Lintang yang baru pulang ke kampung halamannya setelah 2 tahun merantau ke kota menjadi baby sitter merasakan kampungnya sangat mencekam. Ia melihat sosok mahluk menyeramkan saat Maghrib karena tidak percaya dengan cerita Doni bahwa kampungnya sedang terjadi teror oleh hantu Seruni.
Siapa Seruni sebenarnya, mengapa ia meneror warga kampung Sedap Malam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Mereka berboncengan menuju ke rumah Andre, karena Lintang sudah berjanji akan mendatangi rumahnya sebelum pergi ke desa sebelah.
"Lintang!" sapa Andre yang baru keluar rumah. Ia melihat Lintang datang dengan di bonceng motor oleh seorang pria, Andre lantas mendekati Lintang dan menatap pria yang datang bersama dengan Lintang.
"aku kemarin kan sudah bilang mau Dateng ke sini sebelum pergi ke desa sebelah. Mana istri mu? Aku pengen kenalan." kata Lintang.
"Ayok masuk, biar aku kenalin sama istriku, dan kamu nggak mau kenalin aku sama dia?" kata Andre tersenyum menatap Doni.
Lintang menoleh dan menarik tangan Doni agar mendekat.
"kenalin, ini namanya Doni." kata Lintang mengulurkan tangan kanan Doni untuk berkenalan dengan Andre.
"Lintang, aku bisa sendiri nggak perlu kamu giniin." ucap Doni menatap tangan Lintang yang memegangi tangannya.
"Eeeh, iya. Maaf Don hehehe." Doni dan Andre tertawa bersama dan mereka saling mengenalkan nama mereka masing-masing.
"Duduk dulu sebentar ya, aku panggilkan istriku sebentar." ucap Andre ketika mereka sudah masuk ke dalam rumah. Ia lalu berlalu kebelakang rumah untuk memanggil Shita yang sedang memasak di dapur.
Tak lama kemudian Andre keluar bersama dengan seorang wanita cantik yang sedang hamil besar. Wanita itu berkulit putih bersih dengan rambut yang di cepol asal, ditangannya juga ia membawa baki yang berisi 2 cangkir teh hangat.
"Nah, kenalin, ini istriku namanya Shita, sayang kenalkan ini Lintang teman bermainku di kampung dan di sebelahnya itu pacarnya." ucap Andre sarkas. Hingga membuat Lintang dan Doni saling menatap sesaat. Doni dan Lintang lalu tersenyum dan menjabat tangan Shita untuk berkenalan.
Antara Doni dan Lintang tidak ada niat untuk menjelaskan pada Andre jika mereka tidak memiliki hubungan apapun.
"Jadi kamu istrinya Andre, salam kenal ya Shita, maaf waktu kalian nikah aku nggak bisa datang, karena aku waktu itu lagi kerja sebagai baby sitter di kota. Yaa tau sendiri lah, nggak bisa seenaknya pergi kan ada anak majikan yang harus aku asuh." jelas Lintang saat mereka sudah berkenalan.
"nggak papa mbak, udah lewat juga." kata Shita sambil tersenyum.
"Oh iya, selama kalian disini nggak ada kejadian aneh-aneh gitu?" tanya Lintang penasaran. Andre dan Shita saling tatap karena mendengar perkataan Lintang.
"Aneh-aneh gimana maksudmu Lintang?"
tanya Andre penasaran.
"nggak kok Lintang cuma iseng aja" kata Doni menyela "aku cuma mau kasih tau aja, selama disini kalian sebaiknya jangan keluar rumah setelah ashar sampai setelah subuh besoknya. biar bagaimanapun juga istrimu sedang hamil." ucap Doni lagi mengingatkan.
"Owh, pasti kalian mau bilang tentang teror yang terjadi di kampung ini kan." ucap Andre tersenyum. Doni dan Lintang serentak mengangguk. Sedangkan Shita dan Andre tersenyum.
"Untuk itu emak udah cerita mbak Lintang, tapi aku yakin semua akan baik-baik saja. Aku selalu punya pemikiran sesuatu yang kita yakini pasti akan terjadi. Dan sesuatu yang tidak kita yakini tidak akan pernah terjadi. Aku dan mas Andre sama sekali nggak percaya dengan hal itu, itu hanya pantangan orang dulu untuk mencegah ibu hamil agar anteng dirumah selepas ashar. Bukan karena ada apa-apa nya. Lagipula kata mas Andre selama ia hidup di kampung ini semua baik-baik saja, tidak pernah ada cerita wanita hamil di teror hantu Seruni, kalo memang ada teror kenapa nggak dari dulu aja, kenapa baru sekarang. Orang hamil di kampung ini kan sejak dulu udah ada." jelas Shita panjang lebar.
Dan hal itu membuat Lintang kesal setengah mati, tapi ia tidak bisa memaksakan keyakinannya karena ia sendiri belum melihat sendiri wanita hamil yang menjadi tumbal, hanya cerita dari mulut ke mulut saja. Justru kejadian gadis perawan yang tewas karena di bunuh seruni ia sudah melihatnya sendiri karena baru beberapa hari Sulis meninggal.
Doni yang mengetahui kekesalan Lintang reflek menggenggam tangan Lintang yang berada di sebelahnya.
