Setelah 14 Tahun Berlalu

Sementara Gala dan Renata tengah bertengkar hebat di dalam mobil Gala dalam perjalanan ke rumah mereka.

"Jadi ini fakta yang selama ini dimaksud Aldo?" Gala tersenyum sinis. Aldo adalah orang kepercayaan Gala.

"Apa yang Aldo katakan?"

"Berulang kali Aldo bilang sama aku kalau kamu sedang menjalin hubungan dengan seorang pemilik agensi. Tapi sengaja aku biarkan saja karena aku memang tidak mencintai kamu."

"Kalau kamu tidak mencintai aku, lalu kenapa kamu harus marah, hah?! Apa sekarang kamu sudah mencintai aku?" Renata bertanya dengan sangat percaya diri.

Gala tersenyum miring. "Cinta? Kamu pikir kamu siapa bisa membuat aku jatuh cinta sama kamu?"

"Nggak cinta tapi kamu sering nidurin aku."

"Jangan sok naif, Ren. Laki-laki itu bisa melakukan apapun meskipun dengan orang yang tidak dia sukai sekalipun."

"Apa kamu hanya memanfaatkan aku?"

"Bukankah kita saling menguntungkan disini?"

"Apa untungnya buat aku?" tantang Renata.

"Bukankah orang tua kamu yang menjualmu demi investasi bisnis?"

"Tapi aku mencintai kamu, Gala."

"Itu kamu, sementara aku? Sampai detik ini, aku nggak berhasil mencintai kamu."

"Ya sudah," ucap Renata dengan enteng. "kalau kamu nggak cinta sama aku, kenapa harus marah? Kenapa harus mempermasalahkan hal sepele seperti ini?"

"Aku nggak peduli kalau kamu bisa menutupi perselingkuhan kamu dengan benar. Tapi aku nggak bisa biarin kamu mempermalukan keluargaku. Sudah ada beberapa orang yang tau skandal kalian, Ren. Dan sekarang, aku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri."

"Lalu kamu menceraikan aku? Begitu?" Renata kembali menantang.

"Ya. Kamu harus menyetujuinya."

Renata tersenyum miring. "Apa kesalahanku kamu gunakan sebagai senjata? Apa kamu nggak kasihan sama Ciara jika harus berpisah dari kamu?"

"Ciara nggak akan berpisah dari aku. Aku akan menggugat hak asuh Ciara karena kamu yang bersalah disini."

"Terserah apa maumu. Ambil aja anak kamu itu. Akupun sudah muak hidup denganmu. Hidup serumah tapi nggak pernah kamu anggap. Kamu hanya butuh aku saat kamu ingin bercinta saja." putus Renata pada akhirnya. Mempertahankan hubungan pernikahan mereka pun sepertinya sia sia saja. Gala tak pernah menganggapnya ada. Mereka seperti hanya sedang memerankan akting saja.

Awalnya, karena Gala menyerah karena tak kunjung menemukan Karina, Gala memang menerima pernikahan bisnis yang direncanakan oleh orang tuanya bersama orang tua Renata. Orang tua Gala yang menginginkan anaknya segera menikah, dan orang tua Renata yang menginginkan beberapa investasi dari perusahaan Papa Gala.

Gala sudah berjuang keras untuk mencintai Renata. Tapi lambat laun, hubungan mereka justru semakin hambar. Namun hebatnya, mereka masih bisa saling mencoba bertahan satu sama lain. Jika Renata bertahan karena dia mencintai Gala, maka Gala mempertahankan semuanya demi Ciara.

Drrttt drrttt drrttt, ponsel Gala di kantong jas casual-nya bergetar. Dengan satu tangan tetap memegang kemudi, Gala mengangkat panggilan yang masuk ke dalam ponselnya.

'Raka?' Entah kenapa batin Gala mulai tak tenang. Secepat mungkin, lelaki itu mengangkat panggilan dari Raka.

"Halo,"

"Halo, Om. Om bisa cepat kesini? bantu kami disini, Om?" Raka berbicara dengan sesenggukan.

"Ada apa, Raka? Kenapa kamu menangis?" Gala seketika cemas karena tangisan Raka. Sudah banyak pikiran negatif di kepalanya. Dia pikir Raka dan Karina mengalami kecelakaan.

Sementara Renata hanya melirik dengan kening berkerut curiga.

