Hati Seluas Samudra
Mulai Curiga
***
Sore hari yang cerah, sang surya masih memancarkan sinarnya dengan benderang. Sekumpulan awan putih berarak menyerupai lukisan menjadikan langit terasa indah.
Seorang wanita muda nan cantik, baru saja keluar dari gedung perkantoran tempatnya mengais rezeki.
Dia tampak anggun berjalan ke arah parkiran menuju mobilnya. Hijabnya melambai lambai tertiup angin. Dengan senyum cerah dia membalas sapaan orang orang yang menyapanya.
"Selamat sore mbak Rissa, sudah mau pulang mbak?" tanya Pak Hamzah satpam tempatnya bekerja.
"Sore juga Pak Hamzah. Iya Pak, mari saya duluan ya," sahut Rissa
"Monggo-monggo mbak," ucap Pak Hamzah lagi.
Rissa berlalu menghampiri di mana mobilnya terparkir. Setelah berada di dalam mobil, dia segera melajukan mobilnya meninggalkan pelataran kantornya
Sore ini Rissa menyempatkan diri mampir ke supermarket. Ada beberapa kebutuhan yang perlu dia beli. Karena biasanya dia pergi ke swalayan bersama suami dan anaknya, di akhir bulan sekalian jalan-jalan.
Namun entahlah, dia merasa seperti ada yang menggerakkan hatinya untuk pergi ke tempat tersebut.
Sampai halaman supermarket, dia segera memarkirkan mobilnya, dan bergegas masuk ke dalam. Begitu sampai di tempat yang menjadi tujuannya, dirinya mengambil troli, lalu mengambil satu persatu barang barang yang dibutuhkan. Setelah dirasa cukup dia pun bergegas ke kasir.
Saat sedang mengantri di depan kasir, sekilas dia seperti mendengar suara yang sangat dikenalnya. Karena penasaran dirinya menolehkan kepalanya ke arah suara tersebut.
Deg
Rissa melihat suami dan sahabatnya juga sedang membayar belanjaanya kasir. Namun beda barisan dengannya. Dia bahkan tersentak kaget, begitu mendengar nominal belanjaan yang harus dibayar. Jumlah yang begitu besar menurutnya, jauh sekali dengan belanjaannya. Beruntungnya suaminya tidak melihat dirinya, sehingga tidak ketahuan.
Selesai membayar Rissa buru buru keluar. Dia berharap masih bisa menemukan suaminya di parkiran. Dengan begitu dia bisa mengikuti suaminya, akan pergi ke mana.
Dengan cepat dia memasukkan barang belanjaanya ke bagasi mobil. Setelah itu dia segera masuk ke dalamnya. Mencoba menenangkan hati dan pikirannya.
Lantas dia teringat beberapa menit yang lalu, dirinya menelpon suaminya dan mengatakan kalau masih berada di kantor.
"Hallo mas, apa hari ini mas lembur lagi?" tanya Rissa pada suaminya tadi sebelum pulang kantor.
"Iya sayang, mas harus lembur. Banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Maaf ya, sayang."
"Hehehehe." Rissa terkekeh menertawakan dirinya sendiri. Lalu dia meraih ponsel kembali dan menelpon suaminya, namun dia urungkan. Secara tidak sengaja, lewat kaca spion matanya dengan jelas melihat Barra suaminya dicium oleh Anita. Wanita yang katanya sahabat masa kecil suaminya itu.
Rissa menghela nafas berat, hatinya terasa perih. Dia berusaha untuk tetap tenang, lalu kembali menelpon suaminya, setelah tadi dia urungkan.
Berdering....
"Hallo, assalamu'alaikum mas," sapa Rissa.
"Wa'alaikumsalam sayang, ada apa?"
"Apa mas masih di kantor?" tanya Rissa lagi ketika dilihatnya suaminya sudah masuk ke dalam mobil.
"I, iyalah. Ini mas lagi berkutat dengan banyak berkas."
"Ok. wassalamu'alaikum," ucap Rissa, lalu memutuskan sambungan telepon sepihak.
"Hahahaha." Rissa kembali menertawakan dirinya sendiri, dan kali ini dia menertawakan kebodohannya. Rissa menepuk dadanya berkali kali, untuk meredakan rasa sesak dan sakit di hatinya.
"Apa yang salah dan kurangnya diriku?" tanya-nya pada dirinya sendiri.
Yah, wanita yang sedang merasakan kesakitan itu adalah Rissa Ariyani, ibu rumah tangga sekaligus seorang ASN. Dia bekerja di sebuah lembaga pemerintahan. Dan pria yang baru saja dilihatnya tadi adalah suaminya yang bernama Bara Prayoga seorang manager di sebuah perusahaan jasa ternama. Mereka telah di karuniai seorang anak laki-laki berusia 4th bernama Alvino Dhiaulhaq.
