NovelToon NovelToon
The Second Wife

The Second Wife

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Poligami / Cinta setelah menikah
Popularitas:13.7k
Nilai: 5
Nama Author: Gilva Afnida

Pergi dari rumah keluarga paman yang selama ini telah membesarkannya adalah satu-satunya tindakan yang Kanaya pilih untuk membuat dirinya tetap waras.

Selain karena fakta mengejutkan tentang asal usul dirinya yang sebenarnya, Kanaya juga terus menerus didesak untuk menerima tawaran Vania untuk menjadi adik madunya.

Desakan itu membuat Kanaya tak dapat berpikir jernih hingga akhirnya dia menerima tawaran Vania dan menjadi istri kedua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gilva Afnida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Pagi sekali saat Kanaya tengah memasak sarapan, Adnan sudah nampak rapi mengenakan kemeja abu muda berlengan panjang yang digulung sampai ke sikutnya. Celana panjang hitam formal serta tas kerja berukuran sedang dan mengenakan sepatu. Hari ini Adnan ingin mengerjakan tugas kantor sembari menemani Vania di rumah sakit.

Tadi malam, dia tak bisa menemani sang istri karena terlalu mabuk selepas merayakan kemenangan projek di perusahaan-tempatnya bekerja. Maka dari itu, dia akan mengambil libur hari ini dan memilih mengerjakan tugas-tugas kantornya sambil menemani Vania.

Langkah Adnan begitu cepat menuruni anak tangga, dia ingin segera sampai di rumah sakit karena sudah tak tahan menahan rindu pada sang istri. Namun saat dia tak sengaja melewati dapur dan sudah sampai di ruang tamu, langkahnya berhenti sesaat lalu kembali lagi ke arah dapur.

"Gila lo ya?" seru Adnan menatap Kanaya yang tengah sibuk membelakanginya menghadap kompor. "Ngapain pagi-pagi buta pakai baju kurang bahan kayak gitu?" Adnan tertawa terpingkal-pingkal.

Kanaya membalikkan badan, menatap datar pada Adnan yang tengah memegangi perutnya karena terpingkal-pingkal. Kanaya menghela napas lelah lalu menuju ke wastafel untuk mencuci peralatan masaknya.

"Haha, aduh... gak bisa berhenti ketawa aku. Kamu pikir setelah pakai baju gembel, aku jadi tertarik gitu sama kamu?" Adnan kembali menatap lingerie tipis berwarna hitam yang dipakai Kanaya. Dia kembali terpingkal-pingkal karena memang sama sekali tak merasa takjub atau bergairah saat melihatnya. Kini Adnan jadi mengerti apa yang diucapkan gadis itu perihal ucapan terakhirnya kemarin.

Dengan wajah yang cemberut, Kanaya mencuci sebuah panci dengan kasar. Tadi malam, dia sudah percaya diri dengan idenya untuk menggoda Adnan. Namun rupanya dia salah besar. Bukan tatapan takjub yang dia dapatkan, malah hinaan dan ejekan yang di dapatkannya. "Huh, nyebelin banget sih!" gerutunya sambil menarik keran air dengan kasar hingga keran tersebut lepas dan air muncrat mengenai seluruh wajahnya.

"Aaaa!" Kanaya menjerit sambil memegangi saluran air yang masih terus me-muncratkan air.

Sedang tawa Adnan semakin menggelegar. Dia bahkan sudah tak tahan untuk berdiri hingga terduduk di lantai karena tertawanya yang semakin menjadi-jadi.

Kanaya tak bisa bergerak. Dengan mata yang berkaca-kaca, dia menengok ke arah Adnan sambil merengek, "Mas Adnan... tolongin aku..."

Sungguh penampilan Kanaya lebih mirip seperti ayam kedinginan akibat basah kuyup sehabis terkena air hujan. Tentu saja melihat penampilan Kanaya semakin membuat Adnan guling-guling di atas lantai dengan tertawa keras.

Ingin rasanya Kanaya menangis dengan keras namun dia malu. Pagi hari yang harusnya cerah karena seharusnya rencana berjalan dengan semestinya, kini malah berbalik seratus delapan puluh derajat membuat paginya begitu suram. Bukan hanya dipermalukan dan ditertawakan, kini Kanaya malah mendapat apes harus berdiri tegak sambil menutupi saluran air yang terus mengeluarkan air dengan deras.

Bisa saja dia melepaskan tangan agar terbebas namun seluruh isi dapur atau bahkan sampai satu lantai akan basah oleh luapan air dari saluran keran yang jebol. Tentu saja ujung-ujungnya Kanaya lah yang nantinya akan membersihkan kekacauan itu dan Kanaya tidak mau hal itu terjadi. Lebih baik baginya berdiri sambil menahan luapan air sampai mendapatkan ide agar luapan itu bisa ditutupnya kembali.

