Pertemuannya kembali dengan keluarga kandungnya membawa kehidupan baru bagi Luna. Dia harus menikah dengan kakak iparnya sendiri sesuai wasiat terakhir sang kakak sebelum meninggal.
"Lu-Luna... Belajarlah untuk mencintai kak Andra. Menikahlah dengannya, kakak mohon....."_ Aleena
"Tidak kak, aku tidak mau. Mana mungkin aku menikahi kakak iparku sendiri."_ Luna.
Pernikahan yang terjadi tanpa cinta itu apakah akan berlangsung lama, atau hanya akan bertahan seumur jagung saja?
"Sampai kapanpun kamu tidak akan pernah bisa menggantikan posisi Aleena dihati aku, sekalipun kamu adalah adik kandungnya."_ Raffandra.
Yang penasaran dengan ceritanya langsung saja kepoin ceritanya disini yuk.
Dan jangan lupa masukkan sebagai favorit, beri like, vote, hadiah dan bintang 5 nya. Terimakasih 🙏🥰
💖💖💖💖💖
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 : WCTR
Andra keluar dari ruangan meeting bersama dengan Hansen. Dia mencoba menelfon Luna, namun ponsel Luna sedang sibuk terus hingga dia terus mencoba beberapa kali. Andra jadi teringat dengan ucapan Luna semalam.
"Tapi yang menelfonku adalah seorang pria."
Tiba-tiba Andra menjadi resah memikirkan kata-kata Luna itu. Benarkah semalam yang menelfon Luna adalah seorang pria? Mungkinkah itu pria yang bernama Radit? Pria yang disebut Luna dalam tidurnya empat bulan lalu.
"Hansen, aku ada tugas untuk kamu." ucap Andra seraya menyimpan kembali ponselnya dibalik jasnya.
"Tugas apa itu, Tuan?" tanya Hansen berdiri menghadap tuannya.
"Tolong kamu suruh orang untuk memindahkan barang-barang Aleena dari dalam kamarku dilantai dua. Dan masukkan barang-barang milik Luna yang ada didalam koper ke dalam lemari. Pastikan sebelum aku pulang semuanya sudah beres. Dan jangan lupa kamu awasi pekerjaan orang itu, pastikan dia bekerja dengan benar."
Sejak empat bulan ini Andra memang belum mengijinkan Luna untuk memakai lemari pakaian milik Aleena. Pria itu masih sangat kehilangan Aleena sehingga dia tidak rela jika barang-barang yang mengingatkannya pada mendiang istrinya itu sampai dia pindahkan ke tempat lain.
Namun hari ini, entah ada apa dengan hari ini. Tiba-tiba saja Andra kepikiran Luna terus. Bahkan dia sampai tidak berkonsentrasi saat memimpin rapat tadi. Tidak mungkinkan hanya karena sebuah ciuman dipipi mampu membuatnya seperti tersihir oleh Luna. Hingga bayang-bayang wajah Luna terus menari-nari di pikirannya.
Hansen menganggukkan kepalanya, "Baik, Tuan muda. Saya akan mencari seorang pelayan wanita untuk melakukannya."
"Lakukan sekarang juga!" Andra sengaja memerintah Hansen karena semua pelayan dirumah sedang diliburkan oleh mamanya.
Kemudian Hansen pun segera pergi untuk menjalankan tugas dari tuannya. Dalam hal ini Andra memang bisa mempercayakan pada Hansen. Asistennya itu selalu bisa untuk diandalkan.
Setelah Hansen pergi, Felicia datang menghampiri Andra sebelum pria itu sempat melangkahkan kakinya ke ruangan kerjanya.
"Kak, ayo kita makan siang bareng." ajak Felicia.
Andra tidak langsung menjawab, sebenarnya dia ingin keruangan kerjanya untuk mencoba menelfon Luna lagi. Karena semalam Luna mengeluh perutnya sakit sehingga Andra merasa sedikit khawatir. Dia ingin menanyakan kondisinya.
