Warning.!!! 21+
Anindirra seorang single parent. Terikat perjanjian dengan seorang pria yang membelinya. Anin harus melayaninya di tempat tidur sebagai imbalan uang yang telah di terimanya.
Dirgantara Damar Wijaya pria beristri. Pemilik perusahaan ternama. Pria kesepian yang membutuhkan wanita sebagai pelampiasannya menyalurkan hasratnya.
Hubungan yang di awali saling membutuhkan akankah berakhir dengan cinta??
Baca terus kisah Anindirra dan Dirgantara yaa 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon non esee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34
"Jadi semua salahku?" Dirga mengarahkan telunjuk kedadanya.
Dirga tertawa lirih.
"Aku sudah muak membahasnya Ratna. Tapi, dengarkan baik-baik semua ucapanku! Karna aku tidak akan mengulangnya lagi."
"Aku Dirgantara Damar Wijaya. Tidak butuh lama untuk melamarmu, Ratna Diyanti. Karna aku yakin kamu wanita yang tepat untuk mendampingiku. Aku bahkan tidak memandang statusmu dan tidak mempersalahkan kesucianmu yang tidak aku dapatkan di malam pertama kita."
"Dan, butuh waktu lima tahun untukmu mau mengandung benihku. Walau pada ahirnya kamu mengandung benih pria lain. Perusahaanku berkembang dengan pesat selama lima tahun sesuai dengan tuntutanmu. Aku menafkahimu lahir dan batin selama lima tahun, sampai hari ini pun aku masih mencukupimu."
"Selama ini hubunganku buruk dengan kedua Orang Tuaku. Hanya karna aku lebih memilihmu. Aku lebih mempercayaimu dari siapapun. Dan sampai hari ini aku tidak membuangmu karna empatiku, di atas kebohonganmu."
Dirga terdiam sejenak.
"Saat menginjak hari, dimana usia pernikahan kita genap lima tahun. Kamu menghancurkan segalanya Ratna. Setitik pun, kamu sudah tidak menyisakan rasa cinta di hatiku. Kamu yang telah menghilangkannya."
"Aku bukan lagi Dirga yang kamu kenal tujuh tahun yang lalu. Aku tidak bisa memukulmu sebagai laki-laki. Tapi Aku sudah memukulmu dari dalam hati dan pikiranku. Mulai hari ini kamu bukan lagi istriku Ratna Diyanti. Aku melepasmu.."
Tubuh Ratna luruh ke lantai. Dia tergugu menangis mendengar apa yang di ucapkan Dirga. Tapi obsesi dan ego masih menguasainya. Dia masih belum rela kehilangan sosok lelaki yang selama 12 tahun menjadi suaminya.
Di saat rumah tangganya sudah tidak bisa di selamatkan kembali. Rasa cintanya kepada Dirga kembali hadir. Rasa cemburu itu datang ketika di hadapkan dengan kenyataan bahwa hati suaminya sudah berpindah ke perempuan lain.
"Apakah tidak ada kesempatan untukku?Aku tidak mau berakhir. Beri aku kesempatan untuk berubah dan memperjuangkanmu kembali." Ratna memohon sambil bersujud di kaki Dirga.
"Jangan hinakan dirimu di hadapanku Ratna. Bangunlah, aku sudah siapkan apa yang menjadi hakmu. Pengecaraku akan segera menemuimu."
"Apa karna Wanita itu?" Ratna berdiri bangit dengan menunjukkan wajah ketidaksukaannya.
Dirga tertawa samar.
"Orang suruhanmu aku biarkan menguntitku Ratna. Wanita itu bukan alasan aku menceraikanmu. Tapi sengaja aku biarkan kamu mengetahuinya, tanpa perlu aku menyampaikannya. Kalau hatiku sudah terisi olehnya."
"Apa kamu yakin? Wanita itu lebih baik dariku? Aku rasa, dia hanya wanita biasa yang mungkin hanya menginginkan hartamu. Bahkan dia tidak lebih cantik dariku?" Dengan penuh percaya diri Ratna berusaha menghasut pikiran Dirga.
"Tidak ada yang lebih baik ataw buruk antara kamu, dia, dan aku Ratna. Karna dia wanita biasa yang tidak memiliki ambisi hingga aku menggilainya. Dia hanyalah wanita jujur dengan segala kepolosannya. Dia wanita yang menomorsatukan keluarga di atas segala-galanya." sudut bibirnya terangkat kala ia menginggat Anin. Hatinya berdesir setiap kali mengingatnya.
