REINKARNASI berkali-kali dan berpacaran dengan seorang MALAIKAT TERKUTUK? Oh, please! Itu hanyalah sebuah cerita fantasi!
Tapi di Cerita ini, semuanya terasa... NYATA!
Kisah CINTA terlarang antara Manusia dan Malaikat, yang menyebabkan terjadinya peperangan antara Malaikat dan Golongan Terasing.
Golongan Terasing adalah Makhluk Abadi yang memburu seorang Myra Ainsley (Manusia), karena sudah menyalahi TAKDIR dengan melakukan REINKARNASI berkali-kali.
Itulah sebabnya Ignatius (Malaikat), menyembunyikan Myra Ainsley di sekolah tempat manusia setengah malaikat (NEPHILIM) agar terhindar dari kematian.
-Apakah Ignatius berhasil memerangi para MAKHLUK ABADI itu?
-Apakah Myra Ainsley berhasil mempertahankan hidupnya di Reinkarnasi terakhirnya?
Ikuti kisah "THE CURSED ANGEL" hanya di NovelToon... ❤
👣Follow Me👣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora79, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TCA-14 : KELAS BARU!
"Tu... tunggu! Cold Rain dan Calliope adalah guru kita? Dan kalian memanggil mereka dengan nama depan? Lalu mereka berpacaran? Apa yang mereka ajarkan?" tanya Myra bertubi-tubi.
Nalani dan Ivory saling berpandangan dan tersenyum.
"Kami menyebutnya pelajaran sepanjang pagi Kemanusiaan, walaupun kata Kemalaikatan rasanya lebih cocok. Callie dan Cheva mengajarnya bersama, dan itu sudah menjadi perjanjian di sini. Seperti Yin dan Yang... Agar tidak ada murid yang... terombang-ambing," ujar Nalani menjelaskan.
Myra menggigit bibirnya. Mereka sudah berada di tangga paling atas dan berdiri ditengah-tengah kerumunan murid di teras. Semua orang mulai memasuki ruang kelas dengan santai.
"Apa maksudmu dengan terombang-ambing?" tanya Myra.
"Mereka sama-sama Terkutuk, tapi berada di sisi yang berbeda. Calliope adalah Malaikat dan Cheva lebih cenderung ke Iblis," jawab Ivory santai.
Myra membelalakan matanya saat mendengar jawaban Ivory.
"Tapi, bukan berarti mereka bisa menikah atau semacamnya, walaupun nanti pastinya akan menjadi sebuah pernikahan yang paling seru... Tapi mereka hanya... hidup bersama," ujar Ivory menambahkan.
"Haaah?! Iblis mengajar kelas kemanusiaan kita? Dan itu... tidak apa-apa?!" tanya Myra dengan mata terbelalak.
Ivory dan Nalani terbahak mendengarnya.
"Hahahahaha... Sangat tidak apa-apa! Kamu. akan terbiasa dengan Cheva!" jawab Nalani.
"Sudah... sudah! Ayo kita masuk!" ujar Ivory sambil menarik tangan Myra dan Nalani.
...----------------...
Mengikuti tarikan teman barunya, Myra masuki ruang kelas. Ruangan yang sangat luas itu memiliki tiga undakan tangga rendah, dengan meja-meja di atasnya, yang menurun ke sepasang meja yang panjang.
Sebagian besar cahaya masuk. melalui kaca yang terpasang pada atap bangunan tersebut. Cahaya alami dan langit-langit yang tinggi, membuat ruangan itu terlihat lebih luas dari. pada yang sebenarnya. Angin laut berhembus menenangkan dari pintu-pintu yang terbuka, membuat suasana nyaman dan segar.
Suasananya sangat jauh dibandingkan dengan Two Sword & Tiger. Myra hampir saja menyukai Laware, jika kenyataan tidak menamparnya kembali bahwa penyebab dirinya ada di sini adalah karena seseorang yang sangat penting dalam hidupnya. Dan dia tidak ada di sini.
Myra mengira-ngira, apakah Ignatius sedang memikirkannya? Apakah pemuda itu merindukan dirinya, seperti dirinya yang sangat merindukan Ignatius? Entahlah....
...----------------...
