NovelToon NovelToon
Soulmate

Soulmate

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Karir / Persahabatan / Romansa / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: sJuliasih

Perjalanan kisah romansa dua remaja, Freya dan Tara yang penuh lika-liku. Tak hanya berasal dari latar belakang yang berbeda, mereka juga harus menelan kenyataan pahit saat harus berpisah sebelum sempat mengutarakan perasaan satu sama lain. Pun mereka sempat saling melupakan saat di sibukkan dengan ambisi dan cita-cita mereka masing-masing.

Hanya satu yang akhirnya menjadi ujung takdir mereka. Bertemu kembali atau berpisah selamanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sJuliasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Tara menengadah menatap langit malam yang tak terlalu banyak bintang. Hanya ada beberapa. Itu pun terlihat berjarak dan tak saling bisa menjangkau. Mereka hanya bisa memancarkan cahayanya masing-masing.

Tara pun menghela nafas pelan. Mengingat dirinya dan Freya sama seperti bintang-bintang itu. Terkadang Tara merasa hampir berhasil menjangkau Freya. Terkadang juga ia merasa Freya sangat sulit untuk di raih karna seperti ada pagar pembatas di antara mereka.

"Gue kangen sama lo Frey. Gue pengen denger suara lo." gumam Tara pelan.

Andai ia bisa menghubungi Freya, mungkin sejak kemarin sudah ia lakukan. Entah apa alasan gadis itu hingga selalu saja menolak panggilan dari Tara. Seolah gadis berlesung pipi itu memang sengaja untuk menjauh dari Tara.

Bukti lain bahwa Freya benar ingin menjaga jarak dengan Tara adalah selama ujian akhir sekolah berlangsung, Tara tak sekalipun bertemu dengan gadis itu. Dimana pun, Tara tak mampu menemukannya. Bak menghilang di telan bumi, keberadaan Freya menjadi tanda tanya besar di hati Tara.

"Tumben banget nih anak mama jam segini belum tidur." suara Mely mengagetkan Tara yang tengah bergelut dengan rasa rindunya.

Tara menoleh ke belakang. "Mama ngapain?" tanyanya.

"Memangnya mama nggak boleh ke sini?" sahut wanita itu seraya melangkah ke sisi pembatas rooftop dimana Tara berdiri di sana.

"Bukannya gitu ma. Tara heran aja, biasanya kan mama nggak mau menginjakkan kaki di markas Tara." jawab lelaki yang mengenakan kaos putih oversize itu. Baginya rooftop luas yang berada di lantai 2 rumahnya adalah area kekuasannya. Walau tempat itu terkesan nyaman untuk bersantai, namun sang pemilik rumah sangat jarang menjamahnya terkecuali Tara.

Karna bagi kedua orang tua Tara, tempat itu bukan hanya sekedar rooftop biasa. Banyak kenangan yang tertinggal di sana. Terlebih dulunya rooftop itu adalah tempat favorit bagi Alaska, kakak kandung Tara.

Tak kuat rasanya hati Mely, jika harus menginjakkan kaki di tempat itu lagi. Usai menikmati makan malam tadi sebenarnya wanita itu hendak kembali ke kamarnya. Namun tak sengaja ia mendapati anak bungsunya tengah menyendiri. Seperti sedang memikirkan sesuatu yang menganggu hatinya.

Mely sadar posisinya sebagai seorang ibu yang tak boleh egois hanya karna masih sering di bayangi oleh kenangan anak sulungnya, Alaska. Untuk itu Mely pun memantapkan hati sebelum akhirnya menginjakkan kaki ke rooftop itu lagi.

"Mama itu khawatir sama kamu. Kamu kenapa sih Tar, belakang ini sering banget mama lihat kamu melamun." ujar Mely menatap lekat wajah Tara yang berdiri di sampingnya.

Tara tak menoleh dan hanya diam.

"Baru putus sama pacar kamu?!" terka Mely.

"Apaan sih ma. Putus apanya, pacaran juga belum." jawab Tara tak bersemangat.

"Tara, terus kamu itu kenapa? Ayo cerita sama mama." sambung Mely.

"Tara nggak kenapa-kenapa kok ma." ucap lelaki itu. Namun dari nada bicaranya sama sekali tak menunjukkan jika ia sedang baik-baik saja.

"Yasudah kalau kamu nggak mau cerita. Biar mama yang cerita sama kamu."

Seketika Tara menoleh karna ada rasa penasaran yang tiba-tiba muncul di benaknya. "Cerita apa ma?" tanyanya walau tak begitu antusias.

"Tadi sewaktu mama di mall, hampir aja mama itu kehilangan dompet." Mely membuka cerita.

"Gimana ceritanya dompet mama hampir hilang?ada yang mau nyuri emangnya?!"

"Bukan..."

Tara mengernyitkan dahi seraya menatap mamanya dengan serius. "Terus?!"

"Mama itu nggak sadar kalau dompet mama jatuh pas mama di toilet. Untungnya ada gadis yang nemui dompet mama."

