cerita yang mengisahkan tentang suami yang harus bersandiwara dan berakting demi menjalankan sebuah misi. sehingga menimbulkan kesalahpahaman, antara dirinya dan sang istri.
lalu apa yang terjadi dengan mereka?mampukah mereka mempertahankan rumah tangganya ditengah belenggu masalalunya yang datang tanpa diundang, dan tanpa bisa dihindarinya?
Bagaimana kisah mereka selanjutnya?
penasaran???
mari kita ikuti kisahnya yuk...cekidot
Tolong baca per bab ya guys,
jangan lompat bab
karena dukungan kalian sangat berarti buat author
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MentariSenja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
Penjelasan
*
Selamat membaca⬇️
***
Barra merasakan tubuhnya remuk redam disertai demam. Namun semua itu, tak ia hiraukannya. Dia mencoba bangkit meski langkahnya tertatih. Dirinya berusaha mendekat pada sosok wanita yang sangat dicintainya. Tersimpuh di sana, menatap nanar pada wajah cantik itu dengan mata berkaca.
"Aku, tidak ada hubungan apa apa dengan Anita, sayang. Semua yang aku lakukan, semata mata karena profesional kerja. Karena kebetulan aku mengenal Anita, jadi mereka menugaskan aku untuk mendekati dia. Kamu tahu kan kerjaanku yang lain Ris?"
"Lalu... ?"
"Ya... Lalu aku mulai berakting senatural mungkin. Sebenarnya tujuan aku mengenalkan dia sama kamu waktu itu, aku ingin kalian berteman."
"Maksudnya?"
"Maksudku, kalau kalian akrab. Pastinya dia akan dengan mudah, bercerita apa saja sama kamu. Karena kalian sesama wanita. Apalagi jika kamu bisa mengambil hatinya. Tapi belum apa apa kamu sudah ilfeel duluan. Gimana aku mau jelasinnya coba. Ya udah terpaksa aku lanjutin aja aktingnya," jelas Barra dengan sendu. Terlihat matanya tampak memerah.
"Apa dia mencium kamu, juga termasuk totalitas akting dan profesional kerja? Bagaimana jika posisi kita dibalik? Aku yang berada di posisi kamu. Bagaimana perasaanmu, hahhh?!" Rissa meninggikan suaranya karena merasa geram. Barra tersentak, begitu Rissa meninggikan suara kepadanya. Karena selama ini wanita itu tak pernah sekalipun berkata keras kepadanya.
"Kalau itu aku tidak tahu Ris. Kejadiannya begitu tiba tiba. Dan aku tidak sempat menghindar. Sungguh Ris, bukan aku yang mau. Tapi Anita yang nyosor ke aku. mungkin dia berpikir karena kebiasaan dia dulu waktu kecil." Barra berusaha jujur. Saat ini kepalanya terasa berdenyut.
"Tapi kamu suka kan? Bahkan kamu menikmatinya. Buktinya kamu diam saja dan malah senyam senyum." Rissa terus mencecar Barra. Melampiaskan kekesalannya selama ini.
"Maksudnya?" Barra terlihat bingung.
"Tentu kamu tidak amnesia kan mas. Kalo aku pernah menelponmu waktu itu. Dan kamu bilang masih di kantor lagi banyak pekerjaan. Tapi apa...? Kamu malah lagi jalan berduaan dengan perempuan itu." Rissa diam sesaat dan memperhatikan suaminya.
"Dengan mataku sendiri, aku menyaksikan suamiku dicium oleh perempuan lain. Bahkan Vino pun pernah melihatmu dicium sama dia!" Rissa menumpahkan rasa yang selama ini dipendamnya.
Deeeggg..
"Maaf sayang, aku mengaku salah. Tapi sungguh, aku tidak pernah berbuat melewati batasanku. Dia bersikap begitu, mungkin karena waktu kecil biasa manja padaku. Aku sudah pernah menegurnya dan mengatakan kalau aku ini pria beristri. Dan memintanya agar jangan melewati batasannya." Barra berusaha meyakinkan
"Lalu bagaimana dia bisa hamil? Dia minta kamu yang bertanggung jawab atas bayi yang dikandungnya. Kalau bukan kamu lalu siapa?" Rissa merasakan tenggorokannya tercekat.
"Anita hamil sama suaminya Ris. Dia sudah menikah dan suaminya saat ini menjadi DPO, alias Daftar Pencarian Orang. Suaminya terlibat kasus skandal korupsi di perusahaannya dan juga terjerat kasus. Begitu juga dengan ayahnya. Tapi saat ini ayah Anita sudah terkurung di penjara. Dan ibunya ada di rumah sakit jiwa." Rissa tertegun dengan apa yang dikatakan oleh suaminya.
"Lalu pas malam itu, kamu membatalkan acara kita, kenapa?"
"Itu aku dapat kabar dari orang yang mengawasi Anita, kalau dia terserempet motor. Dan dibaea ke rumah sakit.Nah dari situ aku baru tahu kalo dia lagi hamil. Suatu malam aku memang pernah dijebak sama dia. Tapi aku bersyukur masih bisa mengendalikan diri. Dan segera pergi dari tempat tinggalnya." Barra terdiam sesaat. Dia memejamkan mata dan mengigit bibirnya seolah menahan sesuatu
Merasakan tubuhnya yang tidak baik baik saja.