"Hhhh..." Rissa menarik nafas panjang, dan memejamkan matanya sejenak. Ingatannya kembali pada beberapa bulan belakangan ini. Di mana suaminya lebih sibuk dengan sahabatnya daripada istri dan anaknya.
Kini setelah sekian lama berlalu, kenapa baru menyadari, bahwa dirinya bukan lagi menjadi prioritas. Banyak hal yang sudah terlewatkan, dan juga janji yang tidak ditepati. Semua hanya demi seorang Anita, sahabatnya semasa kanak kanak suaminya dulu.
Rissa akhirnya melajukan mobilnya, mengikuti mobil suaminya yang sudah melaju duluan, dia menjaga jarak aman agar tidak ketahuan. Hingga sampai di kawasan aparteman yang cukup elit, mobil suaminya terlihat memasuki lobi apartemen tersebut, dan berhenti. Anita tampak keluar membuka bagasi mobil, lalu mengeluarkan belanjaanya.
Rissa memotret dan merekam semuanya. Setelahnya dirinya melajukan kembali mobilnya menuju Daycare tempat Vino anaknya bersekolah dan dititipkan.
Sepanjang perjalanan dia terus berpikir, apa yang harus dia lakukan ke depannya.
Sesampainya di Daycare dia melihat Vino anak lelakinya telah menunggu.
Rissa berjongkok, dan merentangkan kedua tangannya
"Assalamualaikum, anak tampan mamah," sapanya pada Vino sang anak.
"Wa'alaikumsalam mamah," jawab Vino seraya menghambur ke pelukan mamahnya.
Rissa memeluknya dengan begitu erat, seolah takut terlepas. Entah kenapa rasa haru tiba-tiba menyeruak, dan airmata tak mampu ditahannya. Meluncur begitu saja. Rissa segera menghapus airmatanya agar Vino tak melihatnya.
Rissa lalu bangkit berdiri, Vino digendongnya dengan posisi sama ketika dia memeluknya. Mereka berpamitan pada pemilik Daycare, kemudian pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, airmata Rissa semakin tak terbendung. Dia kembali mendekap tubuh mungil anak semata wayangnya itu, menumpahkan kegundahan hatinya dalam diam.
Seolah mengerti keadaan mamahnya, Vino pun mempererat pelukan tangannya di leher sang mamah.
Beberapa saat kemudian Rissa mulai mengembalikan kesadarannya. Dia mengusap airmatanya kasar, lalu mengambil beberapa lembar tissu di atas meja, dan merapikan wajahnya agar terlihat tidak terlalu sembab,.
Rissa mengelus punggung Vino anaknya dengan pelan, yang dia rasakan Vino mengendurkan pelukannya, dan menatap mamahnya, lalu mengelus pipi mamahnya dengan lembut
"Mamah jangan sedih. Vino pasti akan jaga dan lindungi mamah selalu," ucapnya. Meskipun usianya baru 4th, tapi tutur katanya sudah fasih dan jelas.
Rissa mencoba tersenyum, lalu menurunkan Vino di sofa, kemudian berjongkok di hadapannya.
"Mamah percaya, suatu saat nanti, Vino akan jadi anak yang hebat. Dan akan selalu melindungi mamah," ucap Rissa seraya membelai wajah Vino, dan mencium keningnya lama sekali.
"Mamah mau mandi dulu ya, Nak. Vino mau tetap di sini?" tanya Rissa.
"Di sini aja mah nonton tv," sahutnya. Matanya mengerjap lucu.
"Baiklah," ucap Rissa lalu dia meraih remote dan memberikannya pada Vino.
"Baik-baik ya, Nak," titah Rissa pada Vino dan dijawab dengan anggukan, lalu Rissa menutup pintu dan menguncinya.
Rissa pergi ke kamarnya, dia membuka laci dalam lemari yang dia jadikan brangkas untuk menyimpan barang barang penting, lalu mengambil semua surat surat dan dokumen yang dianggapnya penting, tak lupa surat nikah. Juga beberapa perhiasan miliknya,.
Namun matanya tak sengaja melihat sebuah kertas bukti transaksi jual beli. Ternyata isinya pembelian satu unit apartemen. Di situ tertera nama Bara Prayoga suaminya. Kemudian dia foto kwitansi tersebut, siapa tahu bisa berguna, di kemudian hari.
Rissa kembali memeriksa semua surat-surat yang dia ambil, setelah sesuai yang dia inginkan, lalu dimasukkan dalam map dan menaruhnya dalam tas ranselnya. Dia bermaksud menyimpan semua barang dan dokumen tadi di tempat yang aman.
Kemudian dia pergi mandi. Tak butuh waktu lama, dia pun mengakhiri acara mandinya, lalu berpakaian dan menjalankan ibadahnya.
Selesai sholat dia menghampiri anaknya yang sedang asyik nonton kartun kepala botak.
"Wah, asyik sekali nontonnya sampe tidak mendenger mamah datang," ucap Risa.
"Eh mamah," sahutnya dengan mimik yang lucu.
