Siapakah gadis kampung bernama Lily ini, sehingga Eko Barata memberikan syarat kepada tiga puteranya? Untuk mendapatkan hak waris kekayaan Barata, salah satu dari mereka harus berhasil menikahi Lily.
"Ingat! Papa tidak akan memberikan kalian warisan jika salah satu dari kalian tidak bisa menikahi Lily, camkan itu!" kata Eko Barata tegas.
Syarat yang diberikan Eko Barata terdengar konyol bagi banyak orang. Mereka menganggap Lily tidak pantas menjadi menantu keluarga Barata. Namun, ketika satu per satu kemampuan hebat Lily terungkap, dia berhasil membungkam semua mulut yang menyepelekannya.
Siapa sebenarnya Lily, dan apa rahasia di balik kehebatannya? Temukan jawabannya dalam "Lily: Rahasia Gadis Kampung".
Selamat membaca ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuhume, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Dia meletakkannya pelan, tiba-tiba saat Lily berbalik, sudah ada Agam yang berdiri di sana.
"A-aku membawa proposal tentang rancangan terbaru milikkku dan..."
"Aku setuju, rencana selanjutnya menggunakan proposal milikmu," ucap Agam spontan.
Lily terlihat canggung, dia menunduk dan sesekali menggigit bibir bawahnya dan terlihat gelisah, Walau samar, Agam tersenyum gemas saat itu melihat Lily.
"Kalau begitu aku keluar dulu," ucap Lily.
Agam membentangkan tangannya menghalangi langkah Lily.
"Kau berusaha menghindariku, ya?"
"A-aku... buat apa aku menghindar?" timpal Lily yang memberanikan menatap wajah Agam.
Agam tersenyum kemudian dengan jelas, tapi senyum tersebut membawa arti, dia memperlihatkan tangan yang digigit Lily semalam.
"Tangan ini..."
Lily segera mendekat spontan menutup mulut Agam dengan tangannya, hingga Agam belum siap menstabilkan posisinya dan mereka berdua terjatuh, Lily berada di atas tubuh Agam dan masih menutup bibir Agam.
"Lupakan kejadian semalam," ucap Lily.
Agam memegang tangan Lily dan melepaskan dari mulutnya, dia tersenyum dan mendekatkan wajahnya ke wajah Lily membuat pipi Lily menjadi memerah merona.
Kali ini Agam akan membalas permainan Lily selama ini.
Wajah Agam semakin mendekat hingga nafas Lily terasa begitu dekat dan bibir mereka beberapa senti lagi akan bersentuhan. Lily memejamkan matanya cepat dengan rasa yang tidak menentu, jantungnya terasa akan loncat dari tempatnya, tiba-tiba ruangan terbuka, ada Sera di sana dengan sumringah membawa sebuah box.
"Agam, aku da...."
Agam dan Lily segera berdiri dari tempatnya dan canggung melihat ke arah Sera, mereka tepatnya terlihat seperti orang yang sedang tertangkap basah telah melakukan mesum di ruangan yang kecil.
"Agam, aku membawa bekal makan siang untukmu," ucap Sera dengan meletakkan bekal makanan tersebut di atas meja.
"Saya permisi tuan Agam dan calon nyonya Agam," ucap Lily sengit.
"Tunggu," ucap Agam dengan menarik tangan Lily.
"Kita makan siang bersama," ucap Agam kepada Lily.
"Tapi Gam, aku sudah membawa bekal makan siang untukmu," ucap Sera dengan kesal.
"Ada yang mengatakan aku telah menindasnya karena itu aku akan mentraktirnya makan siang hari ini," ucap Agam kemudian menarik tangan Lily meninggalkan ruangan.
"Gam, Gam..! Awas kamu Lilly!!!!" ucap Sera.
...----------------...
Di kantin perusahaan.
Lily menatap disekelilingnya, dia tidak menyangka jika Agam akan makan siang bersama dengan para karyawannya di kantin perusahaan. Para karyawan terlihat biasa saja bahkan mereka tidak melirik sama sekali ke arah Agam, atau mungkin itu juga termasuk dalam perintah Agam di perusahaan untuk tidak memperhatikan dia saat dia sedang makan siang di kantin.
Lily terdiam, dia melihat Agam sesekali menikmati mie goreng di hadapannya dan beberapa kudapan yang lainnya.
"Luar biasa tuan Agam, aku tidak menyangka kau bisa makan di tempat ini dan juga makanan ini, aku pikir kau tidak..."
"Kau pikir aku makan yang bukan manusia lain makan?"
"Tidak, bukan begitu. Hanya saja, setelah ayahku meninggal aku tidak pernah makan mie lagi karena mie buatan ayah sangat enak, apa lagi bawang gorengnya banyak, aku sangat suka," jelas Lily.