Myra memilih meja di dekat jendela, diantara Nalani dan seorang pemuda berwajah ganteng yang mengenakan celana pendek, topi Dodgers, dan sweater warna biru tua.
Beberapa murid wanita terlihat bergerombol di dekat pintu kamar kecil. Salah satu dari mereka berambut keriting dan mengenakan kacamata berbingkai ungu. Ketika Myra melihat raut wajah gadis itu, dia nyaris terlonjak dari bangkunya.
Faine...!
Tapi, saat gadis itu berpaling ke arah Myra, bentuk wajahnya berbeda. Pakaiannya sedikit lebih ketat dan suara tawanya terdengar keras. Myra merasa kecewa... Tentu saja itu bukan Faine sahabatnya. Faine sudah tidak ada lagi... tidak akan pernah ada lagi... untuk selamanya.
Myra merasakan jika murid-murid lainnya mencuri pandang ke arahnya, dan beberapa diantara mereka bahkan terang-terangan menatapnya. Satu-satunya yang tidak memperhatikannya adalah Skyler, dia hanya mengangguk singkat ke arah Myra.
Cheva dan Calliope berdiri berdekatan di depan ruangan, mereka terlihat sedang berbisik. Dengan gerakan yang tidak pernah Myra duga, mereka berpaling dan menatapnya juga. Lalu mereka berjalan ke arah meja-meja yang panjang.
Calliope duduk di atas salah satu meja, melipat satu kaki di bawah tubuh dan salah satu hak sepatunya menggeser-geser lantai kayu.
Sedangkan Cheva bersandar ke meja yang satunya, membuka map kulit tebal berwarna merah tua sambil menggigit sebuah pena. Untuk ukuran seseorang yang sudah berumur, dia terlihat cukup tampan. Tapi Myra tidak menyangka akan setampan itu. Pria itu mengingatkan dia kepada Cyrill, dan sungguh.... pesona seorang Iblis bisa sangat menipu mata manusia!
Myra hanya bisa menunggu seisi kelas mengeluarkan buku pelajaran yang tidak dia miliki, tenggelam dalam tugas bacaan yang belum dia kerjakan, jadi Myra hanya bisa menyerah dan berkhayal tentang Ignatius.
Tapi hal itu tidak terjadi... Dan sebagian besar murid, masih mencuri-curi pandang ke arahnya.
"Saat ini kalian semua pasti sudah menyadari, bahwa kita kedatangan seorang murid baru," ujar Calliope memecah keheningan kelas dengan suara beratnya yang rendah.
Cheva tersenyum dengan menampakkan kilatan gigi-ginya yang berwarna putih.
"Ceritakan kepada kami, Myra... Apakah sejauh ini, kamu menyukai Laware?" ujar Cheva kepada Myra.
Wajah Myra terlihat memucat, saat para murid lainnya menggeser lantai. Mereka benar-benar memusatkan perhatian mereka ke arah Myra.
Myra merasa jantungnya berdebar dan tangannya lembab karena berkeringat. Dia menciut di bangkunya, berharap dia hanyalah anak normal, di sekolahnya yang normal, di kampung halamannya yang normal di Thunderbolt Georgia.
Beberapa hari belakangan ini, Myra berharap bahwa dia tidak pernah melihat bayangan... Tidak pernah terjebak dalam masalah yang membuat sahabat kesayangannya meninggal dunia, berurusan dengan Cyrill, atau keadaan yang tidak memungkinkan Ignatius untuk mendekatinya.
Pada titik ini, dalam benaknya yang gelisah dan kebingungan selalu berhenti untuk berandai-andai. Bagaimana dia bisa hidup normal dan tetap memiliki Ignatius? Yang sangat jauh dari kata Normal. Sangat tidak mungkin! Jadi di sinilah dia berada, menelan semua keadaan bulat-bulat.
"Aku rasa... Aku masih berusaha untuk membiasakan diri dengan Laware. Akan tetapi sejauh ini, semuanya baik-baik saja... " ujar Myra dengan suara bergetar, menunjukkan kegugupan.
Cheva tertawa dengan suaranya yang terdengar renyah.
