Ibrahim anak ketiga dari pasang Rendi dan Erisa memilih kabur dari rumah ketika keluarga besar memaksanya mengambil kuliah jurusan DOKTER yang bukan di bidangnya, karena sang kakek sudah sakit-sakitan Ibrahim di paksa untuk menjadi direktur serta dokter kompeten di rumah sakit milik sang kakek.
Karena hanya membawa uang tak begitu banyak, Ibrahim berusaha mencari cara agar uang yang ada di tangannya tak langsung habis melainkan bisa bertambah banyak. Hingga akhirnya Ibrahim memutuskan memilih satu kavling tanah yang subur untuk di tanami sayur dan buah-buahan, karena kebetulan di daerah tempat Ibrahim melarikan diri mayoritas berkebun.
Sampai akhirnya Ibrahim bertemu tambatan hatinya di sana dan menikah tanpa di dampingi keluarga besarnya, karena Ibrahim ingin sukses dengan kaki sendiri tanpa nama keluarga besarnya. Namun ternyata hidup Ibrahim terus dapat bual-bualan dari keluarga istrinya, syukurnya istrinya selalu pasang badan jika Ibrahim di hina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
"Mas apa kita perlu mengadakan acara tujuh bulanan?" tanya Arumi
"Boleh, nanti buat acaranya di Jakarta aja. Nanti Mas kasih kabar keluarga Mas, kalau kita akan pulang kesana buat ngadain acara tujuh bulanan"
Arumi mengangguk setuju dengan saran suaminya, karena ini kehamilannya yang pertama tentu Arumi ingin memeriahkannya meski tak ada satu pun keluarganya setidaknya ada keluarga suaminya. Mereka dua bulan lagi akan berkunjung ke rumah keluarga suaminya, yang jaraknya tentu sangat jauh.
"Sekarang kita mau kemana?" tanya Ibrahim setelah mereka sampai di parkiran rumah sakit
"Hem, Arumi lagi pengen ke puncak gunung Dempo. Mau makan seblak, kayaknya enak cuaca dingin makan yang hangat-hangat"
"Baiklah, kita langsung kesana"
Arumi terlihat bahagia apalagi keinginannya di turuti suaminya, Ibrahim adalah suami idaman semua wanita dan juga merupakan pria yang pengertian serta sangat menghargai istrinya. Wanita mana tidak bahagia, ketika di jadikan ratu oleh suaminya sendiri.
Ibrahim akan terus berusaha dan mencoba membuat istrinya bahagia berada di sisinya, Ibrahim tidak mau istrinya merasa sendiri lagi. Sudah cukup penderita istrinya yang tak di inginkan dulu, makanya Ibrahim berjanji pada diri sendiri akan membahagiakan istrinya dan menjadi ayah yang menyayangi anak mereka.
Ibrahim dan Arumi pun sampai ke puncak gunung Dempo yang menjadi lambang kota Pagaralam, Ibrahim dan Arumi segera turun dari mobil lalu menuju kedai yang ada di dekat kebun teh yang teretak di puncak gunung Dempo. Meski bukan hari weekend, ternyata para wisata banyak berkunjung di kebun teh itu.
Setelah mendapatkan tempat duduk Ibrahim dan Arumi memesan seblak komplit level lima, cukup menunggu lima belas menit pesanan mereka pun datang. Asap dari seblak begitu mengepul, membuat Arumi tak sabar ingin segera menyantapnya tapi Ibrahim melarang.
Karena takut bibir Arumi melepuh jika langsung memakan seblak yang masih panas, kebetulan mereka berada di puncak gunung dan terasa dingin jadi tak butuh waktu lama menunggu seblak mulai menghangat. Ibrahim dan Arumi mulai menyantap seblak tersebut, setelah berdoa.
"Mas, kita foto yuk di kebun teh" ajak Arumi setelah mereka selesai makan seblak
"Ayo"
Ibrahim tentu selalu menuruti keinginan istrinya, apalagi keinginan hal kecil begini tentu harus di turuti agar istrinya senang. Arumi begitu banyak mengabadikan momen bersama suaminya di kebun teh, begitu lama Ibrahim dan Arumi menghabiskan waktu bersenang-senang di luar.
Arumi pun mengajak suaminya untuk pulang, apalagi matahari semakin menyengat. Ibrahim mengangguk lalu mengandeng tangan istrinya untuk melangkah menuju mobil mereka yang masih terparkir di depan kedai seblak, Ibrahim dan Arumi segera masuk ke dalam mobil.
.
.
.
"Bu, aku pulang dulu ya" Arka pamit pada ibunya
"Kamu mau kemana?"