"Baiklah." jawab Andra membuat Felicia tersenyum kegirangan.
Mereka makan ditempat mereka biasa makan. Didekat kantor memang ada sebuah restauran yang menjadi langganan untuk mereka makan setiap hari.
"Rafandra Harrison, seandainya kamu tau sebuah rahasia. Apa kamu masih bisa setenang ini?" batin Felicia. Saat ini mereka sudah duduk di restauran dan sedang menunggu makanan yang mereka pesan datang.
Andra memang sedang duduk dengan tenang sembari mencoba menelfon Luna lagi. Namun Luna tidak menjawab telefonnya.
"Sebenarnya apa yang sedang gadis lakukan sampai dia mengabaikan panggilanku terus." gumam Andra dalam hati.
...☘️☘️☘️☘️☘️...
Damar yang mendengar suara dering telefon dari kamar Felicia menjadi ingin melihat kamar putrinya itu. Apakah mungkin Felicia meninggalkan ponselnya di rumah? Namun itu bukan suara nada dering ponsel Felicia.
Karena penasaran, Damar memegang gagang pintu dan ingin membuka pintu kamar itu. Namun dia tidak jadi membukanya saat melihat Soraya pulang. Rupanya Soraya ingin mengambil barangnya yang ketinggalan dikamar.
Akhirnya Damar memilih untuk menghampiri istrinya saja. Dia sampai melupakan dering telefon yang terdengar dari dalam kamar Felicia tadi.
"Ma! Mama ini sudah tua. Harusnya mama malu keluyuran terus setiap hari." ucap Damar dengan nada tinggi. Dia sudah sangat kesal pada istrinya itu. Entah harus dengan cara apa lagi dia harus menasehati istrinya untuk meninggalkan gaya hidup borosnya.
"Enak aja mama dibilang udah tua. Papa tuh yang udah tua! Penyakitan lagi." balas Soraya tidak terima karena dikatain tua sama suaminya.
Soraya kembali berkata, "Mending papa minta Andra supaya memasukkan lagi papa kedalam perusahaannya. Biar kita jadi ada pemasukan lagi. Biar papa jadi ada gunanya dikit, daripada gak jelas diam dirumah."
Damar nampak marah mendengar ucapan istrinya, dia sampai mengangkat tangan kanannya dan ingin menampar wajah wanita itu.
"Kenapa? Papa mau nampar mama? Papa ingat ya, dulu papa yang cinta mati sama mama sampai papa lebih memilih cerai dari Dania. Jadi jangan papa pikir mama tidak berani meminta cerai jika papa berani kasar sama mama!" Nafas Soraya nampak menggebu-gebu, matanya memerah karena menahan kesal. Akhirnya dia memilih pergi kekamarnya sebentar sebelum akhirnya pergi keluar rumah.
Sebenarnya dulu Soraya memang sengaja membuat Damar tergila-gila padanya. Apalagi dengan jabatan yang dimiliki oleh Damar diperusahaan keluarga Harrison, membuat Soraya rela menjadi seorang pelakor dalam rumah tangga Damar dan Dania.
"Ya Tuhan, aku sudah sangat bersalah pada Dania. Mungkin ini semua adalah karma untukku." gumam Damar dengan mata yang nampak berkaca-kaca.
Damar kembali teringat akan Dania, istri pertamanya. Seandainya saja dulu dia tidak terjebak kedalam permainan Soraya, mungkin sekarang dia sudah bahagia hidup dengan Dania dan kedua putri mereka, Aleena dan Luna. Sekarang semuanya hanya tinggal penyesalan.
Rupanya sejak tadi Luna juga mendengarkan pertengkaran papa dan mama tirinya itu dari balik pintu kamar Felicia. Air mata Luna menetes, dia merasa kasihan pada papanya. Tidak seharusnya papanya diperlakukan seperti ini oleh mama tirinya itu.
