Aqilla adalah satu satunya anak perempuan dari pasangan teguh dan Miranti. Tapi meskipun perempuan semata wayang tidak membuat ia menjadi anak kesayangan. Aqilla tidak terlalu pintar dibandingkan dengan Abang dan adikanya yang membuat ia di benci oleh sang ibu. selain itu ibunya juga memiliki trauma di masa lalu yang semakin membuat nya benci kepada Aqilla. akan kan suatu hari nanti Aqilla bisa meluluhkan hati sang ibu dan sembuh dari trauma nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Aqilla kembali terbangun saat jam wekernya telah berbunyi. Ia mematikan jam nya dan bergerak turun dari tempat tidurnya. Sprei yang terkena noda darah dan bekas-bekas pemerkosaan nya semalam sudah Aqilla bersihkan.
Perih seketika menjalar dari selangkangan nya saat Aqilla melangkahkan kakinya. Ringisan kecil terdengar dari mulut nya. Saat ini dia sudah tak perawan lagi. Hancur sudah masa depannya.
Aqilla memaksakan dirinya untuk tetap bersekolah. Hari ini pembagian jadwal tryout. Tidak mungkin jika dia tak masuk sekolah. Setelah di rasa cukup dengan penampilannya, dia pun berjalan pelan menuruni anak tangga. Dengan keras Aqilla berusaha untuk jalan seperti biasanya mengabaikan rasa sakit di area sensitifnya. Takut jika ada yang menyadari atau curiga dengan cara nya berjalan.
"Hai. Masih sakit?" tanya Adnan yang kini sudah berada di depan pintu kamar nya.
"Maksud Abang?" mata Aqilla seketika membola. Berbagai dugaan bersarang di kepalanya. Apa mungkin yang melakukan itu adalah Abang nya sendiri.
Adnan mendekatkan wajahnya hingga hembusan nafasnya terdengar jelas oleh Aqilla. Tubuh aqilla bergetar, dia merasa takut sekaligus marah terhadap lelaki di depannya itu.
"Santai aja kali. Kamu gak ingat apa, kalau kamu sendiri yang mau. Aku punya rekaman video saat kamu menari kesana-kemari pengen di puasin. Kalau kamu ngadu ke mama, aku akan sebarin video ini," ancam Adnan.
"aku gak mungkin ngelakuin itu. Pasti Abang kan yang udah buat aku kayak gitu? Tega Abang sama aku, adik kamu sendiri," suara Aqilla tercekat ketika dengan cepat Adnan memutar video dari ponsel nya.
Yang menampilkan video dirinya yang menari seperti kupu-kupu malam. Sambil menggerayangi tubuh nya sendiri dan membuka kancing piyamanya.
"Gak, itu pasti editan. Aku gak pernah kayak gitu. Kalau pun itu benar. pasti Abang udah masukin sesuatu ke minuman aku kan,?" ucap Aqilla bergetar.
"Hustt.. jangan keras-keras nanti mama denger loh. Mau aku adukan ke mama? Kan kamu sendiri disitu gak ada gambar aku kan," ucap Adnan menyeringai.
"Brengsek. Laki-laki yang aku anggap Abang ternyata gak lebih dari bajingan," ujar Aqilla menatap tajam abangnya itu.
Adnan yang tersulut emosi, memegang dagu Aqilla dengan kuat. Mata aqilla berkaca-kaca sekuat mungkin dia tahan. Tubuhnya juga sudah gemetar menahan tangis sedari tadi.
"Berani kamu ngelawan aku. Aku adukan kamu ke mama. Mama juga akan lebih percaya sama aku di banding kamu. Dan aku pastikan kamu gak akan bisa hidup tenang di rumah ini. Kalau perlu kamu keluar dari rumah ini, sadar kamu tuh cuma beban," tandas Adnan. Suaranya pelan namun sarat akan ancaman. Dia menghempaskan wajah Aqilla dan pergi meninggalkan nya.
Aqilla meraup wajahnya kasar. Lagi-lagi keluarga nya sendiri yang tega berbuat seperti itu. Sebisa mungkin Aqilla menahan emosinya. Di rasa sudah cukup, dia kembali melanjutkan jalannya menuruni anak tangga.
"Kak qilla kenapa, kok mukanya pucat gitu? Sarapan dulu aja yuk," ajak Alvaro.
"Gak usah. Sejak kapan mama kasih izin dia makan bareng kita Alvaro. Cepat kamu habiskan sarapan mu, biarkan saja dia. Paling juga cuma akting biar dapet perhatian," ketus Miranti.
Bahkan Miranti belum melihat ke arah Aqilla saja sudah berucap ketus seperti itu. Dia benar-benar tak perduli dengan apa yang terjadi pada anak gadisnya itu.