"Jadi bayi yang ada dalam kandungan Anita bukanlah anakku. Aku selalu setia sama kamu Ris. Gak ada niat sedikitpun diriku untuk berselingkuh. Semua apa yang aku lakukan itu, sesuai dengan skenario yang Andre buat..." Barra tak sanggup lagi untuk berkata-kata. Dia merasakan tubuhnya yang tidak baik baik saja. Kepalanya terasa pusing dan badannya gemetaran. Pandangannya mulai mengabur.
"Hhhh...trus foto foto yang dikasih Andre ke aku kamu juga tahu mas?" tanya Rissa
Barra hanya mengangguk. Setelah itu tubuhnya langsung ambruk terkulai lemas di lantai. Rissa yang melihatnya langsung bergegas mendekat dan berusaha membangunkan suaminya.
"Mas, bangun Mas." Rissa panik lalu menepuk nepuk pipi suaminya. "Yaaa... Barra api banguuun!" Rissa berteriak histeris.
"Mamah ada apa? Kenapa teriak-teriak?" Vino datang dengan keheranan. Rupanya teriakan Rissa terdengar oleh Vino. Sehingga bocah itu terbangun dan langsung mendatangi kamar mamahnya.
"Papa kenapa Mah? Kenapa tidur di lantai?" tanya Vino setelah melihat papanya tergeletak di lantai.
"Vino bantu Mamah bisa?" Rissa berkata lembut
"Bantu apa Mah?"tanya bocah itu
"Vino pegang kedua kaki papa ya, Mama pegang badan papa, bisa?" tanya Rissa sembari memperagakan apa yang harus dilakukan anaknya nanti.
"Papa sakit ya Mah?" tanya bocil itu lagi
"Iya sayang. Ayo bantu Mamah,ya!" pinta Rissa.
"Iya Mah," jawab Vino
"Ya Allah, panas sekali badannya." Rissa berusaha mengangkat tubuh Barra suaminya. Mendekap tubuh bagian atas, sedangkan Vino mengangkat kedua kaki papanya seperti yang di contohnya oleh mamanya. Kemudian Rissa membaringkannya di atas tempat tidur.
"Jangan tinggalin aku Ris. Ibu, Rissa gak akan ninggalin aku kan bu?"
Rissa tertegun, mendengar suaminya mengigau. Merasa tidak tega melihat suaminya seperti itu. Dia segera menghubungi Andre
"Hallo Bar, loe di mana?"
"Assalamualaikum, ini gue."
"Waalaikumsalam, ada apa tumben telpon pake ponsel Barra, udah baikan loe ya, syukur deh kalo gitu."
"Barra sakit, dia pingsan badannya demam, loe kesini deh sekalian bawa dokter, cepet ya jangan pake lama, wassalamu'alaikum."
Tut
Rissa langsung memutuskan sambungan telepon. Setelah tahu kebenarannya dia jadi kesal sama Andre. Dia merasa dipermainkan.
"Sayang, jagain Papa ya Nak. Mama ke dapur dulu, bikin bubur buat Papa, ya."
"Iya mah."
Rissa segera bergegas ke dapur untuk membuat bubur dan teh manis hangat.
***
Sementara di tempatnya Andre tampak mengumpat. Begitu Rissa memutuskan telepon sepihak.
"Dasar sahabat gak ada akhlaq. Gak ada basa basinya sama sekali. Gak istri gak suaminya sama aja. Gitu kok gue bisa bertahan sama mereka ya, hadeuh." Andre terus menggerutu.
Tin tin
Andre bergegas menuju keluar rumahnya. Tampak olehnya Ringgo turun dari mobil dan berjalan ke arahnya.
"Ngapa loe, pagi pagi ke sini. Ada apa?"
"Ngobrolnya di dalam saja. Gak enak nanti kedengaran orang."
"Ayo kita ke rumah Barra aja. Dia sakit, badannya demam. Barusan Rissa telpon suruh bawa dokter. Soalnya Barra pingsan katanya."
"Oh ya udah. zkalo gitu kita ke sana aja."
Ringgo membalikkan badannya kembali. Sementara Andre masuk ke dalam untuk mengambil dompet dan ponselnya.
Setelah Andre berada di dalam mobil, Ringgo segera mengendarai mobil menuju rumah Barra dan Rissa.
Sesampai di rumah Barra, mereka disambut dengan cercaan pertanyaan oleh Rissa
"Mana dokternya Ndre?" tanya Rissa
"Ga ada. Lagian bawa ke rumah sakit aja sih, biar ketahuan sakitnya apa," ucap Andre
"Trus yang jagain Vino siapa?" sarkas Rissa
"Yaelah, nanti biar sama gue di mobil. Gitu aja repot." Ringgo ikut menimpali.
"Ya udah sana, masuk ke kamar dan bawa ke mobil. Kalo gue bisa sendiri ngapain juga gue nyuruh kalian ke sini," ketus Rissa.
Andre dan Ringgo masuk kerumah, diikuti Rissa di belakang.
Sampai di kamar mereka dibuat melongo. Ketiga orang itu menyaksikan sesuatu yang tidak pernah mereka bayangkan, tersaji di depan mata.
Kira kira apa ya yang mereka lihat, sampai membuat ketiga orang itu melongo.
Ikuti terus kisah Barra dan Rissa...stay tune
...----------------...
Tolong dibaca per bab ya guys, jangan sampai lompat bab.
Hargailah author yang sudah berfikir keras untuk merangkai kata agar menjadi kalimat yang enak dibaca.
Jika suka dengan cerita ini jangan lupa...
Like
Komentar
Vote
Terimakasih atas dukungannya
🙏🙏🙏😍😍😍
berhasrat msksudnya🤭🤭🤭