Luna mendapatkan sebuah pesan masuk di ponselnya. Beruntung tadi Luna sudah men-silence nada dering ponselnya saat papanya tidak jadi membuka pintu kamar itu. Karena sejak tadi nomor dengan nama kontak 'Pria Tampan' terus berusaha menghubunginya. Kemudian Luna membuka pesan itu.
[ Hei, Nona. Aku ingin bertemu denganmu dan mengajakmu untuk makan siang. Anggap saja ini sebagai permintaan maaf kamu padaku. Sekarang juga aku menunggumu ditaman yang kemarin, jika kamu tidak datang maka aku akan terus meneror kamu sampai suami kamu menceraikan kamu. ]
Luna merasa sangat kesal sekali setelah membaca pesan dari pria itu. Sampai dia hampir saja membanting ponselnya sendiri saking kesalnya.
"Dasar cowok rese! Berani sekali dia mengancamku. Awas saja, aku kerjain balik kamu nanti." Luna berkata pada dirinya sendiri dengan kesal. Lalu dia keluar dari kamar Felicia dengan sangat hati-hati. Dia ingin mencari keberadaan papanya.
Rupanya Damar sedang duduk disebuah kursi, di teras belakang rumahnya. Dia sedang memikirkan masa lalunya bersama Dania. Damar sampai lupa jika dia tadi sedang mencari Luna untuk mengajaknya makan siang.
"Pa, Luna mau pergi sebentar ya?" Luna menghampiri Damar. Lamunan Damar langsung buyar begitu mendengar suara putrinya. Pria itu segera bangun dari duduknya dan menatap wajah Luna.
"Kamu mau kemana?" tanya Damar pada Luna.
"Luna ada janji sama teman pa. Luna janji sebelum kak Andra datang, Luna pasti sudah pulang." jawab Luna.
Damar mengernyitkan keningnya, "Teman? Memangnya sejak kapan kamu punya teman?"
Damar bukannya tidak suka jika Luna memiliki teman. Hanya saja siapa lagi yang Luna kenal dikota itu selain keluarganya dan keluarga suami Luna, yaitu keluarga Harrison.
Damar melanjutkan kata-katanya, "Luna, papa senang jika kamu sudah punya teman dikota ini. Tapi kamu jangan terlalu percaya sama orang yang baru kamu kenal, takutnya mereka berniat jahat sama kamu. Apa nak Andra juga kenal dengan teman kamu itu?"
Luna nampak bingung untuk menjawab. Semua ini gara-gara pria rese yang dia temui kemarin. Namun Luna juga ingin datang ke taman karena berharap bisa bertemu kembali dengan pria yang membawa anak kecil kemarin. Karena Luna tidak mendapatkan petunjuk apapun dikamar Felicia tadi.
"Iya, Pa. Kak Andra juga kenal kok. Dia temannya kak Andra dan kak Andra juga tau kalau Luna mau ketemuan sama temennya itu." Luna terpaksa berbohong, dia tidak ingin membuat papanya khawatir.
Damar menganggukkan kepalanya, "Ya sudah, yang penting suami kamu sudah tau kalau kamu mau ketemuan sama temennya."
Setelah berpamitan pada papanya, Luna pergi ke taman dengan menaiki taksi online. Dia sangat berharap bisa bertemu dengan pria dalam foto itu lagi. Luna ingin tau apa hubungan pria itu dengan Aleena dimasa lalu. Atau foto-foto itu hanya fitnahan Felicia saja untuk mendapatkan Andra.
...❣️❣️❣️❣️❣️...
LO MENTINGIN ANAK LO DAN HANCURIN KEBAHAGIAN ORANG TAK BERDOSA GITU?
LO BAIK BANGET JADI PAPA, MENYURUH ANAKNYA JADI JALANG.
kalau gak suka langsung dorong kuat2 dong.
sekuat2 nya tenaga wanita masih kalah sama tenaga laki2.
kebanyakan ngomong
"apa apaan apa apaan" cih