Menjalani hidup sebagai seorang dewa, mengharuskan Dewa Abadi berhadapan dengan berbagai macam masalah; masalah keluarga, percintaan, musuh yang menghalanginya menjadi yang terkuat, dan lain sebagainya.
Sampai suatu ketika Dewa Abadi harus melindungi seluruh alam semesta dari kehancuran. Menyelamatkan kehidupan di alam semesta dan harus menjadi beban bagi Dewa Abadi? Tidak perlu terpikirkan sebelumnya, dan juga bukan keinginannya.
Namun, keadaan yang memaksanya harus menyelamatkan alam semesta dari kekejaman Dewa Perusak dan Pasukan Omniverse.
Apakah Dewa Abadi sanggup menghadapi keganasan mahkluk-mahkluk super raksasa yang disebut Pasukan Omniverse, iblis bermata satu?
Ikuti kisah perjalanan terakhir Dewa Abadi!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ex_yu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menggoda Dewa Abadi.
Bab 14. Menggoda Dewa Abadi.
Tujuan mereka mendekati gua karena ingin berlindung dari badai salju petir. Tetapi, dari dalam Gua Bernyanyi itu seperti memberikan ancaman bagi siapapun; di dalamnya gelap gulita, siapapun yang dekat akan mencium bau darah, dan bangkai manusia.
Karena badai salju petir semakin mengerikan, mau tidak mau satu per satu kelompok itu secara bergiliran masuk ke gua sempit; lubang gua selebar 3 meter, dan tinggi 170 cm.
Saat masuk, semua orang dengan tinggi badan lebih dari 170 cm harus membungkuk, menghindarkan kepala agar tidak membentur dinding gua.
Dewa Abadi dan timnya jelas akan masuk karena ingin tahu ada apa di dalam gua. Setelah semua peserta itu masuk, Dewa Abadi memimpin jalan masuk ke gua, didampingi oleh Guru Li Ning.
Nyonya Er Lang berada di barisan tengah, dan Nyonya Xiao Yihao berada di belakang untuk mengantisipasi lawan yang menyerang mendadak. Ketika masuk ke Gua Bernyanyi, bau darah dan bangkai menyengat hidung mengganggu indera penciuman. Semua orang menggunakan energi spiritual untuk menutup hidungnya.
Di dalam gua, pengelihatan kembali normal, walaupun masih tidak bisa menggunakan Mata Dewa, Mata Surgawi dan yang lainnya. Setidaknya gelapnya gua masih bisa dilihat dengan mata biasa, itu sudah lebih dari cukup bagi semua orang yang masuk.
Tetapi, sempitnya gua yang membuat tidak nyaman pada tubuh, apalagi postur tubuh tinggi Dewa Abadi lebih dari 185 cm, demikian juga dengan timnya yang rata-rata di atas 170 cm dan dibawah 185 cm.
Di dinding gua, Dewa Abadi melihat ukiran yang menceritakan kehidupan penduduk lokal Gunung Berkabut. Keseharian penduduk lokal terbiasa dengan berburu binatang mistik dan kultivator.
Jika menangkap kultivator, orang tersebut (penduduk lokal) disebut sebagai pemburu handal, dan dianugerahi gelar pahlawan oleh pemimpin Suku Shiren Zu (Ras Pemakan).
"Ke mana peserta yang sebelumnya masuk terlebih dahulu?" Dewa Abadi keheranan karena tidak mendengar langkah kaki mereka.
Ketika Dewa Abadi berbicara, suaranya menggema di dalam gua. Seharusnya, suara langkah kaki banyak orang sudah pasti terdengar. Hal ini yang membuatnya keheranan tidak sedikitpun mendengar suara langkah kaki para peserta itu.
"Biasanya ada jebakan, hati-hati dalam melangkah kaki!" Peringatan dari Putri Mahatma.
Dewa Abadi dan timnya segera waspada dengan langkah kakinya. Setiap mau melangkahkan kaki, selalu melihat tanah dan struktur dinding gua terlebih dahulu, khawatir jika ada mekanisme jebakan.