Adnan yang sudah berada di seberang meja Alvaro menyeringai ke arah Aqilla. Dia meletakkan telunjuknya di bibir, memberi isyarat agar Aqilla tutup mulut.
Gadis itu menelan salivanya dengan susah payah. Rasa takut terus menghantuinya. Kapan pun Adnan mau pasti dia akan melakukan nya lagi.
"Iya, varo. Kakak gak papa kok. Ma,Aqilla pergi dulu yaa." ucap Aqilla berusaha tenang.
"Kak qilla hati-hati yaa. Kalau ada apa-apa kabari aku, biar aku yang jemput nanti," ujar Alvaro.
Aqilla mengangguk ke arah adiknya. Dia tersenyum hambar saat sang ibu tak merespon nya. Aqilla lebih memilih untuk segera pergi. Selain menghindari tatapan Adnan yang menusuk, dia juga tak ingin berlama-lama di sana. Kehadirannya sangat tidak di anggap oleh sang ibu.
"Aduh, kenapa perih sekali rasanya. Bus nya juga lama sekali sih lewat nya. Tahan Aqilla, kamu pasti kuat. Gak boleh lemah," ucap Aqilla memberi semangat pada dirinya sendiri.
Setelah hampir lima belas menit menunggu di halte,akhirnya bus menuju sekolah nya pun tiba. Dengan segera Aqilla masuk karena jam sudah hampir menunjukkan pukul tujuh.
Lagi-lagi kesialan menghampiri nya, seluruh tempat duduk bus sudah di penuhi oleh beberapa mahasiswa juga para pekerja. Mau tidak mau Aqilla harus berdiri bersama beberapa orang lainnnya.
"Aqilla, sini duduk di tempat aku aja. biar aku yang berdiri," ucap salah satu lelaki yang memakai seragam yang sama dengan Aqilla.
Ternyata itu Edo mantan ketua OSIS,yang juga satu jurusan dengan Aqilla. Hanya beda kelas saja.Dia memang terkenal sangat ramah di kalangan semua penghuni SMA Pelita Harapan.
"Ehh gak usah do, aku berdiri aja gak papa. lagian bentar lagi juga sampek," balas Aqilla.
lelaki berkacamata dengan tubuh yang bongsor itu malah ikutan berdiri di sebelah Aqilla. Kening Aqilla berkerut heran menatapnya.
"Loh Do, kok kamu malah ikutan berdiri sih. Udah duduk aja kali gak usah ikutin aku," ujar Aqilla.
"kalau kamu gak mau duduk aku juga gak akan duduk. Perempuan itu harus di utamakan. Sebagai cowok, gak enak dong aku liat kamu berdiri sementara aku duduk. Jadi silahkan kamu aja yang duduk," ucap Edo membuat Aqilla tertegun.
"hmm,oke. Aku duduk, makasih yaa," ucap Aqilla canggung.
Dua puluh menit di dalam bus bersama Edo membuat Aqilla risih sendiri. Edo yang berdiri di sebelah kursi Aqilla terus melirik gadis itu. Saat Aqilla balas menatap nya dia malah tersenyum penuh arti. Yang membuat Aqilla bergidik ngeri.
"Eh,Aqilla tungguin. Barengan ya ke kelasnya. Kan kelas kita deretan,"sergah Edo menarik lengan Aqilla yang baru turun dari bus.
"Ohh, iya boleh. tapi tangan kamu, lepasin ya gak enak di lihat yang lain," ujar Aqilla canggung.
"Maaf-maaf reflek tadi. Di lihat-lihat kamu ternyata cantik juga yaa, pinter lagi. Kenapa cewek secantik kamu kok bisa gitu di musuhi banyak orang. padahal kamu juga baik loh, aku yakin itu," cerocos Edo yang tak di hiraukan oleh Aqilla.
Nathan yang sedang berada di ujung koridor memperhatikan Aqilla yang sedang bersama Edo. Ada sedikit rasa cemburu yang bersarang di hatinya. Dengan santai Nathan menghampiri Edo dan Aqilla yang tampak tak nyaman.
"Ekhem, kayaknya kelas mu udah kelewatan deh Edo. Tuh di sana, bukan di sini. Sengaja atau pura-pura lupa," Sinis Nathan menghalangi langkah mereka.
"Lah iya ya, aku lupa. Aqilla, aku balik ke kelas aku dulu yaa. Besok kita barengan lagi berangkat nya. Dah, Aqilla sampai ketemu besok," ujar Edo berjalan mundur sambil melambaikan tangan nya.
Meskipun mantan ketua OSIS, tapi percayalah Edo gak seperti ketua OSIS lain yang populer. Dia dulunya hanya wakil, namun karena Rafi ketua OSIS yang sebenarnya membuat masalah. Maka Edo lah yang di tunjuk untuk menggantikan posisi Rafi.
