Saga, Kira Dan Luna adalah tiga bersaudara yang bisa melihat hantu. satu persatu arwah datang untuk meminta pertolongan. Kematian kedua orang tua yang misteriuspun masih menjadi misteri Dan mereka berusaha mengungkapkan siapa dalang di balik pembunuhan kedua orang tuanya. Dapatkah Saga, Kira Dan Luna mengungkap siapa dalang do balik pembunuhan Itu Dan dapatkan mereka menyelesaikan semua maslah para arwah gentayangan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirei39, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kebohongan
Bab 6
Pagi pagi sekali Luna sudah berangkat ke sekolah, dia berniat pergi ke sekolah harapan bangsa lebih dahulu karena mimpinya semalam.
Luna menunggu kedatangan Ara, Mia dan Rina. Karena seragam sekolah yang berbeda membuat Luna menjadi pusat perhatian disana. Semua siswa yang lewat memandang Luna dan penasaran kenapa siswa sekolah elit bisa ada di sekolah mereka.
Luna tak peduli dengan tatapan semua orang yang lewat, dia hanya fokus pada wajah ketiga teman Sella yang sudah Sella beri gambaran di mimpinya tdi malam.
"Maaf, apa Ara, Mia dan Rina sudah datang ke sekolah? " tanya Luna pada salah seorang siswi yang lewat.
"Hmm.. Sepertinya belum. Soalnya mobil Ara belum ada di parkiran. " jawab siswi tersebut.
"Oohh jadi Ara selalu membawa mobil? " gumam Luna.
"Kalau boleh tau ada perlu apa dengan mereka? Kalau bisa jangan berurusan dengan mereka karena mereka itu tukang Bully. " ucap siswi tersebut setengah berbisik.
Luna tersenyum.
"Ya, aku tau. Tenang saja. Terimakasih ya. " ucap Luna dengan lembut.
Tak berapa lama Luna menunggu akhirnya mobil Ara pun datang. Mereka bertiga turun dari mobil dengan gaya sombong mereka dan terlihat beberapa siswa memang ketakutan melihat mereka.
Luna mengikuti Ara dan kedua temannya ke taman belakang, entah apa yang akan mereka lakukan di taman belakang sekolah namun Luna tetap mengikuti mreka tanpa sepengetahuan Ara, Mia dan Rina.
"Maaf." Luna menghentikan langkah mereka.
Ara berbalik dan aneh karena tak mengenal Luna.
"Siapa kau? " tanya Ara dengan kedua tangan di lipat di dada.
"Kalian Ara, Mia dan Rina? " tanya Luna.
"Siapa kau? Berani sekali datang kemari sendirian." Mia sekolah-sekolah menantang Luna.
"Hentikan sikap arogan kalian dan penindasan pada orang lain. " Luna langsung bicara pada intinya.
"Ha? Apa maksudmu? " Rina mendorong dada Luna hingga mundur beberapa langkah.
"Apa hakmu melarang kami? Memangnya kau siapa? Jangan sok jdi pahlawan! " ucap Ara ketus.
"Aku bisa melaporkan tindakan kalian pda polisi tentang pembullyan hingga merenggut nyawa seseorang." Luna tak terlihat takut sama sekali.
"Hei apa maksudmu? Coba katakan lagi?! " Ara maju dan mencengkram kerah baju Luna.
Bukan nya takut, Luna malah tersenyum mendapat ancaman dari Ara.
"Aku tau apa yang sudah kalian lakukan pada Sella. " Luna mulai mengeluarkan ancamannya.
Ara yang terkejut mendengar nama Sella langsung melepaskan cengkraman nya dan mundur. Mereka bertiga saling pandang.
"Memangnya kau tau apa? " tanya Mia dengan suara sedikit bergetar karena mulai takut.
"Aku tau semua, Sella yang memberitahuku. " Luna tersenyum menyeringai.
Ara, Mia dan Rina saling pandang, nyali mereka mulai ciut.
"Jangan bicara omong kosong. Sella sudah mati. " sahut Rina.