Semakin masuk ke dalam gua, suara wanita bernyanyi semakin jelas terdengar, suaranya itu menenangkan pikiran. Namun, dengan mencium darah dan bangkai manusia, suara merdu itu tidak bisa dinikmati justru memberikan suasana yang mencekam.
Karena suara nyanyian itu, Putri Mahatma teringat dengan perjalanan hidup sebelum bertemu dengan Dewa Abadi, dia bercerita, "dulu sewaktu di Planet Eridania, aku pernah menjelajahi gua yang mirip dengan gua ini, ada suara nyanyian wanita dan bau bangkai seperti ini ...."
"Apa yang ada di dalam gua itu?" Sela Dewa Abadi yang ingin tahu inti ceritanya saja.
"Setelah aku masuk lebih dalam, di ujung gua ada sebuah danau yang dihuni oleh seorang putri duyung... Mungkin saja suara nyanyian ini juga berasal dari putri duyung," kata Putri Mahatma.
"Mana ada putri duyung di pegunungan ini yang jauh dari lautan?" Dewa Abadi skeptis adanya putri duyung di gua ini.
"Makanya, dengarkan cerita sampai selesai dulu, baru bertanya!" Tegur Putri Mahatma.
Dewa Abadi menoleh ke belakang untuk melihat Putri Mahatma yang sedikit membuka topeng dan menjulurkan lidahnya. "Awas pembalasanku nanti!" Ancamannya karena kesal diledek.
"Saya tunggu dengan senang hati!" Tantangan Putri Mahatma, dan melanjutkan ceritanya.
"Putri duyung yang aku temui itu ditangkap ketika sedang bermain di pesisir pantai, dan dipenjara di gua dengan maksud untuk dijual nantinya. Tetapi, orang yang menangkapnya itu tidak kunjung kembali hingga 50 tahun... Aku membebaskannya dan membawanya kembali ke laut... Mungkin keanehan di gua ini juga hal yang sama!"
Guru Li Ning, Nyonya Er Lang dan Xiao Yihao tidak percaya, sebab penduduk lokal Gunung Berkabut tidak pernah keluar dari wilayah yang jauh dari lautan.
"Anomali ini mungkin serupa, tapi belum tentu sama dengan pengalamanmu. Suku Shiren Zu (Ras Pemakan) tidak pernah keluar dari wilayah ini karena akan diburu kultivator," kata Guru Li Ning.
"Saya hanya menceritakan pengalaman saja!" Sahut Putri Mahatma.
"Berhenti!"
Seruan Dewa Abadi saat melihat di depannya, tetapnya di tanah ada jejak langkah kaki dan robekan kain milik kelompok yang terlebih dahulu masuk. Guru Li Ning dan semua wanita di belakang segera berhenti berjalan, dan melihat Dewa Abadi sedang berjongkok di depan robekan kain itu.
Dewa Abadi melihat robekan kain yang terjepit di celah-celah retakan tanah. Dia menduga jika ada jebakan lubang tepat di depannya ini. Mungkin jebakan ini yang membuat kelompok lain tidak terdengar suaranya.
"Coba periksa di dinding, mungkin ada jalan lain. Di depan kita, ada banyak jebakan lubang di bawah gua ini!"
Sebelum semua orang mencari jalan lain, Nyonya Xiao Yihao berbicara kepada Dewa Abadi, "begini saja, agar penjelajah gua lebih cepat, semua orang lebih baik masuk ke dalam cincin dimensi. Cukup saya dan kamu yang menjelajahi gua ini!"
Saran Xiao Yihao di anggukan kepala oleh Nyonya Er Lang, tanda setuju. Dengan gua sempit dan penuh jebakan, sulit untuk menyelamatkan tim jika ada yang terperosok ke dalam lubang. Apalagi, medan gravitasi di lingkaran tingkat kedua semakin kuat, dan jelas tidak akan leluasa untuk bergerak bebas.
"Ibu, aku ikut!" Rengek Bai Mei yang tidak mau masuk ke dalam cincin dimensi.
"Ya sudah, dan jangan melepaskan pakaian Ibu!" Nyonya Xiao Yihao menuruti kemauan putrinya.