Agam terdiam, dia sadar bahwa Lily memang benar baru kehilangan ayahnya, dia segera memberikan beberapa makanan di atas piringnya dan memindahkan bawang goreng yang belum tersentuh di atas makanan Agam ke makanan Lily.
"Tuan Agam, apakah kau mendekatiku saat ini atau kau ingin menjadi ayahku? Kenapa kau memberiku semua taburan bawang goreng yang ada di atas makananmu?" ucap Lily yang memulai.
Dengan wajah kesal, Agam meraih makanan milik Lily kemudian melahapnya.
"Kau!" ucap Lily kesal karena makanannya disantap begitu saja tanpa ada ucapan apa pun.
"Aku memberimu bawang gorengku karena kau mengatakan suka, dan saat aku beri kau malah protes lagi, rasakan itu!" batin Agam.
Tidak jauh dari mereka berdua, ada Sera yang menggenggam erat jemarinya, dia benar-benar kehabisan kesabaran. Dia membuat rencana yang baru untuk membuat LIly menyerah mendekati Agam.
"Awa kau! Dasar gadis kampung sialan!"
...----------------...
Sore hari, Lily pulang bersama dengan salah satu supir pribadi keluarga Barata, tapi sebelum itu Lily meminta supirnya ke salah satu kedai yang tempatnya sedikit terpencil untuk membeli kudapan kesukaannya.
Lily tidak sadar jika sebuah mobil tidak jauh di belakang sana mengikutinya. Lily dengan santai memasuki kedai, tapi tidak lama, beberapa sosok pria muncul dai arah samping membungkam mulut Lily dan membawa dia pergi dari tempat tersebut.
Lily berada di dalam sebuah ruangan kosong dan di hadapannya telah berdiri empat pria yang sudah jelas terlihat dari gimiknya mereka semua adalah seorang preman.
"Sera?"
Ucap Lily saat melihat pintu terbuka. Sera berajalan dan berdiri di hadapan Lily.
"Lily, aku sudah menunggu momen ini, ha ha ha"
"Sera. Apa kau tahu tindakanmu ini melanggar hukum? Hah?!"
PPLLAAAKK
Tamparan keras mendarat di wajah Lily. Mata Sera memerah karena marah. Dia menarik kasar dagu Lily dan menatap tajam ke arahnya. Kini wajah anggun Sera benar-benar sudah berubah. Atau mungkin saja wajah Sera yang sebenarnya adalah yang berada di hadapan Lily saat ini.
"Tutup mulutmu! Kalau bukan gara-gara kau, aku tidak mungkin melakukan ini? Hah?" teriak Sera.
Sera mengatakan bahwa dulu Agam sangat perhatian padanya tapi saat ini karena Lily, dia bahkan tidak melihat atau peduli dengannya lagi.
Sera mencengkram leher Lily sedikit lebih keras. Dan membuat wajah Lily condong menatapnya.
"Dia berubah sejak kau berada di rumah Barata!" teriak Sera lagi.
"Kenapa kau tidak tinggal di desa saja. Kenapa kau harus datang ke sini, kenapa????" teriak Sera lagi.
"Aku datang ke sini bukan demi Agam," ucap Lily sesegukan karena nafasnya tersenggal.
Sera tertawa dengan keras dan melepaskan tangannya dari leher Lily.
"Dasar pembohong. Semua yang kau lakukan demi Agam, aku tahu itu!"
"Cepat lakukan tugas kalian," ucap Sera kemudian tertawa keras dan meninggalkan ruangan tersebut.
Ke empat pria tersebut tertawa dengan nyaring, hingga salah satu dari mereka membopong tubuh Lily untuk berpindah tempat.
"LEpaskan aku, lepaskan!" teriak Lily yang meronta.
Pria berbadan kekar itu segera melempar tubuh Lily ke atas pembaringan. Setelah itu mereka tertawa.
"Nona Sera memang sangat baik, dia memberikan tugas yang sangat luar biasa, ditambah lagi wanita ini sangat cantik," ucap salah satunya.
"Apa yang kalian katakan, kalian mengenal aku bukan?"
"Ha ha ha tenti saja, kau Lily calon menantu dari keluarga Barata, bukan?"
"Tunggu! Dia juga seorang penyanyi, pasti suaranya sangat merdu saat dia akan teriak, HA HA HA."
Mereka berempat kembali tertawa dan mulai aksinya. Salah satu dari mereka mendekati Lily yang tubuhnya terikat dengan tali. Lily mencari cara dalam keadaan terdesak untuk memanipulasi mereka.
"Apa kalian tidak takut mengganggu keluarga Barata?"
"Ha ha ha, kata nona Sera, kau hanya orang luar, jika sudah ternoda kau akan dilempar keluar dari keluarga tersebut."
Lily kemudian tertawa dengan keras, membuat empat preman tersebut bingung.