"Aku mau mengambil baju di rumah, Ibu sama Laras dulu ya disini. Laras juga udah sembuh, jadi ibu gak perlu khawatir"
Bu Ani tidak menjawab, Bu Ani sudah tidak mengamuk lagi dan histeris seperti sebelumnya. Bu Ani sudah mulai menerima keadaannya sekarang, karena bagi Bu Ani percuma dirinya mengamuk atau histeris tetap tak bisa mengembalikan kakinya seperti dulu.
"Mas mau langsung pulang?" tanya Laras yang melihat suaminya sudah siap dengan tas kecil tempat baju kotor Bu Ani dan Laras
"Iya tapi gak lama kok, paling cuma mau ambil baju kamu sama baju ibu"
"Ibu ada mau titip sesuatu gak?" tanya Arka menatap ibunya, Bu Ani menggeleng.
Arka menghela napas panjang, ibunya memang sudah tidak berteriak lagi atau pun menangis. Tapi ibunya menjadi lebih pendiam, tidak seperti biasanya yang selalu mengomentari apapun yang beliau lihat. Namun kali ini ibunya memang lebih banyak diam, tapi Arka juga bersyukur dari pada ibunya berteriak histeris.
"Ya sudah, aku pergi ya" ujar Arka lalu mencium punggung tangan ibunya dengan takzim lalu beralih ke arah istrinya tak lupa mencium pucuk kepala istrinya dengan lembut, Laras hanya mengangguk.
Kurang dari setengah jam, Arka sampai di tempat dirinya di besarkan. Kemudian Arka memarkirkan motornya di depan rumah ibunya, setelah itu Arka turun dan melangkah ke arah pintu. Arka berjalan masuk ke dalam rumah yang sudah tiga hari tak di tempati, terlihat mulai berdebu.
Hampir satu jam Arka membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya, tak lupa Arka mengemasi baju ganti buat ibunya dan baju ganti buat istrinya yang memang tadi menyempatkan ke rumah mereka lebih dulu mengambil baju istrinya baru ke rumah ibunya.
Setelah semua cukup Arka keluar dari rumah dengan menenteng tas berisi baju ibunya, Arka naik ke motornya lalu melajukan motornya menuju rumah sakit tempat ibunya di rawat. Hanya berapa puluh menit, Arka sudah sampai di parkiran rumah sakit lalu turun sembari menenteng kembali tas berisi baju ibunya dan istrinya.
Kini Arka sudah sampai di depan ruangan ibunya, Arka masuk ke dalam ruangan itu dan terlihat istrinya sedang duduk sementara ibunya tidur. Ketika Arka masuk ibunya langsung membuka matanya, ternyata ibunya tidak tidur hanya memejamkan mata.
Arka memberikan dua bungkus soto ayam pada istrinya pesanan istrinya tadi, sekalian Arka membelikan buat ibunya meski tadi ibunya bilang tidak mau apapun. Karena tak ada pantangan juga dari Dokter, jadi tak masalah ibunya memakan makanan di beli di luar.
Apalagi ibunya tampak tak suka makanan di rumah sakit uang terasa hambar, Laras segera menyantap soto ayam pesanannya. Sedangkan Arka memilih menyuapi ibunya, awalnya ibunya menolak di suapi Arka tapi Arka tetap memaksa ingin menyuapi ibunya.
Karena Arka ingin membuat ibunya kembali ceria lagi seperti dulu, Arka tak mau melihat ibunya terus bersedih. Tentu semua anak pasti akan merasakan sakit ketika melihat wanita yang telah melahirkan mereka sedih, apalagi sewaktu ibunya histeris kemarin semakin membuat Arka terluka melihat keterpurukan ibunya.
"Makan yang banyak, Bu. Arka ingin ibu segera sehat, ibu tentu gak mau kan lama-lama di rumah sakit" ujar Arka ketika ibunya menerima suapan di suapan dari Arka
"Kamu sudah mengabari Arham, ibu kangen banget dengannya?"
Bu Ani tak menjawab perkataan Arka tadi, Bu Ani justru menanyakan tentang anak bungsunya yang memang sangat di rindukannya. Arka menggeleng belum bisa mengabari Arham, karena takut mengganggu waktu Arham yang sedang sibuk bekerja.
Apalagi waktu antara Indonesia dengan Luar negeri tentu berbeda itu pikir Arka, yang memang tidak tahu kalau Arham padahal masih di negara yang sama hanya beda kota saja. Bu Ani kembali murung saat tahu Arka belum mengabari Arham, melihat perubahan wajah ibunya Arka langsung membujuk ibunya dan berjanji akan segera mengabari Arham.
happy ending juga....
cerita yg bagus