"Ini bukan hanya sekedar rumor mbak Shita mas Andre, saya sendiri melihat dengan mata kepala sendiri jika ada mahluk yang jelas mengincar wanita hamil, saat malam pertama tahlilan di rumah Sulis saya beserta ust Danu pak RT dan beberapa bapak-bapak lainnya melihat rumah Sulis di datangi oleh sesosok mahluk menyeramkan, dan kemudian Nurul kakaknya Sulis menghilang dari kamarnya. Ketika kami menyadari bahwa Nurul menghilang kami langsung mencari Nurul, dan kami melihat Nurul sudah pingsan di kebun dekat kelurahan. Ini bukan hanya perkara teror Seruni mbak, Seruni hanya mengincar gadis perawan yang lahir pada malam bulan purnama. Tapi ada sesosok lainnya yang mengincar wanita hamil yang bayinya akan di jadikan tumbal" terang Doni, ia tidak ingin jika nantinya Shita mengalami hal serupa dengan para wanita hamil lainnya.
Tapi lagi-lagi Andre dan Shita seperti tidak takut sama sekali. "kami berterima kasih pada mbak Lintang dan mas Doni karena sudah mengkhawatirkan saya, tapi percayalah. Saya dan bayi saya akan baik-baik saja." ucap Shita sembari tersenyum.
"Benar kata Shita, kami akan baik-baik saja. kami mohon doa nya saja untuk keselamatan Shita dan calon anak kami ya." kata Andre menimpali.
Lintang dan Doni tak bisa mengatakan apapun lagi, karena tidak etis jika mereka memaksakan kehendak mereka pada Shita dan Andre.
setelah mengobrol kurang lebih 1 jam. Lintang memutuskan untuk pamit undur diri karena ia ingat jika Doni masih ada urusan lainnya.
"Terimakasih sudah mau berkunjung ke sini ya lintang, Doni." kata Andre sambil mengantarkan mereka ke depan rumah.
"Sama-sama, aku pengen kenalan sama istrimu ndre, ya udah kalo gitu kita pamit dulu ya." lintang melakukan cipika-cipiki dengan Shita sedang Doni berjabat tangan dengan Andre. Mereka kembali menaiki kuda besi milik Doni yang berharga ratusan juta itu menuju kampung sebelah.
"Aku nggak ngerti ya sama jalan pikiran Andre dan istrinya, kenapa bisa nggak khawatir gitu, bisa santai banget. Padahal di kampung ini masih genting." ucap Lintang kesal saat mereka berada di perjalanan.
Doni tersenyum menatap Lintang yang mengomel melalui kaca spion.
"Sudah Lintang, jangan memaksakan kehendak kita. Lebih baik doakan saja semoga Shita dan kandungannya baik-baik saja." Kata Doni mengingatkan. Lintang hanya menghela nafas kasar dan mengangguk dengan ekspresi masih kesal.
Setelah melakukan perjalanan kurang lebih 1 jam, mereka sudah sampai di depan rumah milik bulek Lingga.
ia turun dari motor dan langsung mengetuk pintu kayu di depannya.
namun berkali-kali mengetuk ia tak mendapatkan jawaban dari dalam rumah. lintang memutuskan untuk menanyakan pada tetangga di sebelah rumah buleknya.
"Permisi Mbah, maaf mau tanya, bulek Sri dan suaminya kemana ya?" tanya Lintang pada seorang nenek yang sedang duduk di bale-bale. Nenek tersebut menoleh pada Lintang dan menatap Doni di sebelahnya dengan tatapan menghunus.
"Bocah edan, ayengene geleman dadi budak setan." ucap nenek tersebut menggunakan bahasa Jawa. Mendengar nenek tersebut mengatakan hal tersebut dengan menatap tajam Doni Lintang merasa terkejut. Ia lalu menoleh kearah Doni.
"Nenek itu ngomong apa Lintang?" tanya Doni polos, karena memang ia tidak mengerti bahasa Jawa.
Lintang tersenyum hambar dan menggelengkan kepalanya pelan.
"Aku belum yakin pastinya, aku juga nggak ngerti dia ngomongin siapa." jawab Lintang. Saat itu kemudian ada seorang wanita seumuran ibunya keluar dari rumah.
"Ya ampun Mak, ngomong opo sih Sira. Aduuh dek, nggak usah di denger ya, emak memang kalo ngomong suka ngelantur." kata ibu tersebut merasa tidak enak.
Lintang dan Doni mengangguk dan tersenyum.
"Kalian cari siapa ya?"
"Oh, itu buk, saya ponakannya bulek Sri dari kampung Sedap malam, kira-kira bulek Sri kemana ya buk?" tanya Lintang.
"Oh, Mbak Sri tadi pagi pergi sama suami anak dan menantunya menuju ke rumah besannya untuk berkunjung, katanya disana mau ada acara slametan nikahannya Nilam dan suaminya. Mungkin sedikit lama karena kampung suaminya Nilam jauh." ucap wanita tersebut.
Mendengar hal itu Lintang langsung lemas.
"Ya sudah buk, makasih ya infonya. Kalo gitu kita pamit dulu."
"Iya mari." jawab wanita itu lalu memapah nenek yang ia panggil emak, untuk masuk ke dalam rumah.