Nalendra, I Love You

Kepulangan Nalendra ke rumah adalah hal yang di tunggu-tunggu oleh kedua orang tuanya. Sebagai seorang pria yang pernah merasakan sakit dan patah hati. Nalendra yang memang di sayang banyak orang semakin di sayang tentunya.

Apalagi kejadian lima tahun lalu. Nalendra bahkan sampai mengurung diri beberapa hari hanya gara-gara merasa kehilangan. Darisana lah mulai berubahnya sikap Nalendra. Pria itu lebih banyak diam dan tak banyak bicara lagi seperti dulu.

Nalendra juga lebih memilih tinggal di apartemen, Dengan alasan hanya ingin mandiri. Mommy Alea akan mengizinkan apapun asal masih ada batas. Kecuali menjadi seorang pemabuk Barulah tidak diperbolehkan.

Karena dalam sejarah keluarga, Bukan hanya dari agamanya saja yang melarang. Tapi di keluarga Abraham Dan Sanjaya pun di haramkan.

"Oma sama opa sejak kapan datang..."Nalendra bersila di hadapan kedua kakek dan neneknya yang sudah tua, Tapi masih terlihat begitu segar dan bugar.

"Oma sama Opa itu kangen sama kamu.. Kamunya dari tadi gak bisa di hubungi.. Untung Mommy kamu baik hati. Harusnya ya, Itu kamu yang datang dan menginap di rumah oma.. Masa Oma sama Opa yang kesini..."Panjang lebar Oma Kanaya bicara tapi hanya di tanggapi dengan sebuah anggukan saja.

Dengan sebuah boneka kucing kesayangannya. Nalendra memeluk benda lucu berbulu itu serta mengelus bulunya, Layaknya mengelus kucing sungguhan.

"Sayang..

Nalendra menoleh ke arah sumber suara dimana Sang Mommy datang dengan membawa dua cangkir teh hangat dan juga makanan ringan berupa biskuit untuk kedua mertuanya.

"Di minum dulu Bunda... Daddy..

"Duh.. Kayak tamu jauh aja, Pakek di suguhi segala.."Kata Oma Kanaya sembari meraih cangkir dan meminum teh nya.

"Lendra sayang.. Makan malem dulu yuk.. kamu belum makan loh.."Gelengan di kepala sang putra pertanda bahwa ia tak mau. Mommy Alea hanya bisa menghela nafas panjang. Wanita itu mendekati sang putra yang masih asyik dengan Boneka kucing itu.

"Kenapa gak mau makan? Kamu gak kangen masakan bunda..."Nalendra mengerjab pelan, Tatapan bundanya begitu sendu. Dapat Nalendra lihat apabila sang ibunda tengah bersedih.

"Iya.. Nalendra mau makan.."Sebuah senyum terbit dari bibir wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik itu.

Nalendra bangkit dan berjalan ke arah ruang makan di temani oleh sang Mommy. Dapat pria itu lihat, Disana sudah ada Brian yang baru saja menyelesaikan makannya.

"Kau makan lagi?" Brian nyengir atas pertanyaan sepupunya.

"Iya.. masakan Mommy lebih enak daripada masakan di Cafe tadi..."Sahut Brian sembari mengelap bibirnya dengan tisu.

"Bukan masalah enak tidak enak.. Memang pada dasarnya saja kau berperut karet..."Brian mencebik. Apa yang di katakan sepupunya memang benar.. tapi tidak sepenuhnya benar.

"Mommy.. Oma dan Opa nginap disini gak?

"Iya.. Oma sama Opa menginap kok..Brian mau menginap juga..?"Tanya Mommy Alea yang langsung dapat anggukan cepat dari Ponakannya itu.

"Gak boleh.. Orang punya rumah.. pulang aja ke rumahnya.. "Ucap Nalendra seakan malas dengan kehadiran Brian di rumah itu.

"Yeee.. Orang Mommy aja ngizinin.. Weeek..."Brian bangkit dengan raut wajah yang menyebalkan bagi Nalendra.

"Mommy.. Boneka monyet Brian ada di kamar kan?"

"Ada kok.. Mommy gak pernah pindahin...

"Makaciu Mommy.. Emmuuaaacchh..."Satu kecupan mendarat di pipi Mommy Alea hingga..

"BRIAAN!!

Mata Brian membola ketika melihat Uncle Al menatapnya dengan tatapan tajam. Brian tau, Pasti Uncle nya ini marah karena ia dengan berani mencium pipi Mommy Alea.

"Berani kamu ya! " Ancam Uncle Alvaro seraya melepas sandal yang di pakainya.

"Enggak.. Uncle..Beneran.. Brian gak sengaja.." Dengan segera Brian berlari meninggalkan ruang makan itu.

Daddy Al hanya bisa geleng-geleng kepala. Tatapan mata pria teralihkan terhadap Sang putra yang sedang makan disana.

"Nalendra.. Setelah makan malam ke ruangan daddy ya.. "Nalendra tak menjawab tapi pria itu mengangguk mengiyakan.

