumput yang luas, kuda Aetherlyn memiliki spesifikasi unggul. Bahkan dari kuda yang dimiliki oleh kerajaan"
"Benarkah?"
"Apa Anda ingin melihat kuda Aetherlyn, Ratu?"
Daripada melihat Ratu yang lebih banyak termenung di kunjungannya ke Aetherlyn. Lebih baik Matthew mengajak Ratu pergi melihat keindahan Aetherlyn.
"Tentu saja. Kapan kita pergi?" tanya Ratu bersemangat.
"Besok pagi sekali. Itu kalau memang Anda ingin melihat mereka berkumpul di Padang rumput" ajak Matthew.
"Baik"
Matthew tidak mengira Ratu akan segera menyetujui ajakannya. Tapi dia akan merasa terhormat dapat memperkenalkan kelebihan Aetherlyn pada Ratu dari wilayah Nemorosa.
Setelah pesta penyambutan yang berpusat pada Raja dan istri keduanya. Matthew tidak dapat tidur. Dia begitu bersemangat untuk mengajak Ratu melihat apa yang sangat dia rindukan dari Aetherlyn.
Tepat setelah matahari terbit. Seorang wanita dengan mantel bertudung berwarna biru tua menghampirinya di taman dekat aula.
"Anda sudah siap Ratu?" tanyanya.
"Siap"
Matthew mengajak Ratu pergi ke tempat dimana kudanya berada.
"Saya telah menyiapkan kuda untuk Anda"
"Apa? Tapi ... Kuda yang dipakai saat aku berlatih tidak setinggi ini. Apa Jenderal Malone yakin aku bisa menungganginya dengan selamat?"
Matthew lupa. Kuda Aetherlyn memang lebih tinggi dari kuda wilayah lain. Tapi tidak mungkin dia menjaga Ratu di satu kuda yang sama. Itu akan melanggar peraturan kerajaan. Dan dia bukan orang yang suka melanggar aturan.
"Anda tidak perlu khawatir. Kuda ini tidak pernah membuat masalah. Dan saya akan selalu berada di dekat Anda" jawabnya menghapus keraguan Ratu.
Keduanya akhirnya berangkat ke Padang rumput. Ini pertama kalinya Matthew membawa seorang wanita ke sebuah tempat yang disukainya. Jantungnya berdetak kencang, melebihi saat dia yang harus menghadapi musuh terkuat.
Tak lama, keduanya sampai di sebuah Padang rumput luas. Disinari oleh bulan, tampak beberapa kuda berkumpul di tengah Padang rumput itu.
"Apa semua itu kuda Aetherlyn?" tanya Ratu antusias.
"Iya"
"Mereka begitu tinggi, besar dan cantik sekali. Bagaimana bisa mereka tampak begitu anggun?"
Matthew bangga mendengar pujian Ratu pada kuda Aetherlyn. Dengan lembut, dia menurunkan Ratu dari kuda, dan menyadari kalau ternyata wanita itu ringan sekali.
"Mereka adalah kebanggaan Aetherlyn. Raja sengaja memilih kuda dari wilayah kami, karena selain anggun, mereka juga kuda yang kuat berada dalam kondisi wilayah apapun" jelasnya membuat mata yang semalam kosong itu begitu cerah.
"Apa mereka terbiasa dengan kehadiran orang?" tanya Ratu.
"Selama Anda tidak berniat jelek, mereka pasti akan menyambut dengan baik"
Wanita itu mengendap-endap perlahan ke arah kuda yang berkumpul. Matthew bersiap seandainya kuda-kuda itu bereaksi berlebihan. Tapi ... Semua kuda itu hanya diam saja menyambut kedatangan Ratu. Bahkan menghampiri dan berkumpul selayaknya Ratu adalah bagian dari mereka.
Salah satu kuda bahkan menyembur pelan pada Ratu. Membuat tudung gelap turun dan menyingkap rambut keemasan Ratu yang terurai panjang.
Dengan sinar matahari yang baru muncul, sebuah pemandangan indah terungkap di depan mata Matthew. Dia terpukau dengan kehadiran Ratu yang secara alami sesuai dengan wilayah Aetherlyn. Tidak tahu kenapa, Matthew bergerak mendekat ke arah wanita itu dan tersenyum.
Mungkin itu adalah senyum paling tulus yang dia berikan pada seseorang.
"Sekarang saya tahu kenapa berada di dekat Anda, saya merasa nyaman dan aman" kata Ratu merupakan pujian yang paling berharga untuk Matthew. Tepat di tempat ini, sekarang, dia berjanji akan melindungi wanita itu. Dari segala macam ancaman yang akan mendekati wanita itu.
Dia tidak akan membiarkan Ratu terluka, meski harus mengorbankan dirinya sendiri.
"Ratu" panggilnya.
"Iya"
"Saya akan membantu Anda" ucapnya lalu mengulurkan tangan. Ingin membantu wanita itu naik ke salah satu kuda yang mengitari mereka.
"Tolong jaga aku!"
"Saya akan menjaga Anda"
Ratu meletakkan telapak tangannya yang kecil di atas tangan besar Matthew. Dan dengan mudah, dia mengangkat tubuh Ratu ke atas kuda dengan bulu putih bersih. Membawa kuda itu berjalan berkeliling dengan perlahan agar Ratu tidak merasa takut.
Keduanya menikmati waktu berharga ini dengan tenang. Sampai mereka diharuskan kembali ke rombongan untuk menjalankan peran masing-masing.