Dokter Cantik Tuan Psikopat

...༻⌘༺...

Dor!

Suara tembakan itu memecah keheningan hutan. Burung-burung pun dibuat beterbangan olehnya.

Orang yang menarik pelatuk pistol tidak lain adalah Cody dan bukannya lelaki bertopeng merah tersebut. Detektif itu sengaja menembak lebih dulu sebelum dirinya yang tertembak. Sebagai detektif, dia sudah beberapa kali berhadapan dengan penjahat. Jadi Cody tahu apa yang harus dilakukan.

Cody langsung berlari secepat mungkin. Sementara lelaki bertopeng merah, jatuh ke tanah karena kakinya baru saja tertembak.

Orang bertopeng merah dan tertembak itu tidak lain adalah Ares. Dia tak menduga Cody akan langsung menembaknya.

Buru-buru Ares memaksakan dirinya bangkit. Dia berusaha mengejar Cody.

Posisi Cody sendiri sudah berada di tempat yang cukup jauh. Sayangnya dia berlari masuk ke tengah hutan belantara. Mengingat tadi posisi Ares menghalangi jalan arah pulangnya.

Cody berhenti berlari saat merasa kelelahan. Dia berusaha mengatur nafasnya ngos-ngosan.

"Sial! Aku sepertinya tersesat," gumam Cody sembari menoleh ke belakang. Dari kejauhan dia bisa melihat rerumputan bergerak. Terdengar juga suara langkah kaki seseorang mendekat.

Buru-buru Cody berlari lagi. Dia berhenti saat matanya melihat pemandangan tak terduga. Cody melihat ada sebuah kuburan besar yang ditutupi oleh susunan batu hitam. Selain itu, di sana juga terdapat banyak sekali mawar putih.

Cody yang curiga, segera menghampiri kuburan tersebut. Dengan perlahan, dia lewati tumbuhan mawar yang rimbun mengelilingi kuburan itu.

"Aaa!" Cody menjerit saat tangannya tak sengaja tergores duri mawar. Darahnya pun menetes ke salah satu bunga mawar putih.

"Mawar itu memang indah, tapi banyak yang tak tahu kalau bunga ini sangat mematikan," gumam Cody yang langsung mengobati lukanya dengan menghisapnya.

Kini Cody melanjutkan niatnya untuk mengamati kuburan besar. Saat sudah di sana, dia justru merasa aneh. Karena kuburan itu tidak tampak seperti kuburan pada umumnya.

Cody mengedarkan pandangan ke segala arah terlebih dahulu untuk memastikan keberadaan Ares. Ketika merasa sudah aman, dia periksa kuburan itu dengan teliti.

Mata Cody membulat tatkala menemukan sesuatu yang tak terduga. Ternyata ada bagian batu yang bisa digeser di kuburan tersebut. Dengan hati-hati, Cody geser batu itu. Kemudian terpampanglah sebuah jalan masuk ke bawah tanah.

"Ini adalah pintu!" seru Cody.

Bersamaan dengan itu, terdengar suara orang yang datang. Cody yakin orang yang datang adalah lelaki bertopeng merah tadi. Karena bingung harus bagaimana, dia memilih masuk ke dalam lubang di kuburan itu untuk bersembunyi.

Bruk!

Cody mendarat dengan sempurna di bawah tanah. Tak lupa dia tutup kembali pintu masuknya tadi.

Kini Cody perlahan berdiri dan melihat sekeliling. Ternyata tempat yang didatanginya bukanlah ruangan, melainkan sebuah jalan.

"Ini gila," komentar Cody. Sebagai detektif, dia justru semakin bersemangat untuk menguak kasus yang sedang berusaha untuk dipecahkannya. Jujur saja, semakin sulit kasusnya, maka tambah bersemangat pula Cody.

"Kanan atau kiri?" Cody berniat menelusuri jalan yang ditemukannya. Dia menjadikan alat pemantiknya sebagai penerang.

"Coba kupikir-pikir dulu. Tadi aku datang dari arah kanan. Maka kalau aku memilih kanan, kemungkinan aku akan menemukan jalan kembali." Cody memberikan hipotesis.

Arah kanan tentu adalah pilihan yang seharusnya dipilih Cody. Akan tetapi lelaki itu sangat penasaran dengan arah kiri.

"Kalau arah kanan jalan keluar, lalu kemana arah kiri akan membawaku?" ujar Cody. Karena haus akan rasa penasarannya, dia memutuskan mengambil jalur kiri. Toh Cody yakin kalau dirinya hilang, Kevin pasti akan langsung bertindak.

Setelah cukup jauh berjalan, Cody akhirnya melihat sebuah pintu dari kejauhan. Tanpa diduga, dia juga mendengar suara dari arah belakang.

Karena takut ketahuan oleh lelaki bertopeng, Cody bergegas memasuki pintu yang dilihatnya. Saat sudah masuk ke sana, bau busuk dan darah langsung menghantam indera penciumannya.

Akan tetapi Cody tak punya waktu untuk mempedulikan bau yang diciumnya. Hal utama yang harus dia lakukan sekarang adalah bersembunyi. Alhasil Cody dengan asal masuk ke sebuah ruangan.

Bersamaan dengan bersembunyinya Cody, Ares pun datang. Dia berjalan dengan menyeret kakinya yang tertembak.

"Sialan! Aku akan bunuh detektif bodoh itu!" Ares mengamuk. Dia sampai menghancurkan benda-benda yang ada di di sekitarnya.

Suara keributan yang dibuat Ares sampai terdengar ke lantai atas. Athena yang sekarang sibuk mengelilingi rumah, langsung dibuat kaget. Dia yakin kalau suara yang didengarnya berasal dari basement.

Athena pun memberanikan diri turun ke basement. Sebelum itu, dia tak lupa membawa sebilah pisau untuk perlindungan diri. Dia mengira ada penyusup yang datang. Mengingat Athena tak tahu kalau ada jalan rahasia di basement.

Saat diperiksa, Athena justru menemukan Ares yang tampak sibuk membedah kakinya sendiri.

"Ares!" panggil Athena seraya mendekat. "Apa yang terjadi padamu?" tanyanya.

"Kau sebaiknya diam sampai aku selesai mengambil peluru di kakiku," ujar Ares pelan namun penuh penekanan.

Di sisi lain, Cody yang bersembunyi, membelalakkan matanya ketika mendengar suara perempuan. Ia semakin kaget saat perempuan itu menyebut nama Ares.