Dia juga tidak terlalu tampan. Badannya yang bongsor dengan kacamata yang terus melekat di wajahnya. Membuat aura kepintarannya menonjol. Di tambah lagi pakaian nya yang selalu rapi.
Dia sering mengikuti banyak olimpiade dan duduk di kelas unggulan. Ya hanya itu yang membuat nya di kenal banyak orang selain sifatnya yang ramah.
Aqilla juga heran, baru kali ini dan untuk pertama kalinya Edo mengajaknya ngobrol dan bertatap muka dengan nya.
"Kok kamu bisa bareng dia sih. Kenapa gak telpon aku aja kan bisa aku jemput," protes Nathan.
"Apa sih kamu kok jadi posesif gitu. udah biasa juga kan aku naik bus. Tadi juga gak sengaja ketemu dia di dalam bus, terus dia ngajak ke kelas bareng. udah gitu aja," jelas Aqilla.
"Tetep aja aku gak suka liat kamu jalan sama dia. Ehh, iya kok kayaknya muka kamu agak pucat yaa. Kamu sakit, ke UKS aja yuk," ucap Nathan saat memperhatikan wajah Aqilla. Keduanya kini sudah berada di dalam kelas.
" Gak papa, aku mungkin kurang tidur aja. Soalnya tadi malam aku bergadang karena belajar. Kan Senin udah tryout," elak Aqilla.
"Tapi beneran gak papa kan? Kalau nanti kamu rasa gak enak banget bilang ya. Aku anterin ke UKS," ucap Nathan.
"Siap boss!!" Aqilla meletakkan tangannya di dahi memberi tanda hormat agar Nathan tak khawatir.
Detik demi detik berlalu. Sesekali Aqilla masih merasakan sedikit perih di area kewanitaan nya. seperti saat ini ketika hendak menuju kantin bersama Nathan, dia tak sadar jika caranya berjalan terlihat sedikit mengangkang.
"Ehh, liat deh sis kok cara jalannya si Aqilla kayak beda gitu yaa," ujar Mauren mulai menggosip.
Siska yang semula sibuk melahap mie nya itu seketika beralih memperhatikan Aqilla yang baru memasuki kantin.
"Iya ya. kayak sedikit ngangkang gitu. Atau jangan-jangan dia sama Nathan udah..." Siska menutup mulutnya tak percaya.
"Wihh parah sih kalau emang bener. secara si Aqilla itu kan cupu mukanya juga polos gitu. Masa iya sih dia berani gituan," lanjut leya.
" Heh, yang kelihatan polos itu justru yang harus di curigai. Mukanya aja polos tapi gak tau kan kalau dia ahlinya. Sengaja pasang wajah lugu biar orang-orang gak curiga sama dia," sambar Sesil.
"Aku setuju sama sesil. Kalau bener dia udah enak-enakan sama Nathan, aku gak terima. Aku gak rela kalau dia berani lakuin itu, habis tuh orang. Aku yakin pasti dia nih yang udah godain Nathan," seru Siska.
Dia meremas sendok yang ada di tangan nya. Sorot matanya tajam melirik ke arah Aqilla yang saat ini tengah bercanda dengan Nathan di meja sebrang.
"Hmm, kamu sibuk gak nanti sore. Aku jemput yaa, aku mau ajak kamu keliling kota. emang kamu gak suntuk apa di rumah terus," tawar Nathan.
"Aku udah biasa dari dulu ya emang jarang keluar. Takut di marahin sama mama. Tapi kalo nanti sore bisa deh kayaknya, mama aku lagi keluar kota. Semingguan gitu deh kayaknya. Biasa urus bisnis peninggalan papa," jawab Aqilla.
"Ya udah nanti aku jemput sekitar jam setengah lima yaa. Kamu siap-siap dandan yang cantik. Aku pengen bawa kamu ke suatu tempat spesial,"
"Mau kemana sih pake dandan segala. Aku gak pinter dandan. Kan tadi bilang nya cuma keliling kota doang,"
"Ada deh, pokoknya aku mau liat penampilan kamu beda dari biasanya. Tapi mau pake baju apa aja sih kamu tetap cantik kok," goda Nathan membuat pipi Aqilla bersemu.
"Hmm, Nathan aku harap kita bisa ya kayak gini terus. Maaf kalau aku egois, tapi aku belum siap terima semuanya. Aku belum siap tentang status kita yang ternyata..,"
" Gak usah di terusin lagi, aku juga gak mau. seneng sih kalau kamu jadi kakak aku, tapi lebih senang lagi kalau kamu jadi pasangan aku," ucap Nathan.
penulis nya siapa
editor nya siapa
jumlah halaman nya berapa
tokoh utama nya apa
tempat tinggal nya dimana
memiliki keinginan apa
menghadapi kendala apa.