"Aku akan tetap memperjuangkanmu, Honey... Kamu mengenalku lebih baik bukan? Aku adalah Ratna Diyanti. Aku akan mendapatkan apa yang seharusnya menjadi milikku!" Ratna tersenyum penuh maksud.
Ratna masih belum bisa menerima kenyataan bahwa wanita itu sudah menggesernya dalam hati Dirga.
"Kamu mengancamku?" Dirga menatap tajam Ratna.
"Yaahh... Anggap saja aku sedang ingin berpetualang. Kursi roda membuatku gila Honey..." Dengan tersenyum miring Ratna balik menatap mata Dirga.
"Jangan sia-siakan kesempatan baik yang aku berikan kepadamu Ratna. Jangan sampai aku bertindak hingga membuat dirimu menyesal. Jangan sentuh wanita ku!" Dirga berbisik di telinga Ratna. Suaranya pelan penuh penekanan.
Ratna tertawa sarkas.
"Aku hanya ingin bermain-main dengannya Honey... Kenapa kamu takut sekali? Aku hanya ingin tau seberapa tangguh wanita itu? Bukannya di perlukan wanita yang kuat untuk bisa mendampingi seorang Dirga?" jari-jarinya membelai dada Dirga dan Ratna mendekatkan tubuhnya.
"Apa kamu tidak rindu permainanku, Honey... Aku yang terbaik bukan? Apa wanita itu bisa memuaskanmu seperti yang aku lakukan?" Ratna menggoda Dirga dengan membusungkan dadanya.
Dirga mencekal kedua tangan Ratna sambil berkata.
"Aku bahkan tidak bisa berhenti saat menyentuhnya." Dirga tersenyum terbayang wajah Anindirra yang tiba-tiba melintas di matanya.
Ratna dapat menangkap ada binar penuh damba dan cinta di mata Dirga ketika menyebut wanita itu. Sungguh Ratna tidak terima.
"Harusnya aku Dirga! Bukan Wanita itu."
Dengan tangan mengepal menahan amarah karna penolakan yang ia terima. Ratna memilih meninggalkan ruangan Dirga. Dia mengambil tasnya yang berada di sofa dengan menghentakkan kakinya.
"Aku tidak akan membiarkan milikku di miliki wanita lain. Kalau aku tidak bisa memilikimu! Siapapun tidak akan ku biarkan bersamamu." Ratna bicara sambil berjalan memasuki lift. Hatinya saat ini sedang terbakar.
"Sialan kamu Dirga! Ternyata kamu tidak bisa aku ancam!" Ratna tersenyum mengerikan ketika suatu rancana sudah ada dalam pikirannya.
*
*
"Bay, aku tunggu di ruangan."
Dirga mengubungi Bayu setelah Ratna beranjak meninggalkan ruang kerjanya. Ia menghempaskan tubuhnya ke sofa tangannya memijit pelipisnya yang terasa pusing. Ia mengenal Ratna dengan baik. Dirga tidak mau terjadi hal buruk menimpa wanitanya.
Bayu masuk ruangan setelah beberapa kali mengetuk pintu dan tidak ada jawaban. Karna Dirga sedang bergelut dengan pikirannya. Ia tidak mau meremehkan ancaman Ratna.
Setelah pernikahannya menginjak satu tahun ia mulai mengenal sifat asli Ratna yang penuh ambisi.
"Apa yang harus saya lakukan?" Tanpa di minta, Bayu sudah paham apa yang di inginkan tuannya. Dan sudah duduk di hadapannya.
"Kamu sudah mirip seperti cenayang Bay."
"Boleh juga profesi itu Tuan. Untuk berjaga jaga jika anda mendepak saya dari perusahaan ini." Bayu membalas omongan Dirga.
Dirga mendengus mendengar jawaban Bayu. "Aku tak akan mendepakmu dari sini. Yang ada aku akan melempar mu ke Tembagapura!"
"Ampun tuan! Lebih baik saya jadi pengangguran."
"Di tugaskan hanya dua hari saja saya tidak betah apa lagi kalau sampai berbulan bulan."
Membayangkannya bayu mengeleng-gelengkan kepalanya.
"Bay. Tambahkan orang untuk mengawasi Anindirra. Aku mau laporan kemana saja dia pergi dan siapa saja yang menemuinya."
"Baik tuan. Besok di waktu jam makan siang. Anda akan bertemu pengecara anda Hardi Darma di One Cafe."
"Bay, bisa kosongkan jadwalku dalam waktu dekat ini?"
"Saya usahakan tuan. Tapi dalam tiga hari kedepan jadwal anda padat."
****
Bersambung ❤️
Mohon dukungan like komen hadiah dan votenya ya🤗
karna saya sadar diri..
saya ga bisa nulis cerpen..
hee