Wasiat Cinta (Turun Ranjang)
...Happy reading...
...^^^^^^^^^^^^^^^^°^^^^^^^^^^^^^...
"Menikahlah dengan kak Andra, Lun. Kakak mohon... Anggaplah ini sebagai permintaan terakhir kakak." suara Aleena terdengar parau, namun begitu jelas ditelinga Luna hingga membuat Luna melepaskan genggamannya dari tangan sang kakak yang tengah terbaring lemah diatas brankar rumah sakit.
Kedatangan Luna kerumah sakit memang untuk melihat kondisi kakaknya yang menjadi korban kecelakaan tunggal semalam. Diruangan itu juga sudah ada suami Aleena, yaitu Rafandra Harrison dan kedua orang tuanya, Tuan dan Nyonya Harrison.
Luna Adelia Clarissa, seorang gadis yang memiliki kepribadian ceria. Saat ini usianya baru menginjak 21 tahun. 20 tahun lalu Aleena dan Luna terpaksa harus hidup terpisah karena perceraian kedua orang tuanya. Hingga dua bulan lalu Luna kembali mencari keberadaan papa dan kakaknya setelah mamanya meninggal dunia karena kecelakaan.
Saat kedua orang tuanya bercerai usia Luna baru 1 tahun, sementara Aleena berusia 6 tahun. Berbeda dengan Aleena yang hidup berkecukupan, Luna harus menjalani getirnya hidup bersama dengan mamanya selama 20 tahun ini.
Luna menatap Damar, papanya yang juga berada di ruangan itu. Pria itu menganggukkan kepalanya seolah meminta Luna untuk menyetujui permintaan terakhir kakaknya.
"Tidak kak, aku tidak mau. Mana mungkin aku menikahi kakak iparku sendiri." tolak Luna.
Aleena menoleh ke arah suaminya yang sedang berdiri disampingnya sambil menggenggam erat tangannya yang satu lagi.
"Sayang... tolong jaga dan cintai adikku, Luna." Aleena merasa bersalah pada adik kandungnya itu hingga dia ingin Luna merasakan kebahagiaan yang tidak pernah Luna rasakan sejak Luna kecil. Walaupun Aleena tidak bersalah dalam hal ini, tapi dia ingin menebus semuanya pada Luna. Dia ingin melihat Luna bahagia.
Andra tidak menjawab ucapan istrinya, dia hanya bisa menangis tergugu mendengar permintaan istrinya itu. Aleena menatap kembali ke arah Luna, menatapnya dengan penuh harapan, berharap Luna akan mengabulkan permohonan terakhirnya itu.
"Lu-Luna... Belajarlah untuk mencintai kak Andra. Menikahlah dengannya, kakak mohon....."
Kondisi Aleena yang kritis membuatnya tidak bisa bicara banyak. Dia merasakan dadanya semakin sesak dan nafasnya begitu berat. Pandangannya seketika memudar dan semuanya tiba-tiba nampak gelap. Genggaman tangan Aleena pada Andra pun terlepas.
Tiiiiiiitttttttttt.....
Suara monitor rumah sakit berbunyi, menandakan bahwa pasien sudah meninggal dunia. Para dokter dan suster yang juga berada di ruangan itu langsung mengambil tindakan cepat. Dua keluarga menunggu dengan cemas, mereka berharap akan ada keajaiban untuk Aleena.
"Kami mohon maaf, pasien sudah meninggal dunia." ucap dokter dengan nada suara lemas.
"Tidak! Putriku tidak mungkin meninggal. Cepat selamatkan dia, Aleena harus tetap hidup." Damar berlari dan memeluk tubuh Aleena, dia tidak menyangka putri kesayangannya itu harus pergi secepat ini.
"Kak Aleena, bangun kak...." tangis Luna.
Tubuh Luna terasa lemas, tiga bulan lalu dia juga merasakan hal yang sama saat mamanya meninggal dirumah sakit. Padahal dia juga baru mengetahui tentang keberadaan papa dan kakaknya dari cerita mamanya sebelum meninggal dunia. Namun sekarang dia juga harus kehilangan Aleena, kakaknya.
Andra tidak bisa menahan kesedihannya, dia berjalan mundur, menjauh dari brankar yang sedang ditiduri oleh istrinya. Andra memilih untuk keluar ruangan IGD, dia berjalan dengan sempoyongan. Tubuh pria itu nampak bergetar, dia merasa belum siap kehilangan istri yang sudah dia nikahi selama satu tahun ini.
Andra menyenderkan tubuhnya didinding rumah sakit, perlahan dia menjatuhkan dirinya dan terduduk diatas lantai dengan lemas. Kedua tangannya menjambak rambutnya dengan kuat, dia ingin berteriak sekeras mungkin, betapa hancur dan sakitnya hatinya saat ini melihat wanita yang sangat dia cintai sudah pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.
...❣️❣️❣️❣️❣️...
Acara pemakaman hari ini dihadiri oleh dua keluarga besar. Pemakaman berlangsung dengan dramatis. Soraya yang adalah ibu sambung Aleena terus menangis. Dia merasa terpukul atas kepergian Aleena yang tiba-tiba itu.