"Kau mau membodohi kami? Memangnya kau siapa? Sella tak pernah pu ya teman selain kami. " pungkas Ara.
"Teman? Apakah teman akan menyebabkan temannya mati? " Luna maju selangkah demi selangkah dengan mantap dan penuh keberanian.
"A.. Apa.. Maksudmu? Kau sudah gila! aa mulai ketakutan.
" Ya, Sella memang sudah mati tapi sekarang dia ada disini bersama kita. " Luna tersenyum ke arah Sella yang memang sudah berdiri di samping Luna sedari tadi.
"A.. Apa? " Mia dan Rina mendekatkan diri ke tubuh Ara. mereka melihat kesana kemari seolah mencari keberadaan Sella.
"Ara, bagaimana ini? Aku takut. " Rina mulai merengek.
"Jangan takut, aku yakin dia hanya menggertak. " jawab Ara, namun sebenarnya dia pun merasa takut.
"Kau tak percaya kalau Sella ada disini? " tanya Luna.
"Apa maumu? " tanya Ara.
"Aku ingin kalian mengakui kesalahan kalian pada kakak Luna dan meminta maaf. " kata Luna.
"Apa? Kami harus minta maaf? Tapi aku tidak pernah meminta maaf pada seseorang" ucap Ara dengan angkuhnya.
"Ara, lakukan saja. " Mia memohon.
"Tak apa jika kau tidak ingin meminta maaf, tapi setiap hari arwah Sella akan mengganggu kalian hingga kalian mati perlahan lahan. " Luna menakut nakutin Ara dengan wajah serius.
Ara tiba tiba teringat kejadian di kamar mandi dimana dia mendapatkan sentuhan dingin dari tangan misterius.
Ara menelan ludah, dia takut namun harga diri dan ego masih lebih tinggi dari ketakutan.
"Bagaimana? " Luna memberikan penawaran.
"Ara Ayo minta maaf saja, aku tidak mau diganggu hantu terus. " ucap Rina.
"Ya, Rina benar. Ayo kita minta maaf saja. "
Setelah beberapa saat berpikir dan menimbang, akhirnya Ara pun setuju untuk minta maaf pada kakak Sella.
"Satu lagi, hentikan perbuatan bullying kalian pada siapapun. Kalau tidak Sella akan kembali dan menghantui kalian. " Luna memberikan syarat lagi.
"Karena dia selalu mengawasi. " Luna tersenyum sinis namun dalam hati dia ingin sekali tertawa terbahak bahak melihat wajah ketiganya yang pucat pasi karena takut.
"Baik, baik. Kami akan lakukan. " Ara pun menyetujui.
"Kalian jangan bohong karena Sella akan tau jika kalian bohong. "
"Kami tau! " Ara menjawab dengan kesal.
Luna pun pergi meninggalkan sekolah harapan bangsa dengan senyuman puas di bibirnya. Dan Sella pun bisa pergi dengan tenang .
Di balik pohon, Kira yang mengikuti Luna sejak pagi karena penasaran kemana Luna akan pergi pagi pagi sekali tersenyum karena bangga kalau adiknya bisa menyelesaikan masalah sendiri tanpa bantuan dan tanpa rasa takut sma sekali.
Luna tak tau kejadian semalam dan kedua kakaknya pun tak mengatakan apapun pada Luna.
Ara, Mia dan Rina pun pergi menemui kakak Sella, meminta maaf dengan tulus dan walaupun hatinya sangat hancur, Ben akhirnya memafkan mereka bertiga dan mereka berjanji tak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Saat melewati gerbang sekolah harapan bangsa, tak sengaja Luna berpapasan dengan seorang siswa berparas tampan dan tinggi yang menarik perhatian Luna dan mereka saling tatap.
Tapi bukan karena dia tampan yang membuat Luna tertarik, namun karena di ikuti oleh arwah seorang laki laki seumuran dengannya dan berwajah sama dengan siswa tersebut.
Arwah yang mengeluarkan asap hitam di tubuhnya yang menandakan kalau dia memiliki dendam.