"Ruko kebakaran, Om. Nenek masih di dalam dan Mama pingsan begitu kami sampai Ruko."

"Astaga!! Iya, Raka. Kamu tenang. Om akan segera kesana. Apa sudah ada pemadam kebakaran disana?"

"Sudah, Om. Mereka sedang mengevakuasi para korban, Om."

"Ya sudah. Kamu yang tenang. Urusan nenek, serahin sama petugas. Kamu jaga Mama kamu ya. Ingat!! Jangan berbuat nekad karena itu sangat berbahaya."

Setelah Raka menyanggupi perintah Gala, Gala langsung mematikan sambungan teleponnya begitu saja. Lantas, dia mulai menepikan mobilnya dan berhenti di pinggir jalan setelah memastikan tidak ada kendaraan lain yang terganggu olehnya.

"Turun!!" Gala membukakan unlock di pintu Renata.

"Apa? Enak aja?" Renata tak terima. "Meskipun kita akan berpisah, kamu nggak bisa seenaknya nurunin aku di jalan begini."

"Aku sedang ada urusan penting, Ren."

"Urusan apa? Perempuan kan? Kamu sendiri punya skandal tapi nyalahin orang." cibir Renata sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

"Kamu salah, Ren. Aku memang mencintai orang lain. Tapi aku masih tau batasan karena aku sudah beristri.

"Halah, bullshit!!"

"Terserah kamu percaya atau tidak. Lebih baik sekarang kamu turun. Aku sedang buru-buru."

"Dan kamu senang kan karena sebentar lagi bebas bersama dengan wanita pilihan kamu itu?" Renata terus mencibir.

"Stop, Ren. Stop!! Kali ini aku nggak mau berdebat sama kamu. Aku harus segera menemui temanku. Dia sedang mengalami musibah sekarang."

"Halah, pasti itu cuma akal-akalan dia aja kan? Biar kamu dateng nyamperin dia. Atau jangan-jangan pas di restoran tadi kamu lagi kencan sama dia, begitu?"

Gala sudah semakin kesal kepada Renata. "Dimana hati nuranimu, Renata?" geram Gala sambil mengeratkan gigi-giginya. "Kamu tahu? Temanku sedang mengalami musibah kebakaran sekarang."

Setelahnya Gala justru melembutkan nada bicaranya. "Tolong, Ren. Bantu aku sekali ini saja."

Melihat kesungguhan Gala, mau tak mau akhirnya Renata turun dari mobil Gala meskipun dengan umpantan dan gerutuan tiada henti.

Selanjutnya, Gala langsung tancap gas menuju tempat Karina dan Raka dengan perasaan cemas sekaligus khawatir. Gala hanya berharap jika ketiga orang yang sekarang menjadi bagian penting di kehidupannya itu bisa selamat dan tak kurang suatu apapun.

Hanya butuh waktu kurang dari 30 menit, Gala sampai di jalan dekat kawasan pertokoan milik Karina. Tapi kondisi disana sangatlah padat lautan manusia dan juga adanya beberapa truk pemadam kebakaran yang mulai menjalankan aksi penyelamatannya disana. Karena tak memungkinkan Gala untuk terus membawa mobilnya, akhirnya dia turun dan segera berlari mencari Karina dan Raka.

Gala pun sedikit kesulitan mencari mereka. Sampai ia berlari kesana-kemari dan bertanya kepada siapapun yang bisa ia tanyai. Dan setelah beberapa saat Gala mencari, akhirnya dia menemukan dua sosok yang sangat ia khawatirkan itu. Setidaknya dia bisa sedikit bernapas lega di tengah napasnya yang terengah.

"Raka?! Karina?!"

Kedua orang itu menoleh. Selanjutnya, Gala datang menghampiri mereka dan memeluk mereka dengan erat.

"Syukurlah, kalian tak apa-apa." lirih Gala masih dengan memeluk mereka yang pasrah. Karina sendiri sangat lemah dengan wajah sembab.

"Tapi, nenek terluka, Om."

"Dimana Nenek sekarang, Ka?"

"Dibawa ke rumah sakit."

"Kenapa kalian masih disini kalau Nenek ada di rumah sakit?"

"Mama baru saja siuman, Om. Om lihat sendiri kan kondisi lemah Mama? Mama pingsan dua kali tadi."

"Astaga!! Kita ke rumah sakit sekarang. Kamu juga harus mendapat perawatan, Rin."