Damar menarik tangan Luna, dia mengajak Luna untuk menjauh sedikit dari makam Aleena. Dia ingin mengatakan hal yang serius pada putrinya itu.
"Jika kamu merasa keberatan dengan permintaan terakhir Aleena, papa tidak akan memaksa kamu." Damar sengaja bertanya pada Luna lebih dulu sebelum mereka berkumpul dengan keluarga Harrison dan membicarakan tentang wasiat terakhir Aleena saat dirumah sakit.
Damar tau permintaan Aleena begitu berat untuk Luna. Hingga dia tidak ingin memaksa Luna untuk menjalankan wasiat itu, dengan menikahi kakak iparnya sendiri.
Luna tidak menjawab, dia melihat ke arah orang-orang yang sedang mengelilingi makam kakaknya. Pandangannya tertuju pada Andra, pria itu terus terdiam sejak keluar dari rumah sakit.
Luna mengingat kebaikan Aleena selama dua bulan ini. Aleena begitu bahagia bisa bertemu dengannya, adik kandungnya. Bahkan Aleena rela beberapa kali menginap di rumah papanya demi ingin lebih dekat dengan Luna.
"Walaupun baru dua bulan bertemu dengan kak Aleena, tapi kakak begitu baik padaku. Aku tidak tau kenapa kak Aleena meminta ini padaku. Aku tidak ingin mengecewakan kakak." ucap Luna.
"Pernikahan bukan hal yang mudah, Luna. Apalagi kamu dan Andra tidak saling mencintai. Bagaimana kalian akan menjalani pernikahan ini nanti kedepannya." Damar tidak ingin perceraian yang terjadi antara dirinya dengan istri pertamanya juga terjadi pada anak-anaknya.
"Lalu apa papa tega membuat kak Aleena sedih? Kak Aleena tidak pernah meminta apapun padaku, aku tidak ingin membuat kak Aleena sedih dan kecewa. Aku akan menerima pernikahan ini walaupun aku dan kak Andra tidak saling mencintai."
Damar menghela nafas berat, dia tidak bisa bisa melarang Luna lagi. Damar merasa sangat bahagia karena Luna dan Aleena begitu saling menyayangi. Walaupun Aleena harus pergi dengan begitu cepat.
Selesai acara pemakaman, dua keluarga itu berkumpul di kediaman keluarga Harrison.
"Sesuai permintaan terakhir Aleena, kita disini untuk membicarakan tentang pernikahan Andra dan Luna. Papa terserah pada kalian berdua saja, mau menjalankan wasiat itu atau tidak. Papa tidak akan memaksa karena kalian kan juga belum saling mengenal." ujar tuan Antonio, papa Andra.
Soraya segera menjawab ucapan tuan Antonio, "Apa sebaiknya kita pertimbangkan lagi permintaan terakhir Aleena itu. Luna baru saja berkumpul dengan kami kembali. Dia baru memulai kehidupan baru, kami tidak ingin memaksa Luna untuk menikah dengan nak Andra."
Damar menimpali ucapan istrinya. "Kalau saya terserah anak-anak saja. Karena mereka yang akan menjalaninya."
Soraya segera menyenggol lengan suaminya yang duduk disampingnya. Dia merasa tidak setuju dengan pernikahan Luna dan Andra, dia ingin suaminya mendukung keputusannya itu. Namun Damar sudah memasrahkan semua keputusan ditangan Luna. Luna pasti tau apa yang terbaik untuk dirinya.
Tuan Antonio menatap kearah Andra, sejak tadi putranya itu hanya terdiam. Antonio merasa wajar karena Andra begitu mencintai Aleena, pasti tidak mudah bagi Andra untuk menerima kepergian Aleena yang terjadi begitu cepat.
"Andra, keputusan ada ditangan kamu sekarang. Papa akan mendukung apapun keputusan kamu itu." ucap Tuan Antonio pada Andra.
"Kamu tidak harus menikahi Luna, sayang. Jadi jangan anggap permintaan Aleena kemarin sebagai beban. Kamu pertimbangkan baik-baik ya?" ujar Nyonya Devina, mama Andra.
Semua orang menatap pada Andra, mereka menunggu jawaban dari pria yang baru saja menyandang status sebagai duda itu. Kemudian Andra segera bangun dari duduknya, masih dengan wajah dinginnya Andra menatap satu persatu orang yang berada di ruangan itu.
"Aku akan menikah dengan Luna. Siapkan acara pernikahan untuk kami besok."
...❣️❣️❣️❣️❣️...
💐Like dan komennya aku tunggu lho kakak-kakak 💐 🥰🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Evy
Mak...Mak...Mak...apa tidak bisa menunggu sebentar lagi..
2024-11-06
1
Bunda
nyimak 🙏🏻
2024-11-11
1
Omma Ibbra
cepat" amat nikah kuburan aja masih basah. tunggu dl .beri kesempatan untuk Luna berpikir
2024-10-22
1