"Ya udah terusin nontonnya mamah mau mengambil belanjaan dulu," ucap Rissa seraya berlalu keluar rumah.
"Vino bantuin ya Mah." Vino menawarkan diri untuk membantu, seraya mengikuti mamahnya dari belakang.
"Boleh," jawab Rissa singkat.
Rissa membuka bagasi mobil, dan mengeluarkan barang belanjaan yang tadi dibelinya, dan membawanya masuk ke dalam.
"Nah, Vino bawa yang ringan aja ya," ucap Rissa.
"Iya mah," sahut Vino
Adzan maghrib terdengar berkumandang, Rissa mengajak anak lelakinya untuk beribadah.
"Vino sayang, waktunya sholat maghrib, Nak. Yuk kita sholat!" ajak Rissa pada Vino.
"Asiaaap Mamah," sahutnya seraya memberi hormat.
Ibu dan anak itu pun mengambil air wudhu. Lantas mereka menunaikan sholat maghrib dengan khusyu'. Usai sholat 3 rakaat, Rissa pun berdoa.
"Ya Allah. Berilah hamba kesehatan dan kekuatan, agar hamba bisa menjalani ujianMu dengan tegar dan lapang dada. Berikanlah yang terbaik untuk rumahtangga kami, aamiin." dia menangkupkan kedua tangannya hingga menutupi wajahnya tak terasa airmatanya kembali tumpah. Padahal dia sudah berusaha untuk tetap kuat dan tenang, tapi tetap saja dia hanyalah wanita yang lemah.
"Mamah, nangis lagi?" tanya Vino sembari memeluk mamahnya dari belakang.
Rissa tersentak, buru-buru mengusap airmatanya, lalu tersenyum pada Vino
"Pasti papa nakal ya, Mah?" tanya anak itu polos
"Hehehe, tadi waktu Mamah selesai doa, tidak sengaja jari Mamah mengenai mata. Jadi keluar deh airmatanya," jawab Rissa. Dia pandangi wajah polos anaknya lalu mencium keningnya lama sekali.
"Mamah sayang sama Vino," ucapnya kemudian.
"Vino juga sayang Mamah," sahut anak kecil itu lalu mencium pipi mamahnya
"Sekarang kita turun, makan malam yuk" ajak Rissa, lalu dia merapikan alat sholatnya, dan menaruhnya di atas meja rias.
Sekilas dia melihat ponselnya berkedip, lalu membukanya. Ternyata pesan dari suaminya. Mengatakan bahwa dia akan mengantar Anita ke suatu tempat.
"Ora urus!" gumamnya kesal. Lalu menutup kembali aplikasi hijau tanpa berniat membalasnya.
Mereka keluar kamar. Dituntunnya Vino menuju kamarnya untuk berganti baju. Lalu mereka berdua turun ke bawah.
"Vino mau gak makan ayam kriuk?" tanya Rissa pada Vino buah hatinya
"Mau-mau-mau," jawabnya, menirukan salah satu ucapan tokoh kartun.
"Let's go, apapun untuk pangeran tampan Mamah," ucap Rissa
Sesampainya di KFC, Rissa segera memesan makanan. Selesai membayar dia menghampiri anaknya. Lalu memberikan satu nampan untuk Vino, yang menerimanya dengan senang hati. Bahkan dia bertepuk tangan girang
"Vino baca doa sebelum makan sayang," titah Rissa. Vino mengangguk
"Bismillahirrohmanirrohim, Allahumma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa 'adzaa bannaar
"Aamiin." mereka berdua mengaminkan
Ibu dan anak itu makan dengan lahap dan sesekali Vino berceloteh. Dia sudah bisa makan sendiri walaupun agak berantakan, tapi biarlah, dia harus belajar mandiri.
Selesai makan Rissa membawa Vino berkeliling. Dia heran kenapa Vino tidak pernah bertanya tentang ayahnya.
"Vino, tidak kangen sama papa?" tanya Rissa
"Enggak." Vino menggelengkan kepalanya
"Kenapa sayang?"tanya Rissa penasaran.
"Vino nggak suka sama tante itu, Vino liat tante itu cium papa," jawabnya polos.
Deg,..
Rissa merasa jantungnya berpacu dengan cepat.
"Vino lihatnya di mana sayang?" tanya Rissa.
"Di rumah, waktu mamah gendong Vino dan melihat tante itu cium papa," jawab Vino polos.
Duaaarrr...
......................
Cerita ini hanya fiktif belaka, cerita ini murni kehaluan author saja, mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh atau alur dalam cerita.
Jika suka dengan cerita ini tolong tinggalkan jejak.
Like
Komentar
Vote
Terimakasih dan Salam sehat selalu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Delita bae
salam kenal jika berkenan mampir juga💪💪💪👍👋👍🙏
2024-11-14
0
👁Zigur👁
hmm vino anak yg jeli
2024-07-19
1
👁Zigur👁
aye jd inget si unyil. ada pak ogah. o bkn ya
2024-07-19
1