"Terus gimana ma?"

"Ya habis itu mama mau kasih dia uang sebagai ucapan terimakasih mama. Tapi dia nolak dan beneran nggak mau nerima uang dari mama. Katanya dia cuma pengen menyalurkan niat baiknya sebagai sesama manusia." papar Mely.

Dahi Tara semakin mengerucut, matanya sedikit menyipit saat ucapan dari gadis yang menemukan dompet mamanya terasa familiar.

"Mama sempet kenalan nggak sama cewek itu?" tanya Tara semakin penasaran.

"Nggak. Dia keburu pergi. Tapi mama sempet sih lihat name tag di seragamnya."

"Jadi mama tau dong siapa namanya?!"

Mely mengangguk yakin. "Freya. Freya Davina, nama gadis yang udah nemui dompet mama."

Mata Tara yang tadinya terlihat sendu, seketika berbinar dan membulat sempurna. "Serius ma?!"

Mely mengangguk lagi seraya tersenyum.

"Anaknya cantik banget loh Tar. Apalagi sewaktu di senyum."

"Iya kan ma. Freya emang secantik itu." Tara menimpali seraya menarik ujung bibirnya ketika wajah Freya terlintas jelas di kepalanya.

"Tar, gadis yang namanya Freya itu banyak. Tau dari mana kamu kalau mama ketemu sama Freya yang sering kamu ceritain?"

Tara menoleh menatap mamanya. "Suara hati Tara yang bilang ma." ujarnya sumringah.

"Hm... Dasar. Kalau suka kenapa nggak jujur aja sih Tar? Nggak capek apa nyimpen perasaan sendirian? Ya minimal bilang aja gimana perasaan kamu ke dia. Urusan di terima atau nggak itu urusan belakang. Setidaknya kamu lega udah ngeluarin beban hati kamu." Mely seolah paham betul isi hati anak bungsunya.

Tara menghela nafas kasar sebelum merespon ucapan mamanya. "Ma, memangnya papa setuju kalo Tara pacaran?! kalo pun setuju, apa mama yakin papa bakalan mengizinkan Tara pacaran sama Freya?! Mama tau sendiri kan gimana usaha papa buat menjauhkan Freya dari Tara!" ucapnya dengan suara sedikit bergetar. Andai semudah itu mengutarakan perasaannya, pasti Tara tak akan seresah ini.

Mely pun terdiam. Ia terlupa bagaimana sikap arogan dan keegoisan suaminya yang gila akan status sosial itu. Sekali Baskara berkata tidak, maka itu berlaku selamanya dan tak bisa di ganggu gugat.

"Maafkan papa mu ya sayang. Mungkin papa cuma pengen kamu sekolah yang serius dan bersungguh-sungguh, sampai kamu nantinya bisa menjadi penerus di perusahaan papa. Tara... cuma kamu harapan satu-satunya papa. Jadi mama harap kamu mau mengerti dibalik sikap papa yang egois." ujar Mely seraya mengelus pungung Tara dengan lembut.

"Ma, apa kak Aska belum cukup jadi bonekanya papa? Apa nggak ada penyesalan sedikit pun di hati papa karna terlalu memaksakan kak Aska agar sesuai kemauan papa?! Mama lihat kan akibat dari perbuatan papa. Kak Aska....."

"Cukup Tara! Jangan ungkit apapun lagi tentang Alaska." bentak Mely. Suara bergetar dan matanya berkaca-kaca.

"Maaf ma...." Tara menunduk, merasa bersalah telah membuat mamanya kembali mengingat kejadian 5 tahun lalu. Dimana waktu itu Alaska memilih mengakhiri hidupnya karna tak sanggup mendapat tekanan dan tuntutan dari Baskara.

"Mama.... Mama mau istirahat. Kamu lebih baik masuk sekarang. Angin malam nggak baik untuk kesehatan kamu." usai mengucapkan itu, Mely pun berlalu dari hadapan Tara. Wanita itu tampak menyeka air mata yang sempat menetes dari ujung matanya.

Menyisakan Tara dan kenangan tentang Alaska di rooftop itu. Kembali Tara menengadah ke langit. Menatap salah satu bintang yang paling terang cahayanya. Seseorang pernah berkata kepada Tara, "bintang adalah jiwa orang yang sudah meninggal."

Katanya lagi, "jika kamu kehilangan seseorang yang kamu sayangi, ketahuilah bahwa mereka ada di langit mengawasimu. Kematian tidak mengakhiri rasa sayang mu pada seseorang."

Untuk itu setiap kali Tara merindukan Alaska, ia selalu berada di rooftop dan menghabiskan malam di sana. Tak hanya tentang Alaska, pun jika Tara merindukan gadis yang mengisi hatinya saat ini, ia kerap kali menatap langit. Hanya itu yang bisa menenangkan hati Tara walau sejenak.

***

1
korokoro
kaget banget Tara, jangan nakal main cubit pipi aja/Scowl/
Julia H: namanya juga modus kak🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!