"Sana minggir, biar aku yang benahin." Adnan mendekat ke arahnya sambil menyeka ujung mata yang basah akibat tertawa terlalu keras.

Kanaya langsung merasa lega karena akhirnya Adnan sudi membantu dirinya setelah berpuas diri menertawakannya. Kanaya langsung melepas pegangannya di saluran air saat Adnan sudah mendekatinya, memberikan akses agar Adnan bisa segera mengatasi saluran tersebut.

"Ahh!!!"

Saluran air langsung me-muncratkan air begitu Kanaya melepaskan pegangannya. Sekujur tubuh Adnan bagian depan atas langsung basah dan reflek memegangi saluran air tersebut.

Kanaya tak mengira jika Adnan juga akan terkena cipratan air hingga berbalik dirinya yang tertawa terpingkal-pingkal. "Karma sih itu."

Dengan wajah yang basah kuyup, Adnan menatap tajam pada Kanaya yang masih sibuk memegangi perutnya karena tertawa. Tak sengaja, pandangan Adnan mengarah pada dada Kanaya yang basah. Sebuah gunung kembar terlihat begitu jelas karena Kanaya mengenakan lingerie berbahan tipis dan itu sudah basah, membuat bentuk dua gunung itu tercetak jelas.

Adnan membuang wajahnya ke arah lain. Dia merutuki diri sendiri saat merasakan juniornya yang berdiri tegak setelah melihat pemandangan tak sengaja itu. "Sial! Kenapa dia malah berdiri kaku cuma karena melihat dua gunung kecil itu," gerutunya yang tentu saja hanya didengar oleh Adnan.

"Udah gak usah ketawa terus, bantuin aku buat pegangin saluran ini!" titah Adnan pada Kanaya yang sudah reda tawanya.

"Tadi katanya disuruh minggir?"

Adnan berdecak kesal. "Aku kan gak tahu kalau saluran airnya gak ditutupin bakalan muncrat kemana-mana."

Kanaya tertawa kecil sambil mendekat ke arah Adnan. "Minggir!" Tak sengaja Kanaya mendorong tubuh Adnan hingga sikut Adnan merasakan pucuk gunung kembarnya.

Adnan melihat Kanaya yang sama sekali tak salah tingkah, membuatnya sebal karena hanya dia yang merasa kebingungan.

Setelah Kanaya memegang kendali saluran air, Adnan mencoba mencari keran air yang baru dan peralatan tukang. Sebisa mungkin Adnan mencoba fokus saat memperbaiki saluran air, namun pikirannya tetap ada pada baju Kanaya yang transparan.

Adnan merasakan gerah yang luar biasa. Fokusnya selalu terpecah karena ada juniornya yang terus berdiri, meminta untuk segera dituntaskan.

"Beneran bisa benerin saluran air gak sih?" gerutu Kanaya karena melihat Adnan yang sedari tadi tak kunjung selesai. "Tanganku udah pegel nih."

"Ya sabar! Aku itu daritadi ngerasa risih tahu gak?" kesal Adnan.

"Risih kenapa?"

"Bajuku basah bikin risih." Adnan membuka kancing kemejanya satu persatu lalu melepasnya. "Memangnya kamu gak ngerasa risih apa?"

"Terus kalau aku risih, aku harus buka baju juga gitu?"

Adnan memejamkan mata sambil mengambil oksigen sebanyak-banyaknya.

Sedang Kanaya terkekeh kecil karena merasa berhasil telah menggoda Adnan.

"Udah mending kamu minggir aja. Bikin gak konsen orang mau kerja." Adnan menggeser tubuh Kanaya lalu membiarkan air menyembur. Adnan mencoba meneruskan pembenaran dari arah samping. Meski masih ada sedikit air yang mengenai wajahnya, itu lebih baik dibanding harus bekerja disambi melihat gunung kembar yang menonjol.

Hanya dalam hitungan menit, Adnan selesai membenahi keran wastafel yang jebol akibat ulah Kanaya.

"Bisa juga ya ternyata. Kirain gak bisa," ejek Kanaya yang masih berdiri di belakang Adnan, memantau kinerja Adnan.

"Bisalah. Gak kayak kamu, bisanya jebolin tapi gak bisa benerin." Adnan berbalik badan lalu terkejut lagi karena langsung menatap dua bukit kembar yang terlihat jelas. "Bisa gak sih kamu ganti baju sekarang. Gak risih apa pake baju basah kayak gitu?"

1
Muhammad Malvien Laksmana
Luar biasa
Muhammad Malvien Laksmana
Biasa
Endah Windiarti
Luar biasa
Jessica
ceritanya bagus penulisan nya juga tertata g bikin jenuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!