"Hahahahahaha... Well, Calliope dan aku akan membantumu untuk membiasakan diri, kami akan mengganti pelajaran perentasi murid Selasa pagi yang biasa...... " ujar Cheva yang terjeda karena sebuah suara.
"YES....!" terdengar suara Skyler dari seberang ruangan.
Myra melihat gadis itu meletakkan setumpuk kartu catatan di atas mejanya dan selembar poster besar di dekat kaki dengan tulisan "PENAMPAKAN ITU TIDAK TERLALU BURUK".
Sepertinya Myra baru saja membebaskan dirinya dari tugas presentasi. Seharusnya Myra mendapat nilai plus sebagai teman sekamarnya.
"Maksud Cheva adalah... Kita akan mengadakan permainan, sebagai pemecah kecanggungan!" ujar Calliope ikut berbicara.
Lalu Calliope meluncur turun dari meja dan berjalan mengelilingi ruangan, hak sepatunya berbunyi tegas di saat dia membagikan selembar kertas kepada setiap murid.
"Tuk... tuk... tuk.."
Myra menunggu suara erangan serentak dari murid-murid, yang biasa terjadi saat mendengar kata-kata seperti itu. Tapi murid-murid ini terlihat cukup ramah dan bisa menyesuaikan diri dengan baik. Mereka benar-benar mematuhi aturan tanpa perlawanan.
Calliope meletakkan lembaran kertas di depan Myra dan berkata...
"Tugas ini akan memberimu gambaran tentang diri dari teman-teman sekelasmu... Dan tentang tujuan yang ingin kami capai di. kelas ini, " ujar Calliope menjelaskan.
Myra menatap kertas tersebut. Halaman kertas itu sudah diberi garis-garis, dan membaginya menjadi dua puluh kotak. Tiap kotaknya berisi sebuah kalimat.
Ini adalah jenis permainan yang biasa dia lakukan sebelumnya.... Waktu dia mengikuti perkemahan musim panas di Georgia Barat saat dia masih kecil, dan beberapa kali di beberapa kelas di Dover.
Hal itu menunjukkan kenyataan yang menyakitkan, bahwa Myra adalah satu-satunya murid Non-Nephilim di kelas. Dia teringat kembali pada pelayan gugup yang membawakan sarapan untuknya dan Skyler.
Mungkin Myra akan merasa lebih nyaman berada diantara para murid beasiswa. Ansell Percy tidak menyadari bahwa dia terhindar dari masalah.
"Jika tidak. ada yang mempunyai pertanyaan, kalian bisa. mulai sekarang!" ujar Cheva di depan kelas tegas.
"Kalian bisa pergi keluar untuk menikmati suasana. Tidak perlu terburu-buru... " ujar Calliope menambahkan.
Myra mengikuti murid-murid lainnya ke teras. Saat mereka berjalan ke arah tangga, Nalani mengintip dari balik bahu Myra. Lalu dia menunjuk salah satu kotak dengan kukunya yang dicat hijau.
"Aku punya saudara yang asli Cherub... Si gila Paman Loye," ujar Nalani.
Myra menganggukkan kepalanya, dia seakan tahu apa maksudnya dan langsung menuliskan nama Nalani di kertasnya.
"Woaaah! Dan aku bisa melayang di udara... Tidak setiap saat sih, tapi biasanya setelah aku minum kopi," ujar Ivory sambil menunjuk pojok kiri atas kertas Myra.
"Waaah... " ujar Myra kagum.
Myra hampir saja membelalakan matanya karena kagum. Sepertinya Ivory tidak bercanda... Tapi, apakah dia benar-benar bisa melayang di udara?
Myra mencoba untuk tidak terlihat semakin canggung, dia mencari-cari sesuatu di kertasnya untuk menuliskan sesuatu yang dia tahu.
Punya Pengalaman memanggil Para Pemberitahu.
Bayangan-bayangan itu.... Ignatius memberitahunya nama bayangan itu pada malam terakhirnya di Two Sword & Tiger. Walaupun Myra belum pernah benar-benar 'memanggil' para bayangan itu, karena bayangan itu muncul dengan sendirinya, tapi Myra punya pengalaman dalam hal itu.
...----------------...
ingin muntah ga Tius???
mampir baca☺