"Bagaimana dengan kalian?" Tanya Dewa Abadi kepada istrinya dan semua wanita.
"Lebih baik kita masuk saja. Jika ada sesuatu yang membahayakan, segera keluarkan kita," kata Guru Li Ning.
"Ada waktu untuk berlatih di Labu Sihir!" Dukungan Putri Mahatma yang ingin memperdalam ilmu dari Guru Tong dan Guru Surgawi.
Dewa Abadi berdiri dengan posisi membungkuk karena ketinggian gua sangat rendah. Dia mengeluarkan energi spiritual untuk menyelimuti tubuh semua wanita, kecuali Xiao Yihao dan Bei Mei.
Dalam sekejap mata, 16 wanita masuk ke dalam cincin dimensi. Mereka segera masuk ke dalam Labu Sihir untuk berlatih. Ibu dan anak itu tersenyum di balik topengnya saat tidak ada pesaing berat.
"Jika kalian mau, peluk pinggangku. Aku akan gunakan teknik kamuflase," kata Dewa Abadi yang akan menggunakan Teknik Perubahan Wujud.
Kedua wanita itu tanpa malu segera memeluk pinggang Dewa Abadi, Nyonya Xiao Yihao di sisi kanan, dan Bei Mei di kiri. Dewa Abadi dengan jelas merasakan dada mereka yang kenyal, dan menahan gairah sebagai pria normal.
"Dada ini membuatku kehilangan fokus!" Gerutu Dewa Abadi
"Tetapi kamu suka, kan? Hahaha!" Goda Nyonya Xiao Yihao.
Tiba-tiba Bei Mei berbisik, mengatakan sesuatu yang tidak dipikirkan oleh Dewa Abadi, "ingat janjimu sewaktu di rumahku, kita adalah pasangan suami-istri yang belum... Itu... Aku siap kapanpun juga!"
Dewa Abadi tersenyum di balik topeng. Jika gua ini lebar dan leluasa untuk bergerak, saat ini juga akan membuat kedua wanita ini berteriak kenikmatan. Untung saja situasi tidak mendukung untuk melakukanya.
Tidak ingin diganggu dua iblis wanita penggoda ini, Dewa Abadi menggunakan Teknik Perubahan Wujud, berubah menjadi udara, termasuk kedua wanita ini yang memeluk pinggangnya.
"Wow, hebat teknikmu ini!" Seruan Nyonya Xiao Yihao yang kagum, dia bisa melihat dirinya yang berubah menjadi udara, terasa ringan, tapi masih tidak lepas dari tekanan medan gravitasi.
"Nanti ajarkan teknik ini, ya?" Bei Mei merapatkan tubuh sehingga dadanya semakin dirasakan oleh Dewa Abadi.
"Mudah saja. Tapi nanti... Huff!" Kekesalan Dewa Abadi karena kedua wanita ini menjadi berubah sifat saat tidak ada istrinya, menjadi wanita penggoda.
Dewa Abadi menduga, ide Nyonya Xiao Yihao sebelumnya bertujuan agar bebas untuk mendekatinya tanpa gangguan dari semua wanita yang ada di dalam cincin dimensi. Tidak ingin terus-menerus tergoda, Dewa Abadi melesat ke dalam gua sambil dipeluk oleh dua wanita ini.
Ketika melesat seperti angin, mekanisme jebakan bawah tanah di gua terpicu. Dewa Abadi dan kedua wanitanya ini melihat ke dalam lubang jebakan yang sangat dalam. Mereka tidak melihat peserta yang terjebak. Kemungkinan lubang dalam ini membawa peserta lain ke suatu tempat terdalam.
"Kita beruntung tidak masuk ke dalam lubang!" Gumam Bei Mei.
Bei Mei membayangkan apa jadinya saat masuk ke dalam lubang dan ditangkap oleh Suku Shiren Zu, Ras Pemakan manusia. Yang tidak diinginkannya, sebelum dimakan hidup-hidup, sudah pasti akan dilecehkan oleh pria Suku Shiren Zu.