.

.

.

Usai makan malam bersama, Nalendra benar-benar menuju ke ruang pribadi Sang Daddy. Agak takut sebenarnya, Nalendra takut jika sang Daddy marah karena sudah selama tiga bulan ia tidak pulang sama sekali. Biasanya Nalendra akan mengunjungi rumahnya atau orang Tuannya satu atau dua minggu sekali.

Tapi selama tiga bulan ini, Nalendra memang tidak datang. Terlebih bulan lalu, Kedua orang tuanya tengah pergi ke pesantren untuk menjenguk sang adik.

Justru itu, Nalendra lebih memilih berada di apartemen dan fokus dengan kerjaannya sebagai penyanyi sekaligus model terkenal.

Tok..Tok.

"Masuk...

Ceklek..

Nalendra masuk ke dalam ruangan sang Daddy dengan jantung tak aman. Selama dia hidup, Daddy Al tidak pernah marah termasuk kepada anak-anaknya. Hanya satu kali Nalendra mendapatkan kemarahan dari Daddy Al, Bukan marah, Melainkan murka.

Dan itu terjadi saat Kirana tiada. Kepergian gadis itu membuat Nalendra sempat hilang arah hingga berakhir mabuk-mabukan. Dan darisana lah pertama kalinya Nalendra melihat sang Daddy marah, Bukan hanya itu tapi pukulan bertubi-tubi yang ia dapat. Beruntung Mommy nya datang melerai meminta Daddy Al berhenti, jika tidak? Entahlah..

"Kenapa hanya berdiri saja.. Kemari..."Suara Daddy Alvaro mengagetkan Nalendra yang sempat melamun disana.

"Daddy..

Pria paruh baya itu beranjak dari duduknya dan melepas kacamata bening yang sejak tadi bertengger di hidungnya yang bangir.

"Hay.. Boy, Bagaimana kabarmu.."Jauh dari dugaan, Daddy Al yang di kira akan marah nyatanya semua tidak terjadi. Daddy Al Justru memeluk tubuh tegap putranya dan menepuk-nepuk punggung Nalendra.

"Kemana saja kau selama ini?.Kenapa tidak ingat rumah.."Tanya Daddy Al seraya mengajak sang putra agar duduk di sofa.

"Daddy tidak marah..?" Bukan jawaban yang Daddy Al dapat tapi sebuah pertanyaan juga.

"Kau belum jawab pertanyaan Daddy Lendra.. Kemana saja kau selama ini? Kenapa tidak pulang sama sekali..

Nalendra menghela nafas panjang. Sepertinya bukan hanya Mommy saja yang selalu menganggapnya kecil, Tapi Daddy nya juga.

"Enda sibuk Dad..Kemarin juga Nalendra ada pemotretan di suatu desa. Makanya gak sempet hubungi kalian.."Jawaban yang logis dan masuk akal. Daddy Al hanya mengangguk mendapat jawaban itu.

"Ada yang ingin Daddy bicarakan ke kamu.. Ini tentang kamu sendiri.. "Alis Nalendra terangkat sebelah. Apa sebenarnya yang ingin Daddy nya ini katakan?

"Daddy mau bicara apa?

Daddy Al menarik nafas sebelum akhirnya pria itu berbicara dengan sangat hati-hati.

"Daddy tau.. Kamu masih merasakan terluka karena kepergian Kirana. Tapi Daddy mohon nak.. Jangan di teruskan. Masa depan kamu masih panjang Nalendra.. Jangan seperti ini terus.. Jangan kamu habiskan masa mu hanya untuk satu orang wanita. Ada kalanya kamu belajar membuka hatimu untuk wanita lain..

"Daddy bicara seperti ini, Bukan meminta mu untuk melupakan Kirana atau menggeser namanya dari dalam hatimu.. Hanya saja, Andai nanti ada wanita yang bisa mencuri hatimu.. Jadikan dia satu-satunya wanita yang kau cintai. Letakkan nama mereka di hatimu namun di tempat yang berbeda.. Kirana tidak pergi, Hanya saja Tuhan lebih sayang dia sehingga Tuhan mengambilnya terlebih dulu..Dan kelak nanti kita pasti akan menyusul kok.."Nalendra tersenyum mendengar nasehat sang Daddy. Apa yang di katakan Daddy Al memang benar adanya.

"Iya Dad.. Nalendra masih berusaha.." Di mulut masih berusaha, Tapi di hatinya Nalendra belum bisa. Akan tetapi semua akan Nalendra usahakan.

"Bagus.. Itu baru jagoan Daddy.." Bangga Daddy mengacak-acak penampilan rambut putranya yang berponi itu.

"Dan..Jangan pergi-pergi lagi.. Kasihan Mommy.."Lanjut Daddy Al.

"Iya Dad.. Al akan disini selama satu minggu.." Jawab Nalendra mantap. Walau sejujurnya otak pria itu tengah berada di apartemen sekarang.

"Semoga saja dia baik-baik saja tanpa